Free Gift

Pagi Mencekik di KRL Green Line: Gerbong Sesak, Napas Terengah Terimpit Waktu

TANGERANG SELATAN, Sabo– Kepadatan luar biasa hampir selalu terjadi di gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) green line rute Rangkasbitung–Tanah Abang pada jam sibuk pagi.

Para penumpang harus saling berhimpitan di antara tiang penyangga, sementara antrean panjang sudah terbentuk sejak pukul 07.00 WIB di Stasiun Pondok Ranji, Tangerang Selatan, Kamis (23/10/2025).

Dari luar, gerbong tampak penuh hingga pintu. Begitu pintu terbuka, penumpang berusaha masuk, dengan bantuan petugas keamanan yang mendorong agar pintu tertutup rapat.

“Kalau enggak maksa, bisa telat banget sampai kantor,” ujar Dita (27), pegawai swasta yang setiap hari berdesak-desakan.

Berdesakan di Gerbong

Di dalam gerbong, udara terasa panas dan sesak. Pendingin udara tak lagi mampu menahan pengapnya kabin. Sebagian penumpang berpegangan pada tiang, sebagian lain hanya berdiri diam sambil menatap ponsel, tubuh dan tas saling bersentuhan.

“Setiap pagi begini. Apalagi kalau mau ke arah Tanah Abang, pasti padat banget,” kata Iqbal (34), penumpang asal Serpong.

Situasi kian menegangkan saat kereta berhenti di Stasiun Kebayoran. Penumpang baru tetap mencoba masuk, meski ruang nyaris habis.

Dari pengeras suara terdengar imbauan agar tidak memaksakan diri masuk ke kereta jika sudah penuh.

Namun imbauan itu seolah tak terdengar di tengah desah napas para pekerja yang tak ingin terlambat.

Keterlambatan memperparah kepadatan

Gangguan operasional beberapa hari terakhir membuat jadwal KRL Green Line sering terlambat, sehingga antrean di peron semakin panjang.

“Biasanya suka ada keterlambatan, entah karena sinyal atau jam. Jadi membuat numpuk di beberapa titik stasiun,” ujar Widya (33), penumpang dari Stasiun Cikoya.

Kepadatan paling terasa saat kereta memasuki wilayah Rawa Buntu. Penumpang terpaksa menunggu kereta berikutnya karena gerbong sudah penuh.

Nurin (20), penumpang dari Rangkasbitung, menyebut antrean panjang di peron terjadi akibat jadwal yang tak tepat waktu.

“Padet banget terus masih pagi. Jadi banyak yang nunggu lama di stasiun karena keretanya terlambat,” kata Nurin.

Dilema gerbong khusus perempuan

Padatnya penumpang membuat sebagian perempuan menghadapi dilema memilih gerbong. Widya merasa lebih nyaman di gerbong umum daripada gerbong khusus perempuan.

“Walaupun saya perempuan, saya lebih nyaman di gerbong umum soalnya perempuan itu suka lebih ganas,” ujarnya sambil tersenyum.

Menurut dia, ketika kondisi terlalu penuh, suasana di gerbong khusus perempuan sering kali lebih riuh karena semua ingin lebih dulu masuk.

“Mungkin sama-sama enggak mau ngalah kali ya, jadi suasananya cepet-cepetan masuk,” jelas dia.

Sementara Nurin mengaku lebih sering naik di gerbong umum karena gerbong perempuan berada di ujung rangkaian dan sulit diakses saat ramai.

“Kalau wanita itu harus jalan lagi ke ujung, jadi jauh. Apalagi kalau rame, susah banget buat nyelip,” katanya.

Berharap tambahan jadwal atau gerbong

Para penumpang berharap PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menambah jumlah jadwal perjalanan dan gerbong di jalur Green Line untuk mengurangi kepadatan.

“Kalau bisa ditambah aja keretanya, atau jarak antar jamnya jangan terlalu jauh. Biar enggak numpuk di stasiun,” ujar Widya.

Nurin juga menilai langkah serupa penting untuk meningkatkan kenyamanan.

“Berharap KRL itu ditambahin lagi gerbongnya, jadi lebih banyak lagi,” imbuh Nurin.

Manager Public Relations KAI Commuter, Leza Arlan, menyebut penambahan jadwal tidak bisa dilakukan langsung dan memerlukan kajian mendalam.

“Untuk penambahan perjalanan perlu dikaji lebih dulu,” kata Leza.

Jadwal KRL diatur dalam grafik perjalanan kereta api (gapeka), sehingga setiap perubahan harus mempertimbangkan ketersediaan sarana dan waktu antarperjalanan.

Saat ini, terdapat 204 perjalanan Commuter Line di lintas Tanah Abang–Rangkasbitung setiap harinya. Total perjalanan yang melintasi Stasiun Tanah Abang, termasuk lintas Cikarang, mencapai 262 perjalanan per hari.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar