Sabo— Selama hampir enam dekade, mouse menjadi perangkat utama dalam mengendalikan komputer. Namun, dominasi itu kini mendapat tantangan serius dari inovasi baru hasil riset para ilmuwan di Universitas Tokyo, Jepang.
Mereka memperkenalkan picoRing, cincin pintar yang memungkinkan pengguna mengontrol komputer atau sistem realitas tertambah (Augmented Reality/AR) dan realitas virtual (Virtual Reality/VR) hanya dengan gerakan jari.
Dilansir dari Live Science, Rabu (22/10/2025), picoRing tidak menggunakan sambungan Bluetooth seperti perangkat nirkabel pada umumnya. Sebaliknya, alat ini mengandalkan sistem transmisi magnetik bernama semi-passive inductive telemetry (semi-PIT) yang dihubungkan ke gelang pengendali di pergelangan tangan.
Pendekatan ini membuat konsumsi dayanya sangat rendah, hanya puluhan hingga ratusan mikrowatt, sehingga perangkat dapat bertahan lebih dari satu bulan dengan satu kali pengisian daya.
Asisten Profesor Ryo Takahashi dari Departemen Teknik Elektro dan Sistem Informasi Universitas Tokyo menjelaskan, “Tim kami mengembangkan picoRing, perangkat berukuran sangat kecil dengan konsumsi daya ultra rendah yang dapat mengendalikan kacamata realitas tertambah (AR) selama lebih dari satu bulan hanya dengan satu kali pengisian daya.”
Takahashi menambahkan, salah satu tantangan utama dalam pengembangan perangkat pintar berukuran mini selama ini adalah keterbatasan daya baterai. “Untuk mengatasi masalah tersebut, kami merancang picoRing agar menggunakan daya ratusan kali lebih sedikit dibanding perangkat sejenis, yakni hanya sekitar 30 hingga 500 mikrowatt,” tuturnya dalam pernyataan resmi universitas.
Sistem picoRing sendiri terdiri atas dua komponen utama yakni cincin di jari dan gelang penghubung yang menjadi perantara sinyal magnetik ke komputer. Rangkaian kumparan dan kapasitor kecil di dalam gelang memperkuat medan magnet tanpa perlu penguat eksternal, memungkinkan perangkat beroperasi dengan daya jauh lebih kecil dibanding teknologi nirkabel lain seperti Bluetooth atau NFC.
Meski masih berupa prototipe, para peneliti menilai potensi pengembangannya sangat luas. Karena cincin bersentuhan langsung dengan kulit, versi mendatang picoRing dapat dilengkapi sensor kesehatan untuk memantau detak jantung, tingkat stres, hingga indikator biometrik lain. Kombinasi antara fungsi kendali dan pemantauan kesehatan ini membuka peluang lahirnya perangkat multifungsi masa depan.
Namun, Takahashi mengakui perangkat ini masih memiliki keterbatasan. Ukurannya relatif besar dan mudah mengalami gangguan sinyal, serta baru mendukung fungsi dasar seperti menggulir dan mengklik. “Untuk pekerjaan perkantoran yang intensif, seperti pengolahan data atau penyuntingan panjang, mouse konvensional tetap lebih nyaman,” ujarnya.
Meskipun begitu, picoRing dinilai mencerminkan pergeseran besar dalam cara manusia berinteraksi dengan teknologi. Inovasi ini menandai langkah menuju antarmuka yang lebih intuitif, ringan, dan hampir tak terlihat, yakni mewakili evolusi dari perangkat keras menuju pengalaman digital yang lebih alami dan imersif.
Dengan desain efisien dan kemampuan teknologinya yang inovatif, picoRing bukan sekadar perangkat eksperimental, melainkan cerminan arah baru dunia teknologi yang semakin mengaburkan batas antara manusia dan mesin. (*)






