Free Gift

Nyeri Otot Belum Tentu Masalah Otot, Bisa Jadi Gangguan Saraf: Begini Penjelasannya

PR JATENG – Banyak orang beranggapan bahwa nyeri otot atau cedera yang tak kunjung sembuh disebabkan oleh lemahnya otot.

Padahal, sumber masalah sering kali berasal dari sistem saraf yang terganggu.

dr. Irca Ahyar, Sp.N., DFIDN, Dokter Spesialis Neurologi menjelaskan banyak kasus cedera tidak kunjung sembuh karena terapi hanya berfokus pada gejala otot tanpa menelusuri jalur saraf yang terganggu.

Menurutnya banyak kasus cedera tidak kunjung sembuh karena terapi hanya berfokus pada gejala otot tanpa menelusuri jalur saraf yang terganggu.

“Pasien sering datang dengan keluhan yang sama, padahal sudah fisioterapi, stretching, atau istirahat cukup. Tapi nyerinya muncul lagi. Itu tandanya ada sinyal dari sistem saraf yang tidak seimbang. Ototnya tidak salah, tapi sarafnya yang belum pulih,” terangnya dilansir dari tulisan Syifa Fauzia, hari Selasa 21 Oktober 2025.

1. Cedera Tidak Selalu Tentang Otot

dr. Irca menegaskan bahwa memahami hubungan antara saraf dan otot adalah kunci utama pemulihan.

“Saraf itu kabel utama tubuh. Kalau kabelnya terganggu, pesan dari otak ke otot tidak sampai. Akibatnya, otot bisa terasa tegang atau lemah meski sebenarnya sehat,” ujarnya.

Ia mengingatkan agar masyarakat tidak mengabaikan tanda-tanda awal dari tubuh.

“Kalau nyeri muncul berulang di tempat yang sama, itu alarm dari sistem saraf. Jangan tunggu parah baru diperiksa,” tambahnya.

2. Pemulihan Harus Dimulai dari Akar Masalah

Pendekatan neurologi menempatkan sistem saraf sebagai pusat kontrol seluruh fungsi tubuh.

Namun, kata dr. Irca, banyak terapi masih berfokus pada gejala permukaan.

“Kalau penanganan hanya fokus pada otot tanpa menelusuri jalur sarafnya, hasilnya seperti menambal ban tanpa mencari paku penyebabnya,” ujarnya.

Setiap pasien, lanjutnya, perlu terapi yang disesuaikan dengan kondisi unik tubuh masing-masing.

“Kami menilai bagaimana otak, saraf, dan otot berkomunikasi. Kalau salah satu tidak seimbang, pemulihan tidak akan optimal,” kata Irca.

3. Saraf Sehat, Pemulihan Lebih Cepat

Menurutnya, sistem saraf yang berfungsi optimal membuat komunikasi antara otak dan otot lebih efisien. 

“Begitu jalur saraf dibenahi, gerak tubuh jadi seimbang, dan penyembuhan berlangsung alami,” jelas Irca.

Ia juga membedakan antara nyeri otot dan nyeri saraf.

“Nyeri otot terasa pegal setelah aktivitas. Tapi kalau nyerinya menjalar atau muncul tanpa sebab jelas, besar kemungkinan sumbernya di saraf,” tambahnya.

4. Pencegahan Cedera Dimulai dari Pemeriksaan Saraf

dr. Irca mengingatkan bahwa cedera bukan hanya dialami atlet. Pekerja kantoran, guru, hingga ibu rumah tangga pun bisa mengalami gangguan saraf akibat postur tubuh yang salah.

“Duduk lama di depan laptop tanpa jeda bisa menekan saraf dan memicu nyeri punggung atau kesemutan,” katanya.

Pemeriksaan saraf secara berkala, menurutnya, penting untuk deteksi dini.

“Kadang pasien bilang lututnya sakit, tapi ternyata sumbernya di saraf pinggul. Jadi, penting untuk memeriksa akar masalahnya,” ujarnya.

5. Pemulihan yang Baik Bukan Soal Cepat, Tapi Tepat

dr. Irca menegaskan bahwa regenerasi saraf berlangsung lebih lambat dibanding otot.

“Kalau dipaksakan terlalu cepat, cedera bisa kambuh. Pemulihan itu bukan sprint, tapi maraton,” katanya.

Sementara itu, Prof. Dr. Nofi Marlina Siregar, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menambahkan pentingnya latihan yang bertahap.

“Tubuh seperti karet. Kalau jarang digunakan, bisa putus saat ditarik. Kesiapan saraf sama pentingnya dengan kekuatan otot,” ujarnya.

6. Kenali Tubuh, Hargai Proses Pemulihan

Stenly Kusnin, Strategic Advisor Anytime Fitness, menegaskan pentingnya komunikasi antara pelatih dan tenaga medis.

“Kami selalu meminta surat rekomendasi dokter bagi klien yang pernah cedera agar proses latihan tetap aman,” ungkapnya.

Susilo Baskoro dari komunitas Bintaro Loop menyoroti pentingnya memperhatikan tanda-tanda kecil saat berolahraga.

“Kalau tangan mulai sakit atau leher terasa kaku saat bersepeda, itu sinyal ada ketidakseimbangan di tubuh,” ujarnya.

Adapun Rima Melati Adams, sport enthusiast dan Founder @satutempatstudio, berbagi pengalamannya.

“Olahraga itu perjalanan panjang. Saya pernah cedera lutut, tapi belajar mendengarkan tubuh dan tetap bangkit,” tuturnya.

“Tubuh selalu memberi tahu apa yang salah. Tugas kita adalah mendengarkan. Kalau kita menghargai proses pemulihan, tubuh akan berterima kasih dengan performa yang lebih baik tanpa nyeri berkepanjangan,” ujar dr. Irca.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar