
PIKIRAN RAKYAT – Teknologi berperan penting dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan. Melalui teknologi, karya seni tradisional dapat dikemas secara modern tanpa kehilangan nilai-nilai dasarnya.
Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan, Kementerian Kebudayaan, Ahmad Mahendra, mengatakan, banyak komunitas dan seniman kini menggunakan teknologi seperti image art dan seni kontemporer untuk menampilkan kembali warisan budaya dalam bentuk yang lebih kekinian.
Mahendra mencontohkan, salah satu bentuk pemanfaatan teknologi adalah proyek video mapping di Candi Borobudur. Inovasi tersebut, kata dia, bukan hanya menjadi atraksi wisata budaya, tetapi juga bagian dari upaya membangun aset digital dan kekayaan intelektual (IP) baru di bidang kebudayaan.
“Kami sedang mengembangkan aset digital seperti scaling Borobudur dan berbagai aplikasi budaya. Ini akan memperluas pemahaman publik tentang kebudayaan nasional,” tutur Mahendra dalam peluncuran Budaya Go, Kamis 23 Oktober 2025 petang.
Menurutnya, pembentukan ekosistem budaya digital melibatkan banyak sektor, mulai dari seni pertunjukan, musik, sastra, hingga film. Semua sektor itu diarahkan agar mampu beradaptasi dengan teknologi baru tanpa kehilangan esensi budaya yang diwariskan.
“Selain mengurusi para seniman, kami juga mengembangkan teknologi-teknologi tinggi agar budaya bisa tetap relevan di era digital,” katanya.
Mahendra berharap pengembangan ekosistem budaya digital dapat memperkuat identitas nasional sekaligus membuka ruang kreatif baru bagi pelaku seni di berbagai daerah.
“Walaupun kita berasal dari kampung, kita tetap bisa berperan dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan melalui teknologi,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa kemajuan budaya hanya dapat dicapai bila seluruh pihak bekerja dalam satu ekosistem yang saling mendukung.
“Budaya harus tumbuh melalui ekosistem. Ini bagian dari upaya bersama untuk memajukan kebudayaan Indonesia,” kata Mahendra.
Program Budaya Go
Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rizal, mengatakan, Kementerian Kebudayaan meluncurkan program Budaya Go, untuk menjadi wadah kolaborasi antara pelaku budaya, kreator, pengembang aplikasi, dan profesional kreatif di seluruh Indonesia.
Budaya Go pada dasarnya adalah kompetisi dan ruang kolaborasi nasional untuk memperkuat ekosistem budaya dan teknologi digital. Pada tahun perdananya, Budaya Go membuka dua kategori kompetisi, yakni untuk mahasiswa dan profesional.
Sekitar 300 tim diperkirakan akan mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari seleksi administrasi hingga grand final pada Oktober–November 2025.
Para peserta didorong menciptakan inovasi digital seperti aplikasi, situs web, sistem kecerdasan buatan, hingga game berbasis augmented reality dan virtual reality untuk promosi serta pemberdayaan budaya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa program Budaya Go menjadi langkah strategis untuk memperkuat ekosistem budaya digital di Indonesia.
Ia menilai inovasi digital membuka ruang baru bagi pelaku budaya untuk terus berkarya dan berkolaborasi dalam menghadirkan nilai-nilai budaya dengan cara yang lebih modern, interaktif, dan mudah diakses masyarakat luas.
Fadli berharap Budaya Go mampu mengelola potensi tersebut menjadi ekosistem budaya digital yang solid dan berdaya saing.
“Kami percaya inovasi digital dapat menciptakan ekonomi budaya dan industri budaya yang tumbuh cepat serta memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya. (*)






