Free Gift

Lima Cara Mencegah dan Menangani Hipotermia

SALAH satu masalah yang rentan dialami pendaki adalah hipotermia. Kondisi saat suhu tubuh di bawah normal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor. Mulai dari paparan suhu dingin dan cuaca esktrem hingga perlindungan yang kurang memadai.

Tom Milne pemandu gunung dan wilderness EMT dari Remote Medical International mengungkapkan pentingnya mengetahui cara mencegah, mengidentifikasi apakah seseorang hipotermia dan cara merawatnya.

“Hipotermia ringan memang tidak nyaman, tetapi berbahaya karena dapat berkembang dengan cepat. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan syok dan berakibat fatal,” tulisnya dalam Washington Trails Association.

Beberapa penyebab hipotermia adalah perlindungan yang tidak memadai dari paparan cuaca dingin, kurangnya hidrasi dan nutrisi yang tepat, serta perencanaan yang tidak tepat untuk kondisi tertentu. Berikut ini panduan untuk mencegah hipoptermia.

1. Persiapan adalah ertahanan terbaik

Seperti disebutkan sebelumnya, hipotermia dipicu pakaian yang tak memadai. Sebaiknya hindari pakaan berbahan katun. Pilih pakaian bahan sintetis atau wol, wol berlapis merino, atau fleece yang tetap hangat meski lembap. Pakai pakaian berlapis, lapisan pertama yang menyerap keringat, mid-layer untuk insulasi, dan outer layer tahan cuaca.

2. Manajemen istirahat

Istirahat singkat di tempat terlindung dari angin seperti di balik batu besar atau tenda bisa mencegah kehilangan panas. Uahakan makan dan minum di setiap tempat peristirahatan dan tetap menjaga waktu. Makan camilan tinggi kalori seperti kacang atau cokelat saat istirahat juga bantu jaga suhu tubuh.

3. Mengenali tanda awal hipotermia

Pendaki sebaiknya memahami gejala awal hipotermia, mulaidari gejala awal, atau yang disebut “umbles” tersandung, (stumbles), bicara pelo (mumbles), mengeluh tak jelas (grumbles), atau kikuk (fumbles). Suhu tubuh di tahap hipotermia ringan biasanya masih di atas 32-33 derajat celcius. Jika tak ditangani, bisa masuk fase serius dengan suhu bawah 32 derajat celcius. Ditandai berhenti gemetar, koordinasi buruk, hingga perilaku aneh seperti paradoxical undressing melepas pakaian karena merasa panas.

4. Segera ditangani

Jika terdeteksi mengalami hipotermia ringan, segera cari tempat terlindung dari angin dan hujan. “Ganti pakaian basah dengan yang kering, tambah lapisan insulasi, dan lakukan olahraga ringan seperti lompat kecil untuk panaskan tubuh,” saran Milne. Beri minuman hangat dan makanan kaya energi. Untuk kasus berat, prioritas adalah melindungi dari elemen cuaca dan memanaskan tubuh dengan hati-hati pasien rentan terhadap gangguan jantung. Di Indonesia, pendaki sering bawa sleeping bag ringan atau bivy sack sebagai cadangan darurat, ide yang juga direkomendasikan Backpacker untuk pendakian musim dingin.

5. Antisipasi perencanaan

Cek ramalan cuaca sebelum naik gunung. Selain sleeping bag, bawa juga leeping pad atau matras termal. Termasuk emergency blanket ringan tapi efektif menahan panas. Kalau mendaki kelompok, pastikan semua tahu tanda hipotermia dan siap bertindak cepat.

Hipotermia mungkin ancaman senyap, tapi dengan persiapan cerdas, ia bisa dicegah. Seperti kata Milne, “Lebih mudah mencegah hipotermia ketimbang mengobatinya.” Jadi, sebelum menaklukkan puncak berikutnya, pastikan ransel penuh dengan perlengkapan dan pengetahuan. Gunung menanti, tapi hanya untuk mereka yang siap.

Putri Az zahra Suherman

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar