Free Gift

Ketika Nilai Tidak Diikuti dengan Sistem; Pelajaran dari Dunia Perbankan

Nilai Itu Niat Baik, Budaya Itu Kebiasaan

Banyak perusahaan dengan bangga memajang kata-kata indah di dinding kantor: Integrity. Trust. Service Excellence.

Namun, Eric Partaker dalam infografiknya yang menarik berjudul “Culture is Not Values” mengingatkan kita akan satu hal penting: nilai (values) adalah niat baik, sedangkan budaya (culture) adalah kebiasaan nyata yang terlihat dari perilaku sehari-hari.

Nilai adalah kata-kata yang kita ucapkan.

Budaya adalah tindakan yang kita lakukan, terutama ketika tidak ada yang melihat.

Kasus Dunia Perbankan: Integritas vs Tekanan Target

Mari kita lihat satu kisah nyata yang sering terjadi di dunia perbankan.

Sebuah bank besar menetapkan tiga nilai inti: Integrity, Trust, dan Service Excellence.

Namun, sistem Key Performance Indicator (KPI) yang diterapkan menempatkan 70% bobot penilaian pada volume penjualan produk kredit.

Artinya, apa pun nilai yang tertulis di dinding, yang dihargai adalah hasil penjualan.

Para pegawai pemasaran pun berada di persimpangan moral:

Jika menolak calon nasabah berisiko tinggi, target tidak tercapai.Jika menutup mata demi mengejar angka, bonus besar menanti.

Dalam dilema itu, “integrity” menjadi sekadar slogan yang tidak berdaya menghadapi tekanan sistem.

Dan ketika kredit macet bermunculan, manajemen melakukan audit. Hasilnya?

Ditemukan praktik window dressing  pelaporan palsu agar data terlihat bagus. 

Tapi akar masalah bukan sekadar kesalahan individu. Ini cerminan budaya yang terbentuk dari sistem penghargaan yang salah.

Analisis dengan Model Eric Partaker

Infografik “Culture is Not Values” dari Eric Partaker menjelaskan bahwa budaya terbentuk bukan dari kata-kata, tetapi dari apa yang benar-benar dihargai dan diperkuat dalam organisasi.

Mari kita lihat kasus ini dengan empat unsur utama budaya menurut model Partaker:

What You Talk About

Rapat-rapat hanya fokus pada volume penjualan, bukan pada kualitas nasabah atau risiko kredit.

Pesan tersirat: yang penting angka naik, urusan risiko nanti saja.What People Do

Sales berupaya menutup transaksi secepat mungkin, bahkan untuk calon debitur yang diragukan.

Perilaku ini menjadi norma karena tak ada konsekuensi negatif jangka pendek.What You Reward

Mereka yang mencapai target diberi bonus besar dan promosi.

Sinyal yang dikirim organisasi: hasil lebih penting daripada cara mencapainya.What Drives Results

Dalam jangka pendek, laporan terlihat indah. Tapi dalam jangka panjang, angka NPL (Non-Performing Loan) meningkat, kepercayaan nasabah menurun, dan reputasi hancur. Budaya Dibentuk oleh Sistem, Bukan Poster

Eric Partaker menegaskan: Budaya tidak hidup di poster atau nilai di dinding, tetapi di keputusan sehari-hari di bawah tekanan.

Ketika sistem KPI dan bonus tidak selaras dengan nilai yang diucapkan, organisasi sedang membangun budaya tandingan (counter-culture) yang bisa menghancurkan integritasnya dari dalam.

Budaya yang sehat hanya tumbuh ketika kata-kata dan sistem saling mendukung.

Solusi: Ubah Sistem, Geser Budaya

Budaya tidak berubah karena slogan.

Budaya berubah karena insentif berubah.

Langkah yang dilakukan beberapa bank progresif bisa menjadi inspirasi:

Mengubah sistem penghargaan agar tidak hanya menilai volume penjualan, tapi juga rasio kualitas nasabah (default rate).Mengaitkan bonus dan promosi dengan perilaku yang mencerminkan nilai integritas, bukan sekadar hasil angka.Menetapkan review berkala untuk memastikan setiap keputusan bisnis sejalan dengan prinsip etika dan manajemen risiko.

Ketika penghargaan bergeser dari “berapa banyak yang dijual” ke “seberapa sehat portofolio yang dikelola”, perilaku pun ikut bergeser.

Dan perlahan, budaya hasil tanpa nilai berubah menjadi budaya nilai yang berbuah hasil.

Dari Kata Menjadi Karakter

Perusahaan yang hebat bukan hanya yang memiliki nilai-nilai indah, tapi yang membuat nilai-nilai itu hidup dalam keseharian.

Mereka memastikan bahwa sistem, proses, dan kebijakan menjadi cermin nyata dari nilai yang mereka yakini.

Budaya sejati adalah saat Integrity tidak hanya tertulis di dinding,

tetapi tercermin di setiap keputusan – bahkan ketika tidak ada yang melihat.

Pelajaran untuk Para Pemimpin

Nilai tak akan hidup jika sistem membunuhnya pelan-pelan. Integritas tak bisa tumbuh di tanah yang hanya menyuburkan angka.

Jika Anda seorang pemimpin, tanyakan: Apa yang sebenarnya saya hargai? Apa yang saya toleransi?

Karena budaya bukan dibentuk oleh kata-kata. Ia dibentuk oleh keputusan kecil, setiap hari.

Penulis:

Merza Gamal

Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture

“Transforming Words into Culture.”

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar