Sabo – Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya berhasil. Mereka menganggap pola asuh ini cocok digunakan agar anak dapat berkembang menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab.
Pola asuh otoriter ini tidak bisa dianggap remeh, karena berdampak buruk pada kesehatan mental sang buah hati. Dampak negatif yang mungkin terjadi bisa berkelanjutan hingga dia tumbuh dewasa. Apabila hal tersebut terjadi, akibatnya muncul penyesalan menggunakan pola asuh yang salah.
Hubungan antara anak dengan ayah dan ibu bisa menjadi kurang baik akibat pola asuh yang tidak tepat. Melansir dari YouTube @LoveYourChild yang diakses pada Sabtu (23/8), psikolog Helena Valentina Saragih menyebut empat tanda pola asuh strict parenting. Orang tua harus memahami ciri-ciri strict parenting supaya tidak salah metode dalam mendidik anak.
1.Tidak Betah di Rumah
Salah satu tanda yang paling dirasakan yakni anak menjadi tidak betah di rumah. Dia tidak bisa menyenangkan diri bergaul dengan temannya. Semua harus sesuai aturan di rumah. Anak merasa kurang nyaman bersama orang tuanya dalam waktu lama. Akibatnya, saat merantau jika bisa memilih dia tidak akan mau pulang.
Hunian bukan lagi tempat pulang bagi anak. Pada saat merantau akan merasa bebas tidak ada yang mengatur sehingga sikapnya yang disiplin hanya ketika ada ayah dan ibunya. Kepatuhan yang muncul terbentuk dari tekanan, ketika tidak ada yang menghukum dia akan menjadi pribadinya.
2. Jarang Tertawa Bersama Orang Tua
Pola asuh otoriter menyebabkan buah hati merasa serba salah untuk berbicara. Ketika jalan bersama dengan ayah dan ibu, misalnya dalam satu mobil masing-masing akan sibuk dengan dirinya. Kritikan dan aturan yang ketat dari orang tua mengakibatkan anak merasa Lelah.
Meskipun orang tua tidak mempunyai niat untuk menyakiti sang anak, tapi cara menyampaikan yang salah membuat dia menjadi pendiam.
3. Anak Tidak Bisa Berdiskusi
Aturan di rumah yang dibuat oleh orang tua yang strict cenderung tidak bisa dibantah. Komunikasi menjadi satu arah, hanya berasal dari orang tua pada anak. Dia akan takut menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan ayah dan ibu. Ketakutan yang dirasakan bukan karena segan, tapi takut mendapat hukuman.
Pola asuh strict terkadang merasa bahwa ayah dan ibu yang paling tahu banyak hal dibandingkan dengan anaknya. Selain itu, beranggapan tahu apa yang terbaik untuk sang buah hati dan bagaimana mencapainya.
4. Suka Berbohong Pada Ayah dan Bunda
Khawatir mendapat hukuman Ketika berbuat salah, anak akan menjadi sering berbohong. Misalnya, dia berbohong mendapat IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tinggi. Hal itu karena takut mendapat hukuman dari ayah dan bunda.
Orang tua dengan metode otoriter, ketika sang buah hati tidak bisa mengikuti pedoman yang ditentukan merupakan kesalahan yang besar. Padahal bisa jadi ada alasan lain mengapa IPK turun. Misalnya, mata kuliahnya terlalu sulit, maupun karena sakit.