Free Gift

Murah Belum Tentu Irit! Membeli Barang Mahal Justru Lebih Worth It dan Hemat, Cek Penjelasannya

Sabo– Banyak orang beranggapan bahwa membeli barang mahal sudah pasti bagian dari pemborosan. Pandangan ini sering kali muncul dari stigma yang mengaitkan harga tinggi dengan gaya hidup berlebihan dan konsumtif.

Padahal, di balik harganya, barang-barang mahal sering kali menawarkan kualitas dan keunggulan yang jauh lebih baik.

Barang Mahal vs Fast Fashion

Mari kita ambil perumpamaan. Bayangkan kamu membeli sepasang sepatu seharga Rp 300.000, tetapi dalam waktu kurang dari enam bulan sepatu itu sudah rusak dan kamu harus membeli lagi.Bandingkan dengan sepatu seharga Rp 1 juta yang bisa bertahan hingga tiga tahun.

Di sinilah konsep “cost per wear” atau biaya per pemakaian menjadi sangat relevan. Dari contoh di atas, jika dihitung, biaya per pemakaian sepatu Rp 1 juta jauh lebih murah karena daya tahan dan jangka waktu pakainya yang lama. Dengan demikian, harga yang mahal tidak selalu berarti boros, melainkan bisa lebih efisien.

Menurut artikel dari theestablished.com, membeli barang sedikit dengan kualitas tinggi bisa menjadi gaya hidup yang lebih hemat dan berkelanjutan. Dengan cara ini, tidak ada lagi masalah menumpuknya barang di rumah yang kurang fungsional.

Having Less – Saving More

Konsep ini bisa menjadi pedoman yang kuat dalam berbelanja. Dengan hanya membeli barang sesuai kebutuhan dan dalam jumlah secukupnya, kita bisa menghemat uang untuk kebutuhan lain.

Tidak hanya menghemat dalam jangka panjang, dengan menerapkan konsep ini kamu juga secara tidak langsung berkontribusi pada lingkungan.

Produksi barang murah dalam jumlah besar (seperti fast fashion) berkontribusi pada limbah tekstil dan pencemaran lingkungan. Sebaliknya, membeli barang yang awet dan tahan lama dapat mengurangi siklus konsumsi berlebihan.

Jeli dalam Memilih

Meski begitu, jangan mudah terpukau hanya dengan label harga dan beranggapan bahwa semua barang mahal pasti sustainable

Ada banyak faktor lain yang membuat suatu barang dibanderol dengan harga tinggi, misalnya karena dibuat dengan keahlian tangan khusus atau dijual dalam jumlah terbatas.

The World Financial Review menulis bahwa faktor pendukung produksi lokal atau budaya tertentu juga bisa menambah nilai bagi suatu barang mewah dan membuatnya terasa lebih “bermakna.” Namun, penting untuk tetap jeli apakah bahan yang digunakan ramah lingkungan atau tidak.

Pada akhirnya, ini bukan soal gengsi, melainkan soal strategi belanja yang cerdas. Boros atau tidaknya suatu barang tidak ditentukan oleh harganya, melainkan oleh bagaimana kita memaknainya. Cara kita menjaga dan merawat barang juga menjadi faktor penentu umur pakainya.

Baik barang mahal maupun murah, jika digunakan sesuai fungsinya dan dirawat dengan baik, pasti akan memberikan manfaat dalam jangka panjang.

Intinya, berpikirlah dua kali sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, berapa pun harganya. Tanyakan pada diri sendiri, apakah barang itu memang dibutuhkan atau hanya sekadar pemuas keinginan sesaat.

Want a free donation?

Click Here

Tinggalkan komentar