Free Gift

Jadikan Unhas Arena Kontestasi Santun dan Panggung Eksekusi Nyata

Achmad Firdaus Hasrullah

Mahasiswa Program Doktor Hubungan Internasional dari University People’s Friendship of Russia

DALAM gelanggang kontestasi akademik yang seharusnya menjunjung tinggi nalar dan obyektivitas data, kita justru disuguhi tontonan kepanikan akut dari kubu sebelah.

Kepanikan ini bukan lagi desas-desus, melainkan sebuah pertunjukan publik yang terang-benderang.

Mereka telah buta mata menghadapi realitas kontestasi politik yang sesungguhnya: keberhasilan fondasi transformasional yang telah diletakkan oleh kepemimpinan saat ini yang terukur dari lompatan riset, kemandirian finansial yang mulai dirintis, dan akuntabilitas digital jauh melampaui retorika dan janji kosong mana pun.

Ketika data otentik berbicara, ketika angka-angka WCU dan capaian PTN-BH menjulang, mereka kehilangan pijakan, dan reaksi mereka adalah kekacauan.

Kepanikan ini adalah refleksi nyata bahwa mereka tidak memahami aturan main dalam arena PTN-BH.

Mereka gagal menangkap esensi tata kelola modern yang mengutamakan keberlanjutan visi jangka panjang sebuah proses yang membutuhkan waktu delapan hingga sepuluh tahun untuk benar-benar matang bukan sekadar siklus politik empat tahunan.

Dalam kegagalan memahami momentum strategis Unhas menuju World Class University, mereka justru menunjukkan ambisius yang dangkal, murni didorong oleh hasrat kekuasaan pribadi yang terburu-buru, bukan cita-cita kolektif untuk kejayaan kampus.

Universitas bukanlah kendaraan politik, melainkan lembaga peradaban, dan mereka gagal membedakan keduanya.

Tindakan mereka menunjukkan bahwa mereka sudah berpikir di luar nalar, meninggalkan logika akademik dan beralih pada manuver yang hanya bisa dimengerti dalam politik praktis kelas rendah.

Mereka mencoba memaksakan logika yang tidak relevan dengan kebutuhan mendesak universitas saat ini seperti perlunya kontinuitas implementasi Serka Tekap berpegangan pada harapan-harapan politik usang yang tidak laku di mimbar akademik yang menuntut data, bukti, dan track record implementasi.

Ketika akal sehat tidak lagi menjadi pemandu, yang muncul adalah insting primitif: memaksa kehendak dengan cara-cara yang merusak iklim akademik yang damai dan berintegritas.

Upaya-upaya ini, yang terlihat jelas dalam mobilisasi dukungan tanpa landasan ilmiah yang kuat, hanya menunjukkan keputusasaan.

Yang paling berbahaya, ketika argumen rasional habis, mereka memilih jalan pintas yang merusak.

Mereka menunjukkan sikap mental yang fatalistik, seolah tidak percaya takdir dan hasil dari proses yang jujur dan berkeadilan.

Ketidakpercayaan pada proses dan hasil yang sah ini membuat mereka tergelincir jauh, menuruni tangga moralitas, hingga akhirnya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka. Ini bukan lagi soal kompetisi, tapi soal penghancuran.

Mereka berdalih demi perubahan, tetapi tindakannya justru mengancam stabilitas dan kemajuan yang sudah susah payah dicapai.

Puncaknya, mereka secara terang-terangan menggunakan kampanye politik hitam menyebarkan desas-desus liar, melakukan distorsi fakta, dan membangun narasi negatif yang bertujuan tunggal: mendelegitimasi capaian yang telah diakui oleh metrik nasional dan internasional.

Mereka memanfaatkan isu-isu kecil yang terisolasi untuk mengaburkan pandangan besar tentang lompatan kuantum yang telah dicapai Unhas.

Ini adalah taktik kotor dan intimidatif yang tidak pantas berada di lingkungan kampus.

Mereka berusaha menciptakan kegaduhan demi menutupi fakta bahwa program kerja mereka sendiri tidak memiliki kedalaman visi, kurangnya pemahaman tentang tata kelola PTN-BH, dan nihilnya roadmap eksekusi yang kredibel.

Mereka membangun menara dari pasir sementara kepemimpinan saat ini telah membangun fondasi dari beton bertulang.

Perlu diingat dengan tegas: mimbar akademik adalah tempat menumbuhkan intelektual berintegritas dan menghasilkan pemimpin peradaban, bukan lahan subur bagi intrik politik gelap.

Upaya intimidasi, manipulasi, dan kampanye negatif ini tidak akan pernah mengubah satu fakta pun: keberlanjutan Unhas didikte oleh kinerja yang terukur, visi yang konsisten, dan integritas implementasi, bukan oleh intrik atau drama politik.

Bagi kita, kontestasi ini adalah panggilan untuk mengawal integritas, melawan manuver-manuver panik yang hanya akan merusak reputasi universitas yang kita cintai, dan memastikan bahwa kepemimpinan selanjutnya adalah estafet eksekusi, bukan penghancuran fondasi.(*)

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar