KEDUTAAN Besar (Kedubes) Jepang di Indonesia menyambangi kawasan pedesaan di Kabupaten Sleman Yogyakarta, Minggu, 24 Agustus 2025. Salah satu yang disambangi adalah kawasan asri Desa Sumberrahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Kawasan ini tak jauh dari destinasi Studio Alam Gamplong, yang kerap menjadi langganan lokasi syuting film dengan set bangunan bersejarah nan megah.
Dalam lawatan itu, tim Kedubes Jepang turut menyambangi aktivitas warga di komunitas Literasi Desa Tumbuh, komunitas warga lokal di Desa Sumberrahayu yang dikenal dengan gerakan pemberdayaannya.
Para warga desa dan tim Kedubes Jepang pun terlibat dalam diskusi berbagai hal. Mulai dari menyoroti cara membangun ruang edukasi, mitigasi kebencanaan hingga ekosistem rekreasi alternatif di era modern.
“Dari Jepang tertarik untuk bekerjasama sister village, tentang bagaimana mulai membangun desa dari beragam aspek kehidupan yang bisa menyejahterakan warga,” ujar pegiat Literasi Desa Tumbuh, Noor Huda Ismail, Minggu.
Huda menuturkan, penjajakan sister village dengan Jepang ini untuk
membuka ruang dalam membangun desa lebih menitikberatkan pada sumber daya warganya. “Jadi desa ditempatkan bukan sekedar objek pembangunan, tetapi subjek yang bisa berkolaborasi lintas negara,” kata dia.
Misalnya ketika desa memiliki potensi alam untuk wisata unik, maka warga yang didorong mengembangkannya dari konsep hingga pengelolaan sumber dayanya. Tak hanya soal membangun fisik destinasi namun juga menyusun berbagai program seperti paket wisata yang menarik.
Selain itu, dari sisi mitigasi kebencanaan, warga juga didorong bisa belajar langsung dari Jepang yang memiliki pengalaman panjang dalam literasi bencana dan penguatan komunitas. Hal itu untuk memperkuat desa-desa di Indonesia yang sudah punya tradisi gotong royong dan literasi budaya dalam penanganan bencana.
Tim Kedutaan Besar Jepang di Indonesia menyambangi kawasan pedesaan di Kabupaten Sleman Yogyakarta, 24 Agustus 2025. Tempo/Pribadi Wicaksono
Director of Political Affairs, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia Tanaka Motoyasu yang turut dalam lawatan di Desa Sumberrahayu Sleman itu menuturkan, pedesaan di Kabupaten Sleman tak hanya memiliki banyak potensi alam menarik. Namun menurutnya desa-desa di Sleman itu juga sudah didukung dengan jejaring kuat antar warganya.
“Kami bisa berbagi informasi dan pengalaman lebih mendalam melalui sister village antar desa itu ke depan, sehingga ada manfaat yang dirasakan bersama,” kata Tanaka.
Selain wisata alternatif, Tanaka menyoroti pula tentang literasi mitigasi kebencanaan yang bisa digarap antar desa. “Pengurangan risiko di Jepang memang sangat diperhatikan, setiap tahunnya tiap sekolah di Jepang wajib mengadakan simulasi bencana,” ungkap Tanaka.
Adapun Ismiyati, warga Desa Sumberrahayu menuturkan, dalam lawatan Kedubes Jepang itu para warga bisa berdiskusi banyak hal yang menjadi sumber pengetahuan baru. Terutama dalam mengembangkan sektor pendukung wisata alternatif mulai dari kuliner, cenderamata hingga penguatan ekonomi lokal.
“Pertemuan dengan Jepang ini menjadi hal yang cukup langka, kami bisa belajar langsung tentang tradisi dan pola pikir masyarakat Jepang, bagaimana untuk mengembangkan wisata, pendidikan, bencana, juga ekonomi kecil,” kata dia. “Kami berharap sister village dengan Jepang itu nanti benar-benar bisa terwujud dan bermanfaat.”









