Free Gift

Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata, Serangan Israel di Gaza Tewaskan Lima Warga Palestina

Sabo – Harapan atas perdamaian di Gaza kembali goyah. Sedikitnya lima warga Palestina tewas dalam serangan terbaru Israel di kawasan Shujayea, Gaza City, pada Selasa (14/10).

Padahal, gencatan senjata antara Hamas dan Israel baru saja disepakati dan diberlakukan beberapa hari sebelumnya.

Sumber medis dari Rumah Sakit Al-Ahli Arab mengatakan kepada Al Jazeera Arabic bahwa kelima korban ditembak mati oleh tentara Israel di wilayah timur Gaza tersebut.

Militer Israel mengklaim serangan itu dilakukan sebagai ‘tindakan defensif’ terhadap orang-orang yang mendekati posisi pasukan di Gaza utara.

Israel menuding mereka sebagai tersangka yang melintasi garis kuning, batas yang ditetapkan dalam kesepakatan gencatan senjata.

“Pasukan kami menembak setelah para tersangka melanggar garis kuning dan mendekat secara mengancam,” bunyi pernyataan militer Israel.

Namun, di lapangan, laporan jurnalis Al Jazeera menggambarkan situasi berbeda. Tembakan terdengar sejak pagi hari, saat warga yang sudah lama mengungsi berusaha kembali ke rumah mereka yang hancur.

Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang diumumkan pekan lalu seharusnya menjadi titik balik setelah perang dua tahun yang memporak-porandakan Gaza. 

Dalam perjanjian itu, kedua pihak sepakat menghentikan permusuhan dan menukar tawanan, semua warga Israel yang masih ditahan (hidup atau mati) akan dibebaskan dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina.

Tahap pertama juga mengatur penarikan bertahap pasukan Israel dari garis depan ke area yang disebut ‘garis kuning’.

Namun, peta kasar yang dibagikan oleh Presiden AS Donald Trump menunjukkan sekitar 58 persen wilayah Gaza masih berada di bawah kontrol Israel, menurut verifikasi tim investigasi Al Jazeera Sanad.

Kondisi itu memperlihatkan betapa rapuh dan tidak pasti implementasi gencatan senjata ini. Belum ada jaminan Israel akan sepenuhnya menarik diri dari Gaza. 

Dokumen resmi dari Gedung Putih bahkan menyebut Israel boleh mempertahankan kehadiran militer di zona penyangga hingga ‘tidak ada lagi ancaman teror yang muncul’. 

Itu menjadi celah hukum yang dinilai para pengamat bisa memperpanjang pendudukan tanpa batas waktu.

Situasi Gaza juga semakin rumit akibat bentrokan internal. Pada Minggu lalu, Kementerian Dalam Negeri Gaza melaporkan 27 orang tewas, termasuk delapan anggota Hamas, dalam bentrokan antara milisi bersenjata lokal dan pasukan keamanan Hamas.

Media Palestina melaporkan bentrokan lanjutan masih terjadi pada Selasa, memperlihatkan meningkatnya ketegangan antara Hamas dan kelompok bersenjata lain di wilayah tersebut, sebagian diduga mendapat dukungan tak langsung dari Israel.

“Disarmament atau perlucutan senjata Hamas menjadi isu paling sensitif,” tulis laporan Al Jazeera. “Israel menegaskan itu sebagai syarat mutlak, sementara Hamas belum memberikan komitmen pasti.”

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar