Free Gift

Israel-Hamas Saling Tuduh, Apakah Gencatan Senjata Telah Dilanggar?

Sabo – Serangan Israel telah menewaskan hampir 100 warga Palestina di Gaza dan melukai 230 orang sejak gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) mulai 10 Oktober 2025.

Dalam situasi yang tegang disertai saling tuduh antara kedua pihak, tentara Israel menembak warga Palestina yang tidak bersenjata dan mengebom wilayah Gaza beberapa kali.

Serangan terbaru terjadi pada Minggu (19/10/2025), ketika Israel mengeklaim bahwa Hamas menyerang tentaranya di wilayah Rafah yang saat ini dikendalikan oleh Israel.

Lantas, apakah gencatan senjata sudah dilanggar?

Gencatan senjata sudah dilanggar?

Pada Minggu, militer Israel mengatakan bahwa Hamas telah melanggar kesepakatan usai pasukannya membunuh dua tentara Israel di Rafah.

Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke seluruh Gaza.

Sayap militer Hamas, Brigade Qassam membantah adanya bentrokan itu. Ia mengatakan, wilayah Rafah sepenuhnya dikendalikan oleh Israel dan mereka tidak memiliki kontak dengan warga Palestina mana pun di area tersebut.

Ini bukanlah pertama kalinya Hamas dituduh melanggar gencatan senjata.

Sebelumnya, Israel juga menuduh Hamas menunda pengembalian jenazah 28 tawanan yang tewas akibat serangan udara Israel di Gaza, dilansir dari Aljazeera, Senin (20/10/2025).

Namun, Hamas sejak awal menyatakan bahwa mereka membutuhkan alat berat untuk menggali reruntuhan dan menemukan semua jenazah tawanan, termasuk sekitar 10.000 warga Palestina yang diyakini masih tertimbun di bawah puing-puing akibat serangan Israel.

Sementara itu, menurut kantor media Pemerintah Gaza, Israel telah melanggar kesepakatan sebanyak 80 kali dan menewaskan sedikitnya 97 warga Palestina.

Pada Jumat (17/10/2025), militer Israel menembaki sebuah mobil sipil di lingkungan Zeitoun, menewaskan 11 anggota keluarga Abu Shaaban, termasuk 7 anak dan 3 perempuan.

Pada Minggu, Israel kembali menyerang Gaza dan menewaskan puluhan orang.

Lalu pada Senin (20/10/2025), meski Israel mengaku kembali mematuhi kesepakatan, serangan udara di wilayah Shujayea, Gaza utara, menewaskan beberapa warga Palestina.

Israel mengeklaim warga Palestina tersebut mengancam tentara Israel setelah melewati garis kuning tak bertanda yang menjadi batas mundurnya pasukan Israel.

Selain itu, Israel juga membatasi masuknya bantuan kemanusiaan, menutup perlintasan Rafah, dan memberi tahu PBB bahwa mereka hanya akan mengizinkan 300 truk bantuan masuk per hari.

Jumlah truk bantuan itu merupakan setengah dari jumlah yang dijanjikan dalam kesepakatan.

Di sisi lain, Hamas telah membebaskan 20 tawanan yang masih hidup dan mengembalikan 12 dari 28 jenazah tawanan, meskipun berulang kali menuduh Israel melanggar gencatan senjata.

Pada Jumat, Hamas menegaskan kembali komitmennya untuk mematuhi isi kesepakatan.

Namun, mereka mengatakan, penggalian jenazah sangat sulit karena banyaknya reruntuhan akibat serangan Israel.

Tanpa alat berat dan bantuan internasional, proses tersebut akan lambat dan tidak bisa dijamin hasilnya.

Sementara, pertahanan sipil Gaza menyebut bahwa lebih dari 10.000 warga Palestina yang tewas masih tertimbun di bawah reruntuhan di seluruh wilayah Gaza.

Kendati saling tuduh, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa gencatan senjata masih berlaku dan pejabatnya akan memastikan situasi tetap sangat damai.

Setelah serangan udara Israel pada Minggu yang menewaskan puluhan orang, Israel kemudian mengatakan bahwa gencatan senjata di Gaza telah kembali diberlakukan, termasuk izin masuk bantuan kemanusiaan.

Hamas juga menegaskan, mereka tetap berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata dan akan terus berupaya menuju perdamaian yang berkelanjutan.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar