Sabo – Beberapa orang menyukai rumahnya penuh dengan musik latar, namun beberapa yang lain lebih suka keheningan yang mengisi rumah mereka.
Semua itu ternyata berkaitan dengan temperamen, kesadaran diri, hingga cara kerja otak sang pemilik rumah dalam memroses stimulasi.
Dilansir Sabodari theexperteditor pada Rabu (15/10), menurut psikologi, ada delapan sifat yang tidak umum dimiliki oleh orang-orang yang lebih suka rumah tenang tanpa musik. Apa saja? Simak uraian di bawah ini.
1. Mengatur Energi Mereka Sendiri
Keheningan adalah sebuah strategi bagi mereka. Mungkin mereka tipe orang yang memerhatikan energi internal dan mengelolanya dengan cermat atau bisa jadi. setelah seharian penuh dengan kebisingan, sistem saraf mereka mungkin tidak menginginkannya lagi di rumah.
Ini adalah cara kerja pengaturan energi, mengetahui apa yang menguras energi dan menutup kerannya dengan tenang.
2. Menghargai Kedalaman daripada Keluasan
Mereka yang lebih menyukai rumah yang tenang kemungkinan besar juga senang akan kedalaman pikiran daripada banjir masukan, karena keheningan adalah ajakan menyelami sesuatu secara mendalam.
Jadi, mereka lebih suka membenamkan diri dalam satu tugas, seperti memasak atau membaca daripada harus memutar musik sembari mengerjakan hal lainnya.
3. Peka Terhadap Sinyal-Sinyal Halus
Semakin tenang ruangan akan semakin terasa sinyal-sinyal halus, suasana hati misalnya. Rasanya seperti menaikkan volume mikrofon internal. Jadi, mereka yang lebih suka kondisi rumah yang tenang tanpa musik mungkin memiliki kepekaan setingkat lebih tinggi dari yang lainnya.
Kepekaan seperti ini melahirkan kesadaran yang memungkinkan orang tersebut memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
4. Mempraktikkan Konsumsi yang Disengaja
Bukan berarti rumah yang tenang menandakan pemiliknya tidak suka musik, melainkan mereka memutar musik dengan sengaja, bukan karena keheningan yang terasa canggung.
Perilaku ini berlaku untuk semua aspek, mereka memberikan ruang untuk pilihan-pilihan yang disengaja, dan ketika memilih tenang, mereka berhenti mengisi ruang. Biasanya tercermin dari lagu yang sama diputar berulang-ulang sesuai dengan momen atau suasana hati saat itu.
5. Menoleransi bahkan Menyambut Keheningan
Rumah yang hening mungkin pemiliknya memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap keheningan itu sendiri. Keseimbangan batin telah mereka capai. Penerimaan mereka terhadap masa kini begitu tenang, baik menyenangkan atau tidak tanpa perlu mencari gangguan.
6. Kurang Performatif Di Rumah
Musik dapat menjadi penyemangat dan bermain atau memutar musik sepanjang hari di rumah juga bisa terasa seperti pertunjukan halus. Sementara keheningan tidak seperti itu.
Keheningan tidak memiliki nilai performatif. Tidak menyiarkan selera atau mencoba menciptakan suasana hati. Itulah mereka, apa adanya dan otentik. Rumah bagi mereka adalah tempat menurunkan manajemen identitas yang dilakukan di depan umum. Jadi, tidak perlu musik latar.
7. Lebih Suka Kejelasan saat Berpikir dan Merasakan
Meski tidak menyenangkan, namun emosi yang rumit bisa menjadi lebih jelas di ruangan yang tenang. Keheningan memfokuskan perasaan. Jadi, mereka yang lebih suka ketenangan di rumahnya sering kali memiliki ‘kebutuhan akan kejelasan’ yang tinggi.
Seperti membersihkan kacamata secara emosional, mereka ingin tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan agar dapat ditindaklanjuti, baik dengan menuliskannya, membuat rencana, atau memberikan izin tubuh untuk beristirahat.
8. Menjaga Perhatian seperti Sumber Daya yang Langka
Manajemen perhatian menjadi salah satu keterampilan yang paling diabaikan di zaman ini. Padahal bisnis tidak dapat dibangun hingga hubungan tidak dapat diperbaiki tanpa perhatian yang berkelanjutan.
Keheningan di rumah menjadi batasan yang melindungi nilai-nilai dari manajemen perhatian. Ini memiliki arti ‘perhatianku penting, dan Aku tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja’.
Bukan berarti mereka tidak pernah memutar musik, melainkan memilih kapan musik dapat membantu dan tidak.
Pada akhirnya, kenali diri Anda apakah Anda termasuk orang yang suka jika rumah tenang tanpa musik atau sebaliknya?.***






