Free Gift

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Beberkan 5 Langkah Transformasi Pendidikan Nasional, Pastikan Hak Anak

Sabo – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan komitmennya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, merata, dan inklusif bagi seluruh anak Indonesia, tanpa terkecuali.

“Setiap anak Indonesia, apapun keadaan ekonominya, apapun sukunya, apapun agamanya, dimanapun mereka berada, mereka harus mendapatkan haknya sebagai warga negara,” ujar Abdul Mu’ti dalam wawancara eksklusif bersama Sabo beberapa waktu lalu.

Mu’ti menjelaskan, transformasi pendidikan nasional kini dijalankan melalui lima langkah strategis utama untuk meningkatkan kualitas, pemerataan, dan relevansi pendidikan di Indonesia.

1. Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Langkah pertama adalah perbaikan sarana dan prasarana pendidikan.

Menurut Mu’ti, tahun ini terdapat 16.170 sekolah yang akan rampung direvitalisasi.

“Revitalisasi untuk 16.170 sekolah akan selesai pertengahan Desember 2025, jauh di atas target awal 10.440,” terangnya.

Selain itu, pemerintah juga terus mempercepat program digitalisasi sekolah. Lebih dari 40.000 Papan Interaktif Digital (Interactive Flat Panel/IFP) telah dikirim ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

“Sekarang ini yang sudah terkirim dan sudah dipakai di sekolah itu lebih dari 40.000. Kemudian yang sudah diproduksi siap dikirim kita targetkan di bulan November nanti, 10 November itu lebih dari 120.000 unit dan prosesnya sekarang terus berjalan,” katanya.

Mu’ti menargetkan total penyaluran mencapai 288 ribu unit hingga akhir 2025.

“Kita pastikan itu semuanya sudah bisa dipakai pada pertengahan atau 10 November 2025 tapi pada pertengahan Desember 288.000 itu sudah terkirim secara keseluruhan,” tambahnya.

2. Peningkatan Kompetensi dan Kesejahteraan Guru

Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru juga menjadi prioritas.

Mu’ti mengatakan, kementeriannya memberikan beasiswa bagi guru untuk melanjutkan studi ke jenjang D4 atau S1.

“Yang belum D4 atau S1, kita berikan kesempatan dengan beasiswa dari kementerian,” jelasnya.

Selain itu, tunjangan sertifikasi guru non-ASN juga naik dari Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta. Berbagai pelatihan seperti Pendidikan Profesi Guru (PPG), pelatihan coding, AI, hingga bimbingan konseling terus digalakkan.

“Termasuk program-program yang berkaitan dengan kemampuan mereka dalam mengelola kelas dan berbagai hal lain yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan dan kompetensi guru,” tuturnya.

3. Pembelajaran Mendalam dan Atasi Learning Loss

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, pemerintah menerapkan pembelajaran mendalam (deep learning) guna mengatasi learning loss dan rendahnya skor PISA siswa Indonesia.

“Kami berusaha mengatasi masalah learning loss dan kemampuan yang rendah dari sisi PISA dengan memperbaikinya dari hulunya, dari bagaimana guru itu mengajar,” kata Mu’ti.

Ia juga menyoroti masalah learning poverty, yakni kondisi anak usia 10 tahun yang belum mampu membaca dan memahami teks sederhana.

“Ada istilah itu learning poverty. Yang kita coba perbaiki dari hulunya, dari bagaimana guru itu mengajar,” ucapnya.

4. Penguatan Pendidikan Karakter

Mu’ti juga menekankan pentingnya pendidikan karakter sejak dini.

Beberapa program unggulan yang dijalankan antara lain Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH), Senam Anak Indonesia Hebat, hingga Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib.

“Dan program-program yang berkaitan dengan bagaimana peningkatan karakter melalui berbagai program, misalnya pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib, dan juga mendorong para murid untuk aktif dalam berbagai kegiatan kepemimpinan,” jelasnya.

5. Program Wajib Belajar 13 Tahun, Dimulai dari TK

Langkah terakhir adalah wajib belajar 13 tahun, dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK). Kementerian menargetkan setiap desa memiliki minimal satu TK.

“Target kami satu desa satu TK. Anak-anak yang punya pengalaman pendidikan di TK terbukti lebih siap secara karakter dan akademik,” ujarnya.

Mu’ti menjelaskan, penelitian menunjukkan anak yang mengenyam pendidikan TK memiliki kemampuan akademik dan kepercayaan diri lebih tinggi.

“Yang dengan itu kami berharap agar semua anak TK ini dapat belajar karena banyak penelitian menunjukkan bahwa learning sustainability dan juga kepribadian rasa percaya diri anak-anak yang punya pengalaman pendidikan di TK itu lebih baik dari mereka yang tidak punya pengalaman,” ungkapnya.

Dengan lima langkah besar tersebut, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa transformasi pendidikan Indonesia bukan sekadar jargon, melainkan upaya nyata agar setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan maju.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar