Free Gift

Menembus Langit Atacama: Catatan Perjalanan Seorang Diplomat di Ujung Dunia

AA1OQtOM

Negeri Penyair, mungkin itulah salah satu bayangan kita tentang Chile. Negara tipis dan panjang di ujung dunia ini membentang sepanjang lebih dari 4.630 kilometer dari utara ke selatan, dengan lebar hanya sekitar 430 kilometer di titik terlebar timur ke barat. Dari padang gurun terkering di dunia Atacama di utara, hingga lautan gletser Patagonia di selatan, negara ini menawarkan tidak hanya tradisi sastra yang kuat lewat Nobel Sastra yang dimenangkan dua penyair kenamaan Chile, Pablo Neruda dan Gabriella Mistral, namun juga keindahan alamnya yang menakjubkan.

Selama masa penugasan saya sebagai diplomat di KBRI Santiago, saya beruntung berkesempatan mengunjungi suatu kota kecil di utara Chile bernama San Pedro de Atacama. Kota yang dikelilingi dengan gurun pasir, dataran garam, jajaran bebatuan, gunung berapi dan geiser ini menyuguhkan pemandangan unik yang tidak dapat ditemui di tempat lain.

AA1OQtOP

Perjalanan saya dari Santiago ke San Pedro de Atacama memakan waktu sekitar 2 jam dengan pesawat terbang, yang kemudian dilanjutkan perjalanan darat selama satu setengah jam. Tak banyak yang bisa dilihat dalam perjalanan dari bandara menuju kota, di mana sejauh mata memandang hanya terlihat permukaan yang kering, berdebu dan gersang.

El pueblo, atau kota kecil, San Pedro de Atacama yang terletak 2,400 meter di atas permukaan laut hanya dihuni sekitar 5.000 penduduk, dan menjadi salah satu tempat terpencil di dunia. Pusat kotanya penuh dengan jajaran rumah-rumah kecil sederhana berwarna putih dan coklat bata dan beratapkan jerami dan kayu. Di sepanjang jalan rumah-rumah kecil ini biasanya menawarkan toko souvenir, restoran dan kafe, hostel, atau paket-paket tur lengkap dengan guide-nya. Ohya, di Atacama jangan berharap dapat berjalan-jalan “cantik” dengan sepatu putih, karena sebagian besar jalanan tidak beraspal dan berdebu. Saat mengunjungi Atacama, pastikan mengenakan pakaian dan sepatu yang nyaman karena kita akan banyak berjalan kaki di tengah teriknya matahari gurun.

AA1OQtOT

Sekitar 14 kilometer dari kota San Pedro de Atacama, terdapat Laguna Chaxa yang merupakan bagian dari Reserva Nacional Los Flamencos, atau cagar alam tempat berdiamnya berbagai jenis spesies burung flamingo khas Chile. Dari kejauhan, laguna ini tampak seperti lautan kristal dengan balutan warna merah muda yang dipantulkan oleh bayangan ratusan flamingo yang seakan menari gemulai di atas air yang dangkal. Di sekelilingnya, hamparan garam putih menyelimuti seperti karpet salju yang menambah kesan surealis saat menginjakkan kaki di tempat ini.

AA1OQIWf

Dari Laguna Chaxa, perjalanan saya berlanjut ke Laguna Miscanti dan Miñiques, dua danau kembar berwarna biru tua di ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut. Perjalanan menuju ke dua danau ini memakan waktu hampir dua jam. Dikelilingi pegunungan Andes, udara di sana terasa tipis, membuat langkah terasa lebih berat dan kepala sedikit pusing, saat harus berjalan menyusuri jalan setapak sejauh 2,4 kilometer menuju danau. Jika beruntung, kita dapat melihat vicuña, spesies camelid khas dari Amerika Latin yang sering ditemui di kawasan dataran tinggi Andes, melintas perlahan di tepian danau. Pastikan membawa perbekalan air yang cukup dan membawa jaket, meski matahari bersinar terik, suhu di sana bisa turun drastis.

AA1OQDTv

Spot lain yang harus harus dikunjungi saat berada di Atacama adalah Valle de la Luna, atau Lembah Bulan seperti yang dikatakan masyarakat setempat. Sebuah penamaan yang tepat, karena bentang alamnya yang terjal dengan formasi batuan dan bukit pasir benar-benar membuat kita seakan berada di planet lain. Saking kering dan gersangnya area ini, banyak yang menyamakan Atacama dengan planet Mars, bahkan NASA pun sering menggunakan uji coba misi wahana penjelajahnya di wilayah ini karena kemiripan topografinya.

Di salah satu titik tertinggi di lembah ini, kita dapat menyaksikan matahari terbenam begitu dekat dengan kepala kita. Saat mentari perlahan turun di ufuk barat, seluruh lembah berubah warna dari oranye, menjadi keemasan, lalu merah menyala. Udara hangat pun sekejap berubah menjadi dingin, dengan matahari seolah berpamitan tepat di depan mata, membawa kita ke kehingan dalam dimensi yang tidak dapat diungkapkan kata-kata.

AA1OQrEv

Di malam hari, langit Atacama bagaikan kanvas bintang paling menakjubkan yang pernah saya lihat. Dengan langit yang terbebas dari polusi cahaya, ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut, serta udara gurun yang sangat kering, milyaran bintang terlihat menyala begitu terang di langit Atacama. Begitu jelasnya langit Atacama, hingga menjadikannya tempat berbagai observatori dan planetarium penting untuk mempelajari astronomi dari berbagai negara. Di sana, saya bersama sekelompok wisatawan asing mengikuti sesi observatori bintang yang disediakan paket tur setempat. Dengan teleskop besar yang disediakan, kami bisa melihat langsung galaksi Bimasakti, berbagai gugusan bintang, dan titik cahaya planet-planet yang berbaris rapi.

Perjalanan ke Atacama bukan hanya perjalanan geografis, tapi juga spiritual. San Pedro de Atacama dengan penduduknya yang masih memegang tradisi kuno suku Atacameño dan hidup berdampingan dengan kerasnya gurun selama berabad-abad mengajarkan saya tentang ketangguhan dan kekuatan. Bentangan langit dan galaksi yang terasa begitu dekat mengajarkan saya tentang ketenangan, kesederhanaan, dan betapa kecilnya diri kita di tengah alam semesta ini. Ada sesuatu yang spiritual saat saya menatap dalam langit Atacama. Bagi seorang diplomat yang sehari-hari berkutat dengan pertemuan, dokumen, dan protokol, pengalaman di Atacama menjadi pengingat bahwa ada “diplomasi” lain yang lebih universal, yaitu diplomasi antara manusia, sang pencipta dan alam semesta. Terkadang kita hanya perlu berhenti sejenak, berpikir, dan bersyukur mengetahui bahwa kita berada di dunia ini untuk suatu tujuan dan memanfaatkan kesempatan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.

AA1OQIWk

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar