Free Gift

Mitos dan Fakta Ambivert, Kepribadian Hidden Gem antara Introvert dan Ekstrovert yang Fleksibel di Segala Situasi

Sabo – Label introvert dan ekstrovert sering dipakai untuk menjelaskan cara kita berinteraksi. Namun tanpa disadari, ternyata ada ‘pemain tengah’ yang kerap terlewat, yaitu ambivert.

Mereka inilah ‘hidden gem’ di antara dua kubu besar itu. Sosok ambivert mampu tampil eksis, tetapi juga nyaman menyendiri untuk mengisi ulang energi. Berikut penjelasan, mitos, dan faktanya!

Apa Itu Ambivert?

Dilansir dari situs Verywell Mind, ambivert secara sederhana diartikan sebagai individu yang memiliki karakteristik introversi dan ekstroversi sekaligus.

Mereka mudah ‘menggeser gigi’ sesuai situasi dan kondisi seperti rapat tim, presentasi kelas, networking, hingga me time.

Sosok ambivert bisa bergaul dan berkomunikasi aktif, namun tetap butuh ruang hening untuk memproses informasi dan menjaga energi. Mereka tidak selalu ramai dan tidak selalu sunyi alias fleksibel di segala kondisi.

Mengapa Ambivert Relevan di Zaman Sekarang?

Aktivitas modern menuntut komunikasi luwes untuk tatap muka, rapat virtual, DM di media sosial, hingga kolaborasi lintas zona waktu.

Ambivert cenderung lebih mudah mengatur takaran tampil dan mendengar.

Mereka bisa memimpin percakapan saat diperlukan, lalu mundur setengah langkah untuk mencerna data dan menyusun strategi.

Di industri yang berubah cepat, tim butuh anggota yang proaktif sekaligus reflektif.

Ambivert dapat mengajukan ide, bernegosiasi, tetapi juga menerima masukan tanpa defensif. Ini membuat mereka cocok sebagai jembatan yang meredam miskomunikasi antara rekan yang sangat vokal dan yang lebih pendiam.

Ambivert secara alami peka kapan harus on dan kapan pause. Kecakapan membaca sinyal tubuh alias ‘cukup sosial untuk hari ini’ membantu menjaga ritme kerja dan mengurangi burnout.

Ciri-Ciri Ambivert yang Mudah Dikenali

Ambivert mudah adaptif terhadap konteks. Mereka aktif di rapat sekaligus tenang saat mengerjakan tugas.

Sosok ambivert cukup ekspresif tanpa ‘over’ antusias, tetapi juga jarang mendominasi.

Tidak seperti introvert yang nyaman di kesendirian, sosok ambivert kuat di dua mode. Mereka senang diskusi kelompok, tetapi juga nyaman bekerja sendiri.

Terkadang mereka bisa menjadi pendengar sekaligus komunikator. Ambivert tahu kapan berbicara dan kapan memberi ruang.

Di sisi lain, ambivert juga butuh ‘switch’ energi setelah acara sosial. Mereka suka percakapan bermakna. Small talk oke, deep talk juga jalan.

Kekuatan Ambivert di Tempat Kerja dan Sekolah

Dilansir dari situs Psychology Today, sosok ambivert bisa menjadi pemimpin yang adjustable.

Alih-alih satu gaya, ambivert cenderung menyesuaikan pendekatan.

Mereka menjadi pemimpin yang tegas saat target mepet sekaligus empatik saat tim penat.

Kombinasi ini sering membuat mereka efektif dalam menggerakkan kolaborasi lintas fungsi dan menjaga moral tim.

Dilansir dari situs Verywell Mind, kekuatan ambivert adalah proporsi ‘bicara’ dan ‘dengar’ yang pas. Tak hanya jago kolaborasi, melainkan negosiasi. Saat brainstorming, mereka berani menyumbang ide.

Saat evaluasi, mereka fokus menyimak sebelum menyimpulkan. Pola ini meminimalkan bias ‘terlalu percaya diri’ atau ‘terlalu pasif’, sehingga keputusan lebih berkualitas.

Dalam dunia layanan, sales, atau humas, sosok ambivert dapat membangun koneksi tanpa terjebak ‘over-selling’.

Mereka cenderung bertanya pada pelanggan lebih dulu, memahami kebutuhan, lalu menawarkan solusi yang membuat lawan bicara merasa dihargai.

Tantangan yang Perlu Diwaspadai

Terlalu sering ‘menyesuaikan diri’ bisa bikin lelah atau kabur batas. Ambivert perlu batasan personal yang jelas mengenai kapan bilang ‘nanti dulu’ dan kapan bilang ‘ya’ untuk setiap ajakan.

Di mata orang lain, ambivert kadang tampak ‘berubah-ubah’ layaknya bunglon. Hari ini super sosial, besok terlihat menarik diri.

Padahal kuncinya ada di komunikasi. Beri tahu rekan atau pasangan bahwa energimu memang fluktuatif, bukan karena marah atau tak peduli.

Ambivert bisa tergoda ikut semua agenda (FOMO), padahal tubuh butuh istirahat (JOMO). Ini bisa diatasi dengan menandai hari ‘on’ dan ‘off’.

Mitos vs Fakta Sosok Ambivert

  • Mitos: Ambivert itu plin-plan.

    Fakta: Ambivert hanya menyesuaikan strategi sesuai situasi dan kondisi. Itu keterampilan dan bukan inkonsistensi. Istimewa kan?

  • Mitos: Ambivert harus memilih ‘kubu’.

    Fakta: Justru kekuatannya ada pada rentang karena mereka punya lebih banyak opsi perilaku.

  • Mitos: Ambivert selalu seimbang setiap saat.

    Fakta: Keseimbangan bersifat dinamis. Wajar jika suatu hari condong introvert, hari lain lebih ekstrovert.

Ambivert adalah profil kepribadian yang luwes karena menggabungkan kepekaan introvert dan keberanian ekstrovert sehingga cocok dengan dunia kerja hibrida, kelas kolaboratif, dan jejaring digital.

Dengan pengelolaan energi, komunikasi yang jelas, dan batasan yang sehat, ambivert dapat menjadi penghubung yang efektif, empatik, dan produktif di berbagai ruang. (*)

Want a free donation?

Click Here