Free Gift

Melihat Lebih Dekat Kehidupan Santri Ponpes Darul Huda Mayak Ponorogo di Hari Santri Nasional 2025

Poin Penting : 

  • Ponorogo juga tersemat julukan Kota Santri sebab ratusan pesantren ada di Bumi Reog
  • Satu diantaranya Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
  • Di pondok tersebut tak hanya pendidikan agama namun juga ada pendidikan formal

Laporan Wartawan Sabo, Pramita Kusumaningrum

Sabo, PONOROGO – Banyaknya pondok pesantren di Ponorogo menjadikan kota tersebut juga tersemat kota santri. 

Lantaran terdapat ratusan pondok pesantren (Ponpes).

Lalu bagaimana kehidupan santri di Ponpes? Satu diantaranya Ponpes yang berdiri di atas tanah Kabupaten Ponorogo adalah Ponpes Darul Huda Mayak di Kelurahan Tonatan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, Jatim.

Pantauan Tribunjatim Network terlihat sekitar pukul 12.00 WIB, santriwan-santriwati bertolak ke Aula. Bukan tanpa sebab, saat Hari Santri Nasional (HSN) 2025, Charly Vanhoutten.

Mereka bernyanyi bersama. Santriwati maupun santriwan turut bernyanyi. Mereka juga mengikuti musik yang tenar pada masanya.

Pasca Charly Vanhoutten selesai, santriwati maupun santriwan kembali ke asrama. Mereka shalat dhuhur berjamaah, makan siang dan istirahat.

Setelahnya, sekitar 14.30 wib ribuan santriwati dan santriwan itu bersiap-suap untuk sekolah sore atau biasa disebut Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah itu sampai pukul 16.30 wib.

Pasca Madrasah Diniyah, ribuan santriwan santriwati kemudian shalat ashar, makan dan kembali persiapan untuk shalat magrib lalu pengajian sesuai kemampuan. Lalu ke baru shalat isya dilanjutkan belajar lagi.

Di tengah-tengah itu, setiap minggu dan bulan, ada pengasahan minat dan bakat yang sangat difasilitasi oleh pihak Ponpes Darul Huda Mayak.

“Memang kehidupannya sudah tertata, tetapi bukan berarti kita tidak bisa mengikuti perkembangan zaman,” ungkap satu diantara santriwati Ponpes Darul Huda Mayak, Nurin Fauziatul Akmala, Rabu (22/10/2025)

Dia menceritakan detail bagaimana kehidupan di Ponpes Darul Huda Mayak, mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Dimana dimulai bangun pukul 03.30 wib, dilanjutkan persiapan lalu shalat subuh lalu dilanjutkan pengajian kitab kuning yang dinamakan pengajian weton.

“Baru kemudian persiapan sekolah formal dan makan sarapan. Kami tetap ada sekolah formal seperti sekolah lain tidak hanya mengaji. Mulai pukul 07.00 wib sampai 12.00 wib,” tegasnya.

Dilanjutkan istirahat, makan siang. Lalu persiapan madrasah diniyah pukul 14.30 wib. 

Nurin mengaku bahwa madrasah diniyahnya bernama Madrasah Miftahul Huda, ada 6 tingkatan.

“Pasca madrasah sekitar pukul 16.30 wib kami shalat ashar berjamaah, makan kemudian persiapan shalat magrib dilanjutkan pengajian sorogan Quran maupun kitab lalu jamaah isya dan ditutup belajar. Pukul 22.00 wib diharuskan sudah beristirahat,” sambungnya

Ditengah-tengah kegiatan padat, akhir pekan ada pembinaan minat dan bakar. Seperti menggambar, kaligrafi, melukis. Yang mempunyai minat musik bisa banjari atau hadrah.

“Olahraga juga ada futsal, sepakbola, volly. Ponpes yang disebut kolot tidak terbukti, karena bisa mengikuti jaman yang ada,” tambahnya.

Pengasuh Ponpes Darul Huda Mayak, K.H Abdul Adhim menjelaskan semua yang dilakukan di ponpes adalah tidak sekedar materi kebendaan maupun dunia.

“Semua adalah khidmat mencari Ridho Allah SWT.Alhamdulillah untuk hidupnya alhamdulillah juga nyaman semuanya dari pengurus dari ustaz dari yang terkait atau yang melibatkan diri atau terlibat di pondok pesantren itu adalah semuanya khidmat, tidak ada satupun niatan materi atau benda atau dunia adalah  khidmat mencari ridho Allah,” urainya

Tidak hanya mengaji, maupun pendidikan formal lain. Akan tetapi juga ada kegiatan bersifat mingguan atau bulanan untuk mengasuh minat dan bakat,

“Ada yang sepakbola ada yang olahraga nanti ibu bisa lihat sendiri lapangan olahraga di futsal bisa menggambar kaligrafi dan seterusnya,” tegasnya 

Menurutnya, semua difasilitasi. Baik itu olahraga maupun seni.  Menurutnya semuanya adalah niatnya khidmat, mencari ridho, Allah tidak ada niatan untuk memperkaya diri.

“Bisa tetap tersalur aja. Banyak Ponpes Darul Huda Mayak sini bisa yang jadi dokter ada jadi perawat ada bahkan di sini ada pusat kesehatan ponoes itu perawatnya diambil dari alumninya sendiri,” tegasnya.

K.H Abdul Adhim menyatakan Ponpes Darul Huda Mayak berdiri tahun 1968. 

Awalnya hanya menyelenggarakan ngaji saja atau biasa disebut madrasah diniah.

“Kemudian mulai tahun 1989 kita mengikuti program pemerintah, yakni sekolah formal bernaung di bawah kementerian akan,” tegasnya.

Saat ini ada 7.000 santriwan maupun santriwati. Dengan rincian 6.000 adalah santri mukim, sisanya santri yang tidak mukim

“Monggo orang tua yang masih ragu menyekolahkan ke Pondok, jangan ragu lagi ya,” pungkasnya.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar