Free Gift

Mengapa Orang Pintar Tak Selalu Jadi Orang Kaya? Ini Penjelasan Ilmiahnya

SaboPernahkah Anda mendengar seseorang berkata, “Kalau kamu pintar, kenapa tidak kaya?”.

Sekilas terdengar seperti candaan ringan, tetapi kalimat itu menyimpan pertanyaan yang jauh lebih dalam.

Ucapan sederhana tersebut seolah menggugat keyakinan lama bahwa kecerdasan otomatis membawa kesuksesan dan kemakmuran.

Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian.

Banyak orang cerdas dengan otak brilian justru hidup biasa-biasa saja, sementara sebagian lain yang tampak tidak begitu pintar berhasil menumpuk kekayaan luar biasa.

Lantas, apa yang sebenarnya membedakan keduanya? Mengapa orang pintar tak selalu kaya?

Keberuntungan lebih menentukan daripada kecerdasan?

Dilansir dari MIT Technology Review (1/3/2018), penelitian oleh Alessandro Pluchino dan tim di Universitas Catania, Italia, menemukan bahwa kesuksesan lebih banyak ditentukan oleh keberuntungan daripada kecerdasan.

Melalui simulasi komputer yang memetakan perjalanan hidup manusia selama 40 tahun, para peneliti menemukan hasil menarik:

orang-orang terkaya bukanlah yang paling berbakat, melainkan mereka yang paling sering mendapat kesempatan baik secara kebetulan.

Distribusinya menyerupai dunia nyata, mengikuti prinsip 80/20, di mana 20 persen orang menguasai 80 persen kekayaan. Namun, kelompok 20 persen itu ternyata bukanlah yang paling pintar.

Model tersebut menegaskan satu hal penting, yakni keberuntungan memainkan peran besar dalam kesuksesan.

Orang-orang paling sukses dalam simulasi adalah mereka yang lebih sering mengalami peristiwa menguntungkan sepanjang kariernya.

Sebaliknya, mereka yang kurang beruntung, meskipun cerdas dan berbakat, kerap berakhir dengan hasil yang biasa saja.

Temuan ini memunculkan pertanyaan baru, jika keberuntungan begitu berpengaruh, bagaimana seharusnya peluang dan sumber daya dibagikan secara adil?

Pluchino dan tim kemudian menguji model tersebut dalam konteks pendanaan riset ilmiah.

Mereka mencoba tiga skema, termasuk dana dibagi rata ke semua ilmuwan, dibagikan secara acak kepada sebagian kecil peneliti, dan diberikan hanya kepada yang paling sukses sebelumnya.

Hasilnya mengejutkan. Pendanaan yang dibagi rata justru menghasilkan kemajuan paling besar, diikuti oleh sistem acak.

Sementara itu, memberi dana hanya kepada “peneliti terbaik” ternyata kurang efektif, karena penemuan besar sering kali lahir dari serendipity  atau kebetulan yang tak terduga.

Kesimpulannya, menjadi kaya atau sukses tidak selalu soal seberapa pintar seseorang, tetapi seberapa tepat ia berada di tempat dan waktu yang benar.

Dunia mungkin tidak sepenuhnya meritokratis, namun memahami peran keberuntungan bisa membuat kita lebih bijak dalam menilai arti kesuksesan.

Kepribadian juga berperan

Menurut laporan Bloomberg (23/12/2016), penelitian yang dipimpin ekonom peraih Nobel James Heckman menunjukkan bahwa kecerdasan bukan satu-satunya kunci sukses.

Faktor kepribadian, seperti disiplin, ketekunan, tanggung jawab, dan kehati-hatian, ternyata berpengaruh besar terhadap keberhasilan finansial.

Dalam studi yang melibatkan ribuan peserta dari Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda, Heckman menemukan bahwa nilai akademik dan hasil tes prestasi justru lebih akurat memprediksi kesuksesan hidup dibanding skor IQ semata.

Nilai bukan hanya mencerminkan kepintaran, tetapi juga keterampilan non-kognitif seperti kegigihan, motivasi, dan kemampuan bekerja sama.

Heckman menegaskan, karakter dapat dibentuk sejak kecil, dan banyak orang gagal bukan karena kurang pintar, melainkan karena kurang disiplin atau tidak memiliki etika kerja.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa skor IQ tinggi sering kali berkaitan dengan motivasi dan usaha, bukan semata kemampuan otak.

Kesimpulannya, menjadi pintar memang penting, tetapi kepribadian dan keberuntungan sering kali menjadi pembeda antara mereka yang sukses dan mereka yang sekadar pintar.

Pada akhirnya, kecerdasan membuka peluang, namun yang menentukan hasilnya adalah bagaimana individu dapat bertahan, beradaptasi, dan memanfaatkan kesempatan yang datang.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar