Sabo Juventus tengah menjadi sorotan tajam usai gagal meraih kemenangan dalam tujuh pertandingan terakhir di semua kompetisi. Hasil ini menandai salah satu periode terburuk klub dalam beberapa musim terakhir, di mana performa pasukan Igor Tudor tampak menurun drastis.
Rentetan buruk Juventus dimulai dengan lima hasil imbang beruntun di semua ajang. Setelah itu, mereka tumbang 2-0 dari Como dan kalah tipis 1-0 dari Real Madrid di Liga Champions. Dalam laga terakhir melawan AC Milan, Juventus juga gagal mencetak gol dan harus puas bermain imbang 0-0.
Rangkaian hasil ini memperlihatkan betapa rapuhnya performa Juventus belakangan ini. Ketajaman lini depan hilang, sedangkan pertahanan pun kerap kehilangan konsentrasi di momen krusial. Kesulitan mencetak gol dan lemahnya penyelesaian akhir menjadi sorotan utama dari kegagalan tim.
Seret Gol dan Lini Belakang yang Rapuh
Masalah utama Juventus terlihat dari ketidakmampuan mencetak gol. Dalam tiga laga terakhir, mereka sama sekali gagal menjebol gawang lawan meski mampu menciptakan sejumlah peluang. Saat melawan Real Madrid, Juventus tercatat melakukan 12 percobaan ke arah gawang, namun tak satu pun berbuah gol. Sementara Madrid justru menang lewat gol hasil pantulan bola.
Selain masalah di lini depan, pertahanan Juventus juga tidak stabil. Kekalahan dari Como memperlihatkan lemahnya koordinasi pemain bertahan saat menghadapi serangan cepat lawan. Beberapa kali, pemain bertahan terlihat tidak siap menghadapi situasi transisi.
Ketegangan Internal dan Kritik untuk Igor Tudor
Krisis Juventus juga diperparah dengan isu internal antara pelatih Igor Tudor dan manajemen klub. Laporan menyebut adanya ketegangan antara Tudor dan General Manager Damien Comolli terkait strategi serta kebijakan transfer pemain. Tudor dikabarkan merasa tidak dilibatkan secara penuh dalam proses perekrutan pemain pada bursa transfer musim panas.
Hubungan yang kurang harmonis itu berimbas pada suasana ruang ganti yang tidak kondusif. Dampaknya terlihat pada performa tim yang inkonsisten, bahkan di pertandingan besar sekalipun.
Secara taktik, Tudor menerapkan sistem pressing tinggi dengan serangan balik cepat. Namun, skema ini justru dianggap monoton dan mudah ditebak. Kritik pun berdatangan dari media dan pengamat sepak bola Italia. Jurnalis Enzo Bucchioni bahkan menggambarkan permainan Juventus di bawah Tudor sebagai tim yang “banal, predictable, soulless,” atau dalam terjemahan bebas: membosankan, mudah ditebak, dan kehilangan jiwa.
Krisis Identitas dan Tekanan pada Pelatih
Juventus kini dianggap kehilangan identitas permainan. Pola menyerang yang tidak jelas dan minim kreativitas membuat mereka sulit menembus pertahanan lawan yang bermain disiplin. Tudor sendiri mengakui rasa frustrasinya setelah kekalahan dari Real Madrid karena tim gagal memanfaatkan peluang menjadi gol meski mendominasi permainan dalam beberapa momen.
Tekanan terhadap Tudor kini meningkat seiring dengan hasil buruk yang terus berlanjut. Nasibnya di kursi pelatih bisa bergantung pada hasil beberapa laga berikutnya. Jika tren negatif tak segera berakhir, manajemen diprediksi akan mengevaluasi posisinya.
Krisis Juventus saat ini merupakan kombinasi dari masalah taktik, lemahnya penyelesaian akhir, konflik internal, serta kehilangan arah permainan. Tanpa perbaikan cepat, Si Nyonya Tua berisiko tersingkir dari persaingan papan atas Serie A musim ini.***






