Free Gift

Mengintip Bahaya Sesar Lembang: Potensi Gempa hingga Magnitudo 7,0

Priangan Insider – Sesar Lembang, salah satu sesar aktif di Jawa Barat, menjadi sorotan para ahli geologi karena potensi bahayanya terhadap wilayah Kota dan Kabupaten Bandung. Jalur sesar ini berada sekitar 10 km utara Kota Bandung, membentang sepanjang 25–30 km dengan arah barat-timur.

Para peneliti memperkirakan Sesar Lembang mampu memicu gempa hingga magnitudo 6,8–7,0, meskipun belum ada catatan gempa besar dalam periode modern. Aktivitas sesar terlihat dari gempa-gempa kecil yang rutin terjadi di sepanjang jalurnya, sebagai tanda bahwa energi terus menumpuk di bawah permukaan bumi.

Sejarah Gempa Sesar Lembang

Sejak awal abad ke-21, sejumlah gempa kecil tercatat di Sesar Lembang. Pada 28 Agustus 2011, gempa magnitudo 3,3 dengan kedalaman dangkal merusak 384 rumah di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Selain itu, gempa pada 14 dan 18 Mei 2017 dengan magnitudo 2,8 dan 2,9 dirasakan masyarakat hingga skala intensitas II–III MMI, meski tidak menimbulkan kerusakan signifikan.

Potensi Bahaya bagi Wilayah Bandung

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat pergerakan sesar Lembang 1,95–14 mm per tahun. Meski lambat, akumulasi energi ini bisa memicu gempa sewaktu-waktu. Kondisi tanah di cekungan Bandung, yang sebagian besar merupakan bekas danau purba, bersifat lunak. Tanah lunak ini dapat memperkuat guncangan gempa, meningkatkan risiko kerusakan bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa, bahkan memicu tanah longsor di daerah berbukit.

Potensi bahaya ini menjadikan mitigasi dan kesiapsiagaan sangat penting. Beberapa langkah yang dianjurkan antara lain:

1. Edukasi masyarakat: memahami cara menyelamatkan diri dan memiliki rencana darurat.

2. Infrastruktur tahan gempa: memastikan bangunan rumah dan fasilitas publik mengikuti standar konstruksi tahan gempa.

3. Pemantauan dan penelitian: terus mengawasi aktivitas sesar untuk mendukung mitigasi risiko.

Upaya Pemantauan BMKG

Monitoring gempa di Sesar Lembang dilakukan BMKG sejak 1963 dengan memasang seismograf WWSSN pertama di Lembang. Sejak 2008, pemantauan menggunakan jaringan sensor digital broadband memungkinkan aktivitas gempa minor terdeteksi lebih akurat.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa mekanisme gempa di Sesar Lembang adalah sesar geser mengiri (left-lateral faulting). Selama periode 2009–2015, empat gempa tercatat, sementara pada Mei 2017 terjadi dua gempa kecil dengan mekanisme sama.

Pada 2019, BMKG memperkuat jaringan sensor dengan memasang 16 seismograf short-period di sekitar jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis. Data ini digunakan untuk memahami tingkat keaktifan sesar, distribusi zona gempa, mekanisme sumber, hingga studi struktur bawah permukaan bumi melalui tomografi.

Zona Risiko Tinggi di Bandung dan Sekitarnya

Berdasarkan peta Peak Ground Acceleration (PGA), BMKG menetapkan 42 desa di lima kecamatan berada dalam zona risiko tinggi hingga sedang.

Berikut 15 kecamatan yang masuk zona merah dikutip dari ANTARA :

1. Cibiru, Kota Bandung

2. Ujungberung, Kota Bandung

3. Gedebage, Kota Bandung

4. Arcamanik, Kota Bandung

5. Regol, Kota Bandung

6. Buahbatu, Kota Bandung

7. Kiaracondong, Kota Bandung

8. Lengkong, Kota Bandung

9. Cilengkrang, Kabupaten Bandung

10. Cimenyan, Kabupaten Bandung

11. Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

12. Lembang, Kabupaten Bandung Barat

13. Cisarua, Kabupaten Bandung Barat

14. Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat

15. Padalarang, Kabupaten Bandung Barat

Dengan potensi gempa yang nyata, masyarakat Bandung dan sekitarnya diimbau tetap waspada, memahami rencana mitigasi, serta mengikuti rekomendasi BMKG.

Meski gempa tidak dapat diprediksi secara pasti, kesiapsiagaan dan informasi akurat adalah kunci menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian.(***)

Want a free donation?

Click Here