Tes DNA atau deoxyribounucleic acid merupakan metode pengujian genetik yang dapat mengungkap identitas hingga garis keturunan seseorang. Tes DNA seringkali dikaitkan dengan pencarian orang tua atau saudara. Padahal, fungsi tes DNA ini lebih luas misalnya dimanfaatkan untuk kepentingan forensik.
Lebih rinci, seperti dilansir dari Cleveland Clinic, tes DNA dapat memberi banyak informasi tentang susunan genetik. Seperti memastikan infeksi atau risiko penyakit, hingga mengetahui apakah orangtua membawa gen tertentu yang dapat diturunkan kepada anak.
Adapun, tes DNA memiliki banyak jenis yang memiliki fungsi masing-masing. Tujuan utamanya sebenarnya juga untuk mengidentifikasi risiko guna mengembangkan kondisi tertentu atau mencari kelainan genetik. Kendati demikian, perlu diingat, setiap jenis tes memiliki perbedaan satu sama lain. Berikut jenis-jenis tes DNA.
1. Uji Tes DNA Autosomal
Seperti dilansir dari Ancestry, uji tes DNA Autosomal menganalisis kromosom yang diturunkan dari orang tua, yang jumlahnya sekitar 22 kromosom yang kemudian membentuk auotosom. Jenis pengujian ini termasuk yang paling kompleks karena jangkaunnya selain bisa hubungan darah, juga bisa menemukan siapa leluhur kita berdasarkan etnis hingga nenek moyang di masa lalu.
Tes autosomal bisa mengevaluasi genetik di sekitar 700.000 lokasi atau penanda yang berbeda di seluruh kromosom autosomal. Tingkat akurasinya kuat hingga 99 persen. Informasi ini diklaim dapat membantu mengidentifikasi di mana dari lebih dari 2.600 wilayah di seluruh dunia tempat nenek moyang kita mungkin tinggal.
2. Tes DNA Mitokondria
Tes ini mengidentifikasi mitokondria dalam sel lalu dihubungkan untuk mencari garis material manusia atau garis keturunan ibu. Mitokondria diturunkan secara genetik dari ibu, sedangkan ayah tidak menurunkan genetik mitokondria. Sebab, hanya perempuan yang mewariskan sel mitokondria kepada anak mereka. Tes ini bisa digunakan untuk melacak ibu kandung atau garis biologis ibu hingga beribu tahun lalu.
3. Genotyping
Pengujian ini menggunakan perhitungan genotipe untuk mencari posisi dalam DNA yang telah dipilih sebelumnya. Dilansir dari Sano Genetics, setiap manusia memiliki serangkaian genotipe yang mencakup 500.000-1.000.000 posisi. Metode ini dipilih supaya mengetahui variasi tiap orang yang berbeda. Genotipe yang diuji selanjutnya akan diurutkan untuk membaca DNA secara utuh guna menghasilkan informasi lebih banyak.
4. Pengurutan Eksom
Pengurutan eksom merupakan metode yang menggunakan dua langkah, pertama DNA disaring untuk menangkap yang bisa dipetakan ke salah satu dari 20.000 gen penyandi protein dalam genom. Langkah kedua adalah mengurutkan DNA dengan memetakan ke gen penyandi protein, yang sesuai dengan sekitar 2 persen dari total DNA. Fungsi utama dari pengurutan eksom ini dilakukan untuk melacak masalah penyakit keturunan.
Adapun kelemahan dari metode ini yakni, sekuensing eksom terdapat sekitar 98 persen DNA tidak terdeteksi. Hal ini dapat menjadi penyebab diagnosis yang tidak terdeteksi pada kelainan langka atau kronis, ketika mutasi tidak terjadi pada sekitar 2 persen DNA yang mengkode protein.
5. Tes Y-DNA
Tes DNA ini melacak garis keturunan ayah dengan mecocokkan kromosom Y pada manusia. Dilansir dari Genie1u, hanya ayah yang menurunkan sel Y kepada anak atau keturunan laki-laki mereka. Tes Y-DNA bisa membantu menentukan apakah seorang laki-laki merupakan keturunan dari laki-laki atau garis yang sama dengan laki-laki lain yang telah dites, tetapi tidak semua orang memiliki kromosom Y. Hanya sekitar setengah dari populasi, biasanya laki-laki biologis, yang memilikinya. Karena itu, pengujian Y-DNA hanya tersedia untuk sekitar setengah dari populasi (meskipun seseorang yang tidak memiliki kromosom Y dapat meminta anggota keluarga dengan kromosom Y untuk diuji).
Tujuan Tes DNA
Untuk diketahui, tes DNA dilakukan untuk beberapa tujuan seperti dirangkum di bawah ini.
1. Tes prenatal
Mendeteksi perubahan gen atau kromosom janin selama kehamilan, untuk mengetahui risiko bayi lahir dengan kondisi medis tertentu.
2. Tes diagnostik
Memastikan atau menyingkirkan gangguan genetik atau masalah kromosom tertentu.
3. Carrier screening
Mengetahui apakah Anda membawa gen penyakit yang diwariskan secara resesif autosomal.
4. Tes pra-implantasi
Tes ini dilakukan pada embrio hasil teknologi reproduksi berbantu (ART) seperti IVF, sebelum dipilih untuk ditanamkan ke rahim.
5. Skrining bayi baru lahir
Dilakukan segera setelah lahir untuk mendeteksi berbagai kondisi genetik, metabolik, atau hormon.
6. Tes prediktif & pra-gejala
Mencari perubahan gen yang meningkatkan risiko penyakit di masa depan, seperti tes BRCA untuk risiko kanker payudara.
7. Tes farmakogenomik
Dilakukan untuk melihat perubahan genetik yang memengaruhi cara tubuh memproses obat, serta guna menentukan pilihan dan dosis obat yang paling aman dan efektif.
8. Tes forensik
Dilansir Medline Plus, tes DNA juga diperlukan untuk keperluan forensik. Adapun, tes forensik tidak digunakan untuk mendeteksi mutasi gen yang terkait dengan penyakit. Tes ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi korban kejahatan atau bencana, menyingkirkan atau mengaitkan tersangka dalam kasus kriminal, atau menetapkan hubungan biologis antara orang, misalnya tes paternitas.
https://www.Sabo/gaya-hidup/5-jenis-tes-dna-dan-kegunaannya-1186546
https://sncs-prod-external.mayo.edu/hometown-health/speaking-of-health/genetic-testing-for-cancer
Savina Rizky Hamida berkontribusi dalam penulisan artikel ini.