Tourism Destination simply a refers to a concept which describe a unique place where a visitor spends sometime, sleep over and exhibit tourism products (Destinasi wisata merujuk pada konsep yang menggambarkan tempat yang unik Dimana pengunjung menghabiskan waktu, menginap dan melihat (berbagai) produk pariwisata.
Definisi destinasi wisata memang beragam namun pada dasarnya merujuk pada sebuah tempat yang bisa berupa kota, desa, pantai, gurun dan lainnya, namun apakah hanya sebatas tempat saja untuk mendefinisikan destinasi wisata.
Namun seorang penulis bernama Caroline Mutuku dalam makalahnya berjudul “Tourism Destinations.Definitions, Changes and Trends” menyebutkan bahwa destinasi diidentifikasikan dengan daya Tarik, fasiltas pendukung dan sumber daya pariwisata lainnya.
Tambahan ini bisa dikatakan untuk menekankan bahwa tidak semua destinasi wisata di dunia sama — baik itu daya tariknya, fasilitas pendukungnya serta sumber daya lainnya, dengan perkataan lain bahwa destinasi wisata dibedakan oleh apa yang dipertunjukan dan disediakan.
Mari kita memaknai dari definisi destinasi wisata ini lebih dalam lagi dengan pertama melihat sebuah Pantai yang indah namun tidak ada restoran, caf atau hotel dan toko souvenir disana, walau memang tetap akan ada pengunjungnya namun manfaat (ekonomi) yang diperoleh oleh daerah tersebut tidak maksimal.
Mari kita tempatkan tadi sebagai pasar serta pengunjung sebagai pembeli, di sini yang terjadi adalah hanya ada pengunjung di sebuah tempat yang seharusnya menjadi tempat jual beli — juga sebagai tempat yang seharusnya dapat menjadi roda perekonomian.
Mungkin gambaran ini tidak jarang kita temui di berbagai tempat yang indah di Indonesia tapi belum sepenuhnya dikembangkan sehingga manfaat ekonomi yang seharusnya dapat mempercepat roda perekonomian daerah tersebut tidak terjadi.
Sekarang pertanyaan, siapa yang seharusnya mengembangkan destinasi wisata, apakah pemerintah atau swasta — baik perorangan maupun badan usaha ?
Jawabannya bisa keduanya, tidak masalah siapa yang memulainya, namun demikian kita sebaiknya juga tidak lupa bahwa pasar atau tempat jual beli beragam tingkatannya.
Kita bisa melihat ini dari mulai pasar tradisional, toko kelontong hingga department store, mall, butik tidak hanya berbeda dalam hal produk yang diperjualbelikan tapi juga berbeda suasana dan pelayanannya, walaupun demikian semua tersebut tetap sebuah pasar — tempat pertemuan antara pembeli dan penjual.
Jika kita aplikasikan ini ke destinasi wisata, maka dapat tergambar berbagai tingkatan hotel, caf, restoran , mulai dari yang paling ekonomis hingga yang super mewah.
Mari kita terbang ke dua tempat yang serupa namun terletak di dua negara yaitu ke Arab Saudi dan atau tepatnya ke Desert Rock yang merupakan gurun yang terletak di laut Merah sekitar 500 km dari kota Jeddah atau hanya 20 menit dari bandara RSI, disini terdapat fasilitas berupa resort yang mewah .
Gurun yang kedua adalah di Glen Canyon National Recreation Area (shortened to Glen Canyon NRA, Utah Amerika disini terdapat juga sebuah resort yang sudah menjadi tujuan para selebritas kelas dunia.
Dari dua tempat ini saja kita dapat menggambarkan bahwa apapun wujudnya, dimanapun lokasinya, sebuah destinasi wisata bisa menjadi pasar yang menghasilkan manfaat ekonomi yang luar biasa asalkan dengan cara yang tepat, bagaimana cara yang tepat itu ?
Kita ada baiknya mengenali target market mana yang kita akan bidik atau segmentasi, dalam artian bahwa jika kita sudah memutuskan target marketnya maka kita bangun segala fasilitas yang memang ditujukan untuk target market tersebut.
Para pelaku wisata adalah laksana pembeli yang dapat terbagi berdasarkan latarbelakang, gaya hidup serta statusnya dimana semua ini dapat tergambarkan pada pilihan dan preferensi — baik terhadap tempat serta fasilitas yang terdapat di sebuah destinasi wisata.
Jika kita ke Bali, mungkin kita bisa lihatnya pada berbagai lokasinya seperti Nusa Dua, Ubud, Canggu, Kuta, Seminyak dan lainnya dimana fasilitas seperti hotel dan villa dimana setiap lokasi dapat dikatakan menggambarkan perbedaan pilihan dan preferensi para pelaku wisata tersebut.
Namun demikian, apakah kira kira percampuran semacam ini dapat diaplikasikan di kedua gurun tadi di atas ?
Di sini kita ada baiknya juga memahami bahwa kita tidak dapat mencampur pilihan dan preferensi pelaku wisata di semua destinasi wisata, seseorang yang memilih tempat jauh dari keramaian serta atas dasar privasi sebagai preferensinya tidaklah sama atau dapat digabungkan dengan seseorang yang memilih tempat dimana terdapat keramaian.
Di sini kita dapat artikan bahwa destinasi wisata bukan yang menggambarkan kemewahan tapi segala fasilitas yang tersedia dan ditawarkan kepada para pelaku wisata.
Di sinilah letak dimana kita sebagai negara yang memiliki stok destinasi wisata tidak terbatas ini keliru ataupun tidak tepat mengembangkan sebuah destinasi wisata, mungkin kita pernah mendengar istilah destinasi wisata premium dan lain sebagainya namun apa yang tersedia dan ditawarkan tidak semua premium.
Mungkin ada baiknya kita memulai mendata dan menganalisis semua destinasi wisata yang ada di Indonesia sehingga kita akhirnya dapat menentukan pengembangan yang sesuai atau tepat sasaran pada target marketnya, seperti yang dilakukan di kedua gurun di atas misalnya.
Jangan sampai pengembangan destinasi wisata kita hanya berdasarkan hasil atau keinginan kita untuk menerapkan keberhasilan sebuah pulau di tempat lain di saar kita sebenarnya sudah memahami bahwa setiap destinasi wisata memiliki keunikan yang notabene merupakan pembeda dari satu tempat terhadap tempat lainnya.
Juga ada baiknya pariwisata kita tidak berfokus pada pasar domestik (harapan juga pada aviasi kita) walau pergerakan pelaku wisata kita sangat significant dari tahun ke tahun namun pasar internasional perlu lebih difokuskan melalui pengembangan berdasarkan pemahaman akan pilihan dan preferensi dari setiap target market.
Kita juga perlu berusaha untuk tidak mencampuradukan atau bahkan menempatkan target market pada pasar yang keliru, karena manfaat ekonomi yang akan didapat bisa tidak maksimal, bukankah ini sangat kontra dengan definisi dari kawasan preservasi ataupun taman bumi itu sendiri ?
Selain itu pula hindari pula untuk menjadikan kawasan preservasi ataupun taman bumi sebagai tempat lomba perahu cepat dimana potensi terhadap polusi air dapat terjadi.
Dan jika kita melihat resort di Utah di atas dimana berlokasi di taman nasional maka kita juga dapat melihat bahwa sebuah Kawasan preservasi sebenarnya dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata selama kegiatan (wisata) yang ditawarkan tidak untuk merusak kawasan tersebut.
Pemilihan target market di sini dapat memainkan peranan serta dengan menawarkan jenis kegiatan yang edukatif kepada para pelaku wisata disana misalnya.
Negara Arab Saudi kini tengah mengembangkan pulau Sheybarah dengan konsep berkelanjutan yang artinya tidak semua kegiatan wisata dapat merusak alam bilamana dikembangkan dengan cara yang tepat.
Destinasi wisata adalah laksana sebuah pasar dimana kita perlu memahami produk apa yang kita ingin jual serta kepada siapa kita akan menjualnya, jika kita dapat membedakan pasar tradisional, toko kelontong, department store, mall hingga butik maka kita seharusnya dapat menerapkan keahlian kita membedakan pasar pada destinasi wisata.
Semoga para pengambil kebijakan ataupun para individu serta badan usaha yang ingin mengembangkan destinasi wisata dapat lebih memahami destinasi wisata sebagai pasar pada saat perencanaan sehingga apa yang disediakan dan ditawarkan tepat sasaran dengan mengenali produk serta calon pembelinya.
Kita boleh saja membidik wisatawan yang berkualitas namun alangkah lebih baiknya jika kita memulai dari destinasi wisata yang berkualitas karena sesuai dengan definisi Quality of a tourism destination oleh UN Tourism (dahulunya UNWTO) dimana disebutkan bahwa kualitas dari destinasi wisata merujuk pada kepuasaan para wisatawan terhadap produk dan layanan yang disediakan dan ditawarkan.
Salam Pariwisata
Referensi :
en.wikiversity.org/wiki/Tourism_Destination_Managementdesertrock.sa/en/redseaglobal.com/en/our-destinations/the-red-sea/sheybarah-island/scmp.com/magazines/style/leisure/article/3211954/move-over-maldives-saudi-arabias-luxury-sheybarah-island-resort-wants-be-worlds-next-eco-tourismforbestravelguide.com/destinations/canyon-point-utah/travel-guideuntourism.int/glossary-tourism-termsTourism Destinations.Definitions, Changes and Trends (Caroline Mutuku, 2017)






