Free Gift

Kelola Aset US$1.000 Miliar, Ekonom Sebut Sudah Saatnya Danantara Buat Aksi

Sabo, MALANG — Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof Nazaruddin Malik, menyebut sudah saatnya Danantara Indonesia untuk melakukan aksi dengan melakukan investasi setelah berhasil mengelola aset senilai US$1.000 miliar atau sekitar Rp16.343,29 triliun.

Rektor berlatar belakang ekonom Prof Nazaruddin Malik mengatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional 8% akan sulit jika hanya mengandalkan suntikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Nazaruddin menyebut harus ada sumber lain yang berjumlah besar, seperti Danantara, untuk menggenjot perekonomian Indonesia.

“Adanya Danantara diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional,” ucap Nazaruddin Malik di sela-sela Studium General bertajuk “Peran Danantara dalam Meningkatkan Kualitas Ekonomi Indonesia: Membangun Generasi Emas, Berdaya & Mandiri” oleh Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara Indonesia, Prof. Muliaman Darmansyah Hadad, di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (23/10/2025).

Dengan keberhasilan Danantara mengelola aset US$1.000 miliar, Nazar menilai sudah seharusnya dilanjutkan dengan realisasi investasi yang besar pada sektor produktif.

Sebenarnya, Nazar menegaskan, perluasan aset Danantara juga bisa dilakukan dengan mengelola aset pemerintah di daerah. Aset-aset itu perlu didata terlebih dulu sehingga nantinya betul-betul bisa produktif.

Di sektor pendidikan, dia juga menegaskan, sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) dana Danantara sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor tersebut. Salah satu caranya dengan memberikan beasiswa bagi dosen maupun mahasiswa.

Dalam kesempatan itu, Muliaman menegaskan, perekonomian Indonesia dinilai membutuhkan mesin penggerak baru di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menembus stagnasi pertumbuhan di angka 5%. 

Menurutnya, Danantara Indonesia dibentuk sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana kekayaan negara yang berfungsi mengelola aset dan dividen dari BUMN secara lebih produktif. 

Langkah ini, kata dia, menjadi strategi penting dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional yang berorientasi pada keberlanjutan dan kemakmuran lintas generasi. Danantara hadir bukan sebagai lembaga baru semata, melainkan sebagai instrumen pembangunan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menyiapkan tabungan jangka panjang bagi bangsa.

“Pertumbuhan ekonomi kita terlalu lama tertahan di sekitar 5% karena tumpuannya hanya pada APBN. Kita butuh mesin ekonomi kedua yang bisa menggerakkan produktivitas, mengonsolidasikan aset negara, dan menyalurkannya ke investasi jangka panjang agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya. 

Dia menambahkan bahwa Danantara memiliki peran penting dalam mentransformasi aset-aset BUMN. BUMN selama ini merupakan aset negara yang dipisahkan (sovereign asset), dan melalui Danantara diharapkan bisa memberikan sumbangsih ekonomi yang lebih besar bagi pembangunan nasional. 

Lembaga ini juga mengadopsi prinsip-prinsip tata kelola global (Santiago Principles) untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kebijakan investasinya.

“BUMN adalah aset negara yang harus produktif. Tugas Danantara adalah memastikan aset-aset itu tidak lagi menjadi beban, tetapi justru menjadi kekuatan baru untuk membangun ekonomi nasional yang berdaya dan mandiri,” ujarnya. 

Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua Dewan Pengawas BPI Danantara Indonesia, Muliaman Darmansyah Hadad, juga menjabarkan 4 alasan fundamental dibentuknya lembaga SWF, yakni sebagai tabungan antargenerasi, sarana diversifikasi aset, pendorong pembangunan ekonomi, serta mekanisme untuk memaksimalkan hasil investasi jangka panjang.

Berbeda dengan negara-negara penghasil minyak seperti Norwegia atau Uni Emirat Arab, Indonesia membangun SWF berbasis non-komoditas dengan fokus pada hasil usaha BUMN dan aset-aset domestik yang dikelola secara profesional.

Menurut Muliaman, Danantara menempatkan investasi pada 8 sektor prioritas, antara lain energi terbarukan, mineral dan pertambangan, infrastruktur digital, jasa keuangan, kesehatan, pangan, serta kawasan industri dan properti.

Arah kebijakan tersebut diharapkan dapat memperkuat kemandirian ekonomi sekaligus mempercepat transformasi menuju Indonesia Emas 2045. 

“Sumber kekuatan kita bukan minyak atau gas, melainkan kreativitas dan produktivitas bangsa sendiri. Karena itu Danantara berfokus domestik, namun tetap membuka ruang bagi investor global untuk berkolaborasi,” kata dia.

Wakil Rektor II UMM bidang Umum dan Keuangan, Ahmad Juanda, mengatakan UMM mendukung penuh visi pembangunan nasional melalui peran pendidikan dan penguatan SDM.

UMM, lanjut Juanda, berkomitmen untuk menjadi bagian dari ekosistem pembangunan ekonomi bangsa.

“Melalui Center of Future Work (CFW) dan Center of Excellence (CoE), UMM berupaya menyiapkan lulusan yang proaktif, tidak hanya siap kerja tetapi juga mampu menciptakan kerja. Semangat yang dibawa Danantara untuk membangun ekonomi mandiri sejalan dengan misi UMM sebagai kampus berdampak, yang terus berkontribusi menuju terwujudnya Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar