SaboSetiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan perasaan.
Psikologi melihat bahwa sikap ini tidak muncul begitu saja, melainkan terbentuk dari pengalaman hidup, khususnya masa kecil.
Anak-anak yang tumbuh dalam situasi tertentu belajar bahwa emosi bukanlah sesuatu yang aman untuk ditunjukkan, atau mereka dilatih untuk mengendalikannya lebih ketat.
Lingkungan seperti ini membuat anak belajar bahwa emosi harus ditahan, sehingga terbawa hingga dewasa.
2. Pernah Mendapat Penolakan Saat Menunjukkan Perasaan
Seorang anak yang pernah diejek karena menangis, atau dimarahi ketika marah, bisa merasa bahwa mengekspresikan emosi itu berbahaya.
Akhirnya, saat dewasa, ia terbiasa menutup rapat perasaannya agar tidak kembali terluka.
3. Menjadi Anak yang Harus Dewasa Sebelum Waktunya
Anak-anak yang tumbuh di keluarga penuh masalah—misalnya orang tua sering bertengkar, atau harus membantu mengurus adik sejak kecil—sering dipaksa untuk menjadi “lebih dewasa.”
Hasilnya, saat besar, mereka terlihat kuat namun cenderung dingin.
4. Terbiasa Mengandalkan Diri Sendiri
Beberapa anak tidak terbiasa mendapat dukungan emosional dari orang tua atau lingkungannya.
Inilah sebabnya orang dewasa tersebut jarang menunjukkan emosi, meski sebenarnya ia merasakannya.
5. Hidup dalam Lingkungan yang Menjunjung Tinggi Prestasi
Di beberapa keluarga, pencapaian akademik atau prestasi lebih dihargai dibandingkan perasaan.
Ia terbiasa mengutamakan logika dan kinerja, sehingga ketika dewasa, ekspresi emosinya menjadi minim.
6. Memiliki Orang Tua atau Figur yang Dingin
Psikologi juga menemukan bahwa anak-anak banyak meniru cara orang tua menghadapi hidup.
Lambat laun, mereka membangun pola yang sama: menjaga wajah tetap datar dan tidak membiarkan emosi terlihat jelas.
7. Pernah Mengalami Trauma atau Situasi Tidak Aman
Trauma masa kecil, baik berupa kekerasan fisik, verbal, maupun pengalaman ditinggalkan, bisa membuat anak memilih “membekukan” perasaan sebagai cara bertahan.
Pola perlindungan ini sering terus bertahan hingga dewasa, menjadikannya pribadi yang terlihat tenang, bahkan kaku.
Kesimpulan: Di Balik Wajah Tenang, Ada Cerita yang Dalam
Orang yang jarang menunjukkan emosi bukan berarti tidak punya perasaan.
Psikologi mengingatkan kita bahwa setiap sikap yang terlihat “dingin” di luar, sering kali adalah hasil dari perjalanan panjang yang penuh pembelajaran.