Free Gift

Orang yang Tidak Memiliki Teman Dekat, Biasanya Menyimpan 8 Kepribadian Ini dalam Diri Mereka Menurut Psikologi

Sabo – Menjelajahi dunia yang kompleks ini memang sulit, bukan? Akan lebih sulit lagi jika kita tidak memiliki jaringan teman dekat yang dapat diandalkan.

Anda mungkin berpikir Anda sudah mengetahui segalanya, sampai kebanyakan kita sadar bahwa kita diam-diam berjuang melawan delapan pertempuran berbeda setiap hari.

Dilansir dari Geediting, orang berpikir bahwa kita yang hampir tidak punya teman dekat sama sekali baik-baik saja. 

Mereka pikir kita suka begini, dan memang begitulah cara kita bertindak. Terkadang, kita dianggap lebih suka sendiri daripada orang lain, bahwa menyendiri adalah pilihan kita.

Namun, di balik permukaan yang tampak tenang itu, ada pertempuran yang amat sangat nyata. 

Layaknya air yang mengalir tanpa suara di bawah permukaan es, perjuangan kita mungkin tidak terlalu kentara, tetapi tetap ada.

1. Mencoba Menyesuaikan Diri

Rasanya seperti mencoba memasukkan pasak bundar ke dalam lubang persegi. Ini seperti ketika hampir tidak punya teman dekat, salah satu pertempuran paling melelahkan adalah upaya terus-menerus untuk berbaur.

Memulai percakapan santai atau berbasa-basi memang tidak mudah. Percayalah, lebih sulit lagi ketika percakapan mulai mengalir deras.

Namun kita merasa seperti di tengah-tengah kebuntuan, tidak tahu bagaimana caranya berpartisipasi atau berkontribusi.

Menyesuaikan diri terasa seperti tugas berat, perjuangan tanpa henti untuk menjadi normal dan membuat diri dipahami tanpa memiliki lingkaran terdekat yang mendukung.

Seperti menimbang setiap kata sebelum diucapkan, mengukur setiap tindakan sebelum dilakukan, takut mengatakan sesuatu yang salah atau bertindak di luar batas.

2. Kesepian

Bukan kesendirian yang membuat kita takut, melainkan rasa kesepian yang menggerogoti, ketakutan bahwa tak seorangpun akan mengerti atau mendengarkan yang mendorong kita untuk berjuang. 

Rasanya seperti terus-menerus didatangi tamu tak diundang, diam-diam menggerogoti kesehatan emosional kita.

Namun, tidak berakhir di situ. Terkadang, kita terjebak dalam siklus di mana kita menjauhi orang lain karena ketakutan dan rasa tidak aman kita, hanya untuk merasa lebih kesepian. 

3. Seperti Senjata

Ketika Anda hampir tidak memiliki teman dekat, Anda mulai membangun perisai di sekeliling diri Anda, tanpa sadar. 

Kurangnya lingkaran sosial yang kuat entah bagaimana meyakinkan Anda bahwa Anda harus menjadi pelindung diri sendiri.

Dan seiring berjalannya waktu, sikap defensif ini mulai memengaruhi interaksi Anda dengan orang lain.

4. Refleksi dalam Kesendirian

Jangan salah paham, refleksi diri bukanlah pertempuran diam-diam, melainkan hasil dari pertempuran yang kita hadapi.

Begini, ketika kita sering menyendiri dengan pikiran kita, introspeksi menjadi tak terelakkan. Kita terus-menerus merenungkan tindakan, reaksi, perasaan, dan sebagainya.

Refleksi diri seringkali mengarah pada perbaikan diri dengan satu atau lain cara. Namun, ketika menjadi berlebihan, ketika setiap pikiran berubah menjadi serangkaian pertanyaan yang mengarah ke lebih banyak pertanyaan, hal itu dapat menimbulkan gejolak batin yang berkelanjutan.

5. Kedalaman Pemahaman Tak Terduga

Tahukah Anda bahwa penelitian tentang persahabatan dan isolasi menunjukkan bahwa kesendirian justru dapat meningkatkan empati? 

Tepat ketika kita mengira menjadi lajang atau memiliki sedikit teman dekat dapat memperkuat isolasi kita.

Namun ternyata, hal itu mungkin berdampak sebaliknya. Studi menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan lebih banyak waktu sendirian cenderung mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang emosi dan tindakan manusia. 

Peningkatan kepekaan ini bagaikan pedang bermata dua. Hal ini seringkali membuat Anda sangat peka terhadap kenegatifan orang lain, yang dapat dengan mudah membuat Anda kewalahan jika tidak berhati-hati.

Rasanya seperti berjalan-jalan dengan semacam radar emosi yang ditingkatkan. Anda merasakan emosi orang lain dengan intens.

Menghadapinya bisa menjadi pertempuran diam-diam lainnya, terkadang menguras tenaga lebih dari yang Anda duga. 

6. Menebak-nebak Kepercayaan

Tanpa lingkaran pertemanan dekat, kepercayaan menjadi teka-teki yang rumit. Jangan berpikir ini tentang memercayai orang lain itu memang bagian dari kepercayaan. 

Tetapi yang lebih penting, ini tentang memercayai diri sendiri. Setelah sendirian selama beberapa waktu, banyak orang menyadari bahwa kepercayaan bukan hanya tentang keyakinan yang kita miliki kepada orang lain.

Kepercayaan juga tentang keyakinan yang kita miliki pada diri sendiri pada keputusan, kemampuan, dan insting kita.

Namun kenyataannya, tanpa lingkaran pertemanan yang erat untuk memberikan umpan balik yang konstan atau menantang sudut pandang Anda, keraguan diri dapat muncul. 

Anda mungkin mulai meragukan keputusan dan insting Anda. Terkadang, Anda bahkan mungkin mempertanyakan harga diri Anda.

Lihat ironinya? Kita, yang seringkali mampu menghadapi kesendirian, bergulat dengan masalah kepercayaan ini secara internal. 

Kita berjuang dalam pertempuran ini dalam diam, takut keraguan kita akan membebani kita, mendorong kita semakin jauh ke dalam zona nyaman isolasi.

7. Mencari Validasi 

Ada kebenaran sungguh-sungguh yang Anda temukan, ketika jumlah teman dekat Anda dapat dihitung dengan satu tangan.

Ini tentang validasi, kepastian yang menenangkan bahwa kita diperhatikan, dipahami, dan dihargai. 

Begini, ketika kita menjalani hidup tanpa teman dekat, validasi sering kali menjadi pencarian diam-diam.

Ketika kita kekurangan hubungan dekat, afirmasi ini tidak tersedia secara bebas.Pencarian validasi itu ibarat berjalan di atas tali. 

Terlalu banyak mencari dapat membuat kita bergantung pada opini eksternal. Namun, ketiadaan validasi sering kali membuat kita mempertanyakan harga diri.

Pertempuran setiap jam ini kadang-kadang memudar hingga menjadi bisikan, tetapi jangan terkecoh, ini tiada henti dan sering kali sangat pribadi.

8. Tidak Bisa Mengulurkan Tangan Dahulu 

Dalam perjalanan refleksi diri, kepercayaan, validasi, dan semua pertempuran diam-diam yang baru saja kita bahas, ada satu hal yang sangat penting, yaitu keberanian untuk mengulurkan tangan.

Apa susahnya sih menyapa, mengobrol dengan orang baru, atau menjadi orang yang memulai percakapan? 

Tapi, sebagai seseorang yang pernah menjalaninya, perlu diakui terkadang hal itu bisa menjadi tugas yang paling menegangkan.

Rasa takut ditolak, keraguan tentang bagaimana Anda akan dipersepsikan, ketidakpastian apakah Anda akan diterima semuanya menumpuk. 

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar