SUDAH lebih dari dua milenium sistem irigasi Dujiangyan berdiri. Terletak di pertemuan lembah dan daratan provinsi Sichuan, Cina Barat Daya, Dujiangyan tak hanya sekadar warisan, karena ia masih berfungsi dan relevan hingga hari ini.
Sistem irigasi ini dirancang dan dibangun pada masa Negara Qin sekitar 256 SM oleh Kepala Proyek, Li Bing, dan anaknya. Berbeda dengan sistem irigasi yang biasa ditemui yakni dengan bendungan raksasa, sistem irigasi ini menggunakan tiga perangkat utama yang mengatur arus dengan mengoptimalkan topografi alam, yakni Yuzui (Fish-Mouth Levee), Feishayan (Flying-Sand Weir) dan Baopingkou (Bottle-Neck Channel).
Bagian Yuzui (Fish-Mouth Levee) pada sistem irigasi Dujiangyan, Chengdu, Provins Sichuan, Cina, 19 Oktober 2025. Tempo/RR Ariyani
Hingga kini sistem irigasi Dujiangyan masih terus digunakan untuk kepentingan irigasi, pengendalian banjir dan transportasi air di Chengdu Plain. Bahkan, pada tahun 2000 lalu, Mount Qingcheng dan Dujiangyan dicatat sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2000, karena nilai universalnya.
Nilai universal yang dimaksud adalah kombinasi inovasi teknik, nilai budaya Taoisme yang tumbuh di sekitarnya, serta dampak sosio-ekonomi yang panjang bagi dataran Chengdu. Hingga kini, sistem itu masih berfungsi, mengairi ratusan ribu hektare sawah di Sichuan.
Pemutaran video pendek tentang sistem irigasi Dujiangyan, Chengdu, Provinsi Sichuan, Cina, 19 Oktober 2025. Tempo/RR Ariyani
Siam News Network mencatat, Dujiangyan saat ini mengairi sekitar 770 ribu hektare lahan pertanian di delapan kota dan 41 wilayah tingkat kabupaten di provinsi Sichuan. Meskipun gempa besar telah mengguncang kawasan ini, termasuk gempa Wenchuan pada 2008, struktur inti Dujiangyan tetap tangguh dan terus melayani kebutuhan air.
Tak hanya berfungsi sebagai sistem irigasi, Dujiangyan kini juga berfungsi sebagai objek pariwisata. Pada tahap awal, para wisatawan baik lokal dan mancanegara tampak berduyun-duyun menyusuri jalan setapak hingga jembatan gantung menuju bukit tinjau untuk bisa melihat lebih jelas Yuzui Levee dan bagaimana pemandangan luas air sungai bercabang.
Paviliun utama yang merupakan titik pandang terbaik untuk menyaksikan keseluruhan sistem irigasi Dujiangyan di kompleks Kuil Erwang (Two Kings Temple), Chengdu, Provinsi Sichuan, Cina, 19 Oktober 2025. Tempo/RR Ariyani
Para pejalan kaki lalu melanjutkan perjalanan ke arah Baopingkou dan lokasi-lokasi berlatar sejarah. Mereka juga bisa masuk ke kompleks kuil seperti Erwang Temple (Kuil Dua Raja) yang dibangun untuk menghormati Li Bing.
Para wisatawan menyusuri jembatan gantung di kompleks sistem irigasi Dujiangyan, Chengdu, Provins Sichuan, Cina, 19 Oktober 2025. Tempo/RR Ariyani
Data pemerintah kota Dujiangyan pada tahun 2023 mencatat ada 28,65 juta kunjungan. Selama liburan Qingming 2024, objek wisata kelas A di Sichuan termasuk Dujiangyan mencatat lonjakan kunjungan hingga 10,78 juta wisatawan. Pada 2024 tercatat sekitar 7,8 juta kunjungan ke area wisata tersebut. Sistem irigasi Dujiangyan pun kini mencerminkan peran ganda, karena selain berfungsi sebagai situs sebagai warisan sejarah, tapi juga motor pertumbuhan ekonomi sebagai objek wisata.
Jalan menuju kompleks kuil berisi kolom kayu, langit-langit berornamen yang merupakan bagian lain dari sistem irigasi Dujiangyan, provinsi Sichuan, Cina, 19 Oktober 2025. Tempo/RR Ariyani
Dalam artikel berjudul “Dujiangyan Irrigation System – a world cultural heritage corresponding to concepts of modern hydraulic science” yang diterbitkan dalam jurnal Hydro-environment Research pada 2010, dipaparkan soal penelitian akademik dan penerapan praktik di Asia menunjukkan prinsip- prinsip Dujiangyan berguna untuk mitigasi bencana dan manajemen sedimen. Namun dalam implementasi teknisnya selalu perlu adaptasi lokal.
Instalasi tiga dimensi yang menggambarkan sistem irigasi Dujiangyan, Chengdu, Provinsi Sichuan, Cina, 19 Oktober 2025. Tempo/RR Ariyani
Menurut Shuyou Cao, Xingnian Liu dan Huang Er dalam artikel itu, replikasi sistem literal dari sistem ini pun terhitung sulit karena kondisi geologi dan hidrologi yang sangat spesifik. Walhasil, alih-alih meniru rupa, banyak insinyur dan perencana meminjam pendekatannya: memahami sungai, memanfaatkan topografi, dan merancang infrastruktur yang lebih ramah dengan alam.
Laporan wartawan Tempo dari Chengdu, Cina






