Sabo, JAKARTA — Sejumlah emiten properti seperti CTRA, MTLA, hingga BSDE telah menyiapkan strategi untuk menggenjot kinerja kuartal IV/2025 dan menyambut perpanjangan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP).
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan diketahui hendak memperpanjang periode insentif PPN DTP di sektor perumahan hingga 31 Desember 2027. Aturan detail terkait rencana ini nantinya bakal tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
Direktur PT Ciputra Development Tbk. (CTRA), Harun Hajadi memilih bersikap prudent dalam melakukan pemasaran proyek akhir tahun meski ada insentif PPN DTP yang menjadi kabar baik. CTRA tidak akan mempercepat pemasaran proyek.
“Kami akan memasarkan proyek-proyek seperti biasa, tidak juga mempercepat,” tuturnya, Rabu (22/10/2025).
Adapun, kinerja prapenjualan atau marketing sales CTRA pada kuartal III/2025 berada di bawah target.
Berdasarkan data Maybank Sekuritas Indonesia yang dirilis via Bloomberg, Senin (20/10/2025), CTRA membukukan prapenjualan sebesar Rp7,6 triliun pada Januari–September 2025. Realisasi itu menurun sekitar 12% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan berada di bawah target Maybank Sekuritas dan juga perusahaan.
Secara kuartalan, marketing sales perseroan pada triwulan III/2025 tercatat melemah dengan realisasi turun 28% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Setelah itu, CTRA merevisi target prapenjualan sepanjang 2025 menjadi Rp10 triliun, dari Rp11 triliun, mencerminkan penurunan 9% YoY.
Harun berpendapat kelanjutan program insentif ini penting untuk menopang penjualan rumah di tengah pemulihan daya beli. Namun, penurunan suku bunga KPR dinilai menjadi faktor yang lebih menentukan.
“Faktor yang lebih penting menurut saya justru jika semua ini diikuti oleh menurunnya suku bunga KPR karena pembeli rumah sekarang 70% dibiayai oleh KPR,” katanya.
Senada dengan CTRA, PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) juga menyatakan kebijakan tersebut memang positif bagi pasar.
Direktur Metropolitan Land Olivia Surodjo menilai pengembang bisa mempersiapkan stok unit dengan lebih terencana dan responsif terhadap permintaan pasar.
Kendati demikian, Olivia menyatakan efektivitas program akan bergantung pada daya beli masyarakat. Untuk itu, pemerintah dinilai perlu memastikan kebijakan fiskal dan moneter tetap mendukung permintaan properti domestik.
Dia berpendapat rencana ini perlu dibarengi langkah lanjutan seperti penurunan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) serta penguatan daya beli masyarakat supaya dampak kebijakan lebih terasa ke penjualan sektor riil.
“Peningkatan daya beli masyarakat perlu menjadi perhatian pemerintah agar kebijakan ini menjadi dorongan positif bagi sektor properti nasional,” tuturnya.
Berdasarkan catatan Sabo, Minggu (6/7/2025), Olivia menuturkan total marketing sales MTLA mencapai Rp755 miliar hingga Mei 2025. Jumlah ini terdiri atas prapenjualan dan pendapatan berulang atau recurring income yang dinilai masih sejalan dengan target sepanjang 2025.
“Marketing sales yang terdiri dari prapenjualan dan recurring revenue sebesar Rp775 miliar, masih on track (sejalan) dengan target 2025 sebesar Rp2 triliun,” ujarnya.
Di sisi lain, PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) memilih fokus pada penjualan ready stock untuk memanfaatkan perpanjangan insentif PPN DTP.
Direktur BSDE Hermawan Wijaya menjelaskan fasilitas PPN DTP hanya berlaku untuk unit siap huni. Meski memberi dampak positif terhadap penjualan, kontribusinya terhadap total marketing sales disebut tidak signifikan.
“Terkait dengan fasilitas ini memang ada dampak terhadap marketing sales BSDE, tapi tidak berkontribusi besar terhadap marketing sales secara keseluruhan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (22/10/2025).
Hermawan menambahkan, BSDE akan tetap mengoptimalkan strategi penjualan dengan memprioritaskan unit ready stock sesuai data laporan keuangan akhir Juni 2025, seiring dengan kebijakan perpanjangan fasilitas PPN DTP.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2025, BSDE memiliki persediaan tanah dan bangunan yang siap dijual senilai Rp5,4 triliun. Selanjutnya, persediaan bangunan yang sedang dikonstruksi mencapai Rp1,85 triliun dan tanah yang sedang dikembangkan perseroan senilai Rp10,45 triliun.
Dari sisi operasional, BSDE mencatat realisasi marketing sales senilai Rp5,08 triliun pada semester I/2025. Angka itu merepresentasikan 51% dari target marketing sales BSDE sepanjang 2025, sebesar Rp10 triliun.
Dengan begitu, BSDE mencatatkan kenaikan marketing sales atau prapenjualan sebesar 5% secara tahunan dari posisi Rp4,84 triliun pada semester I/2024.
Pertumbuhan marketing sales BSDE ditopang oleh beberapa segmen. Pada segmen hunian, misalnya, yang berkontribusi sebesar Rp2,19 triliun dari total marketing sales BSDE selama semester I/2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sabotidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.






