SaboBeberapa waktu lalu PSSI membuat keputusan untuk mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert dan tim pelatih lainnya usai timnas Indonesia gagal di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Sehingga menuai banyak tanggapan dari kalangan termasuk pelatih nasional.
Salah satunya datang dari pelatih nasional Iwan Setiawan, yang menilai persoalan utama bukan semata hasil, melainkan lemahnya komitmen sejak awal kerja sama dilakukan.
Menurutnya, proses kontrak dan kesepakatan antara federasi dan pelatih seharusnya diawali dengan tujuan yang jelas dan terukur.
“Itu kuncinya. Saya melihat federasi lemah di dalam komitmen awal,” katanya kepada Sabo.
Sebab ia menilai arah kerja sama antara PSSI dan pelatih asal Belanda itu sejak awal sudah “ngambang”. Tidak ada kejelasan target maupun tahapan pencapaian yang ingin diraih.
Akibatnya, ketika hasil di lapangan tidak memenuhi ekspektasi publik, muncul tekanan besar tanpa fondasi yang kuat.
“Apakah pada saat awal kita memang menargetkan lolos Piala Dunia? Itu kan tidak jelas. Semua tahu, target awal masuk Piala Dunia itu bukan sekarang,” tegas pelatih berlisensi AFC Pro itu.
Apalagi ia menyebut, euforia publik terhadap performa timnas Indonesia di era pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong turut memengaruhi ekspektasi terhadap Patrick Kluivert.
“Setelah melihat hasil-hasil hebat dari Shin Tae-yong, orang mulai berharap tinggi. ‘Ih, ternyata kita bisa bersaing dengan Jepang, Korea, atau Australia’. Nah, harapan seperti itu yang harus diperjelas agar tidak abu-abu,” imbuhnya.
Sehingga PSSI kerap terjebak dalam pencitraan ketimbang membangun sistem yang berkelanjutan.
“Saya melihat PSSI ini masih mengedepankan gaya seperti Jokowi, pencitraannya kuat. Jangan begitu. Jangan campur adukkan politik dengan sepak bola. Kalau dicampur, ya kita tinggal menunggu hancur,” tuturnya.
Fokus pada Konsistensi dan Fondasi Jangka Panjang
Kini meski gagal melaju ke Piala Dunia, ia menilai langkah timnas Indonesia tidak sepenuhnya buruk.
Ia menilai Indonesia sudah berada di jalur tepat untuk naik level di kancah Asia.
“Inilah satu-satu langkah kita. Sekarang kita sudah sejajar dengan negara-negara Asia grade A, dan itu harus dijaga agar konsisten,” ujar Iwan Setiawan.
Menurutnya, target realistis saat ini bukan langsung menembus Piala Dunia, melainkan memastikan bahwa timnas Indonesia benar-benar setara dalam kualitas permainan dengan tim-tim top Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Arab Saudi.
“Kalau kita sudah sejajar dengan mereka, pasti lolos Piala Dunia itu hanya soal waktu,” tuturnya.
“Sekarang masih fluktuatif. Dulu kalau ketemu Jepang itu kayak pertandingan Soeratin. Sekarang enggak, Itu gila lho,” sambungnya.
Untuk itu ia menegaskan bahwa konsistensi performa timnas Indonesia saat ini dan selanjutnya menjadi kunci menuju level Asia elite.
“Kalau ketemu Jepang, kalahnya cuma 1-2, dan pertemuan itu terjadi berulang-ulang dengan performa seimbang, barulah kita bisa bilang sejajar dengan mereka. Itu yang harus dituju,” pungkas pelatih yang saat ini bergabung di Persibo Bojonegoro.






