Free Gift

Pelangi di Negeri Santri

Oleh : Bachtiar Adnan Kusuma

Ketua Forum Penerima Penghargaan Tertinggi NJDP Perpustakaan Nasional

TRIBUN-TIMUR,COM – Berkaca Kepada Santri Ulama yang Menulis Buku, K.H. Masrur, A.S.Chaidir Syam, Anregurutta Prof. H.M Faried Wadjedy. 

Apa yang menarik dari Hari Santri Nasional, pada Rabu 22 Okotober 2025? 

Bagi penulis momentun yang sangat istimewa, selain berisi Workshop Literasi Santri Berbasis Digital yang digelar Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Shohwatul Is’ad Kabupaten Pangkep, juga karena menghadirkan Pembicara santri ulama yang juga pengusaha dan penulis Indonesia, adalah Pendiri Pondok Pesantren Moderen Islam Shohwatul Is’ad Dr KH Masrur Makmur Latanro MPdI. 

KH Masrur yang telah menulis puluhan buku, menyampaikan bahwa penguatan literasi tidak hanya menjadi kebutuhan pendidikan, tetapi bentuk perlawanan terhadap stagnasi berpikir dan keterbelakangan umat. 

“Literasi bukan sekadar kegiatan membaca dan menulis, melainkan manifestasi dari jihad intelektual. Pesantren harus menjadi pusat lahirnya pemikir-pemikir Islam yang mencerahkan umat melalui karya-karya ilmiah dan sastra,”  kata Dr KH Masrur Makmur Latanro MPdI di depan ratusan santri, santriwati PPM Shohwatul Is’ad disaksikan seluruh guru-guru, kepala sekolah, Direktur Ponpes PPMI Shohwatul Is’ad Syamsuddin dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pangkep Muhiddin.

Menurut KHMasrur, menulis adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari santri dan ulama. Para santri dan ulama telah menjadi figur sentral yang memiliki kemampuan menulis yang piawai. 

“Dengan karya tulisan para ulama kita sesungguhnya telah mewariskan budaya intelektual tinggi berbasis pesantren yang tetap dikenang sampai kapanpun” kata Penulis buku Balancing of Life dan Pelangi di Negeri Awan ini. 

Dalam sesi yang menggugah, KHMasrur juga membagikan buku karyanya kepada setiap peserta yang bertanya plus menjawab pertanyaan yang diajukannya.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Pangkep melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pangkep memberi penghargaan kepada Dr.K.H.Masrur Makmur Latanro atas dukunnya ikut serta membentuk ekosistem literasi melalui Pondok Pesantren Shohwatul Is’ad,” kata Muhiddin sesaat sebelum menyerahkan penghargaan kepada Dr KH Masrur.

Pembicara berikutnya, penulis didapuk, menekankan urgensi menjadikan santri sebagai bagian dari ekosistem penguatan literasi yang produktif dan berdaya saing. 

“Santri memiliki potensi besar menjadi penulis hebat. Namun, menulis itu lahir dari kebiasaan membaca yang tekun dan punya keberanian berpikir kritis. Pesantren harus menjadi kawah candradimuka literasi bangsa,” ujar Bachtiar.

Dr KH Masrur, adalah seorang pengelana ilmu yang telah berkeliling dunia sembari menuliskan kisah perjalanannya. Ibarat Ibnu Batutah pengelana dunia pada abad ke-14 yang menaklukkan 44 negara selama 29 tahun dengan durasi waktu perjalanan 120.700 telah menulis buku” Rihlah Ibnu Batutah”. Demikian pula K.H.Masrur telah menulis kisah perjalanannya ke berbagai negara dalam bukunya” Balancing of Life”.

Karena itu, Dr KH Masrur seorang ulama, pendidik, pengusaha yang memiliki kecakapan tinggi menulis buku di tengah kurangnya akses buku-buku berbasis inspiratif. 

Sementara itu, penulis juga berbicara di depan para mahasiswa, pelajar dan santri di Institut Agama Islam Darud Dakwah wal Irsyad Mangkoso, Kabupaten Barru dengan tema” One Santri, One Book” yang dibuka Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Barru, Fariadi Abujahja, kata Pengantar Pembantu Rektor III IAI DDI Mangkoso, Ahmad Rasyid. Pembicara lainnya, AS.Kambie dan Rezky Amaliah Syafiin.

Anregrutta Prof Dr KH HM Faried Wadjedy MA telah membukukan rangkaian perjalanan dakwah, pendidikan dan kepemimpinannya di Ponpes DDI Mangkoso dalam balutan buku bertajuk” Ronce Mutiara Anregurutta Muhammad Faried Wadjedy”.

Puncak Peringatan HSN dilaksanakan Upacara di Lapangan Pallantikang, Kantor Bupati Maros, dipimpin Dr.H.A.S.Chaidir Syam, S.IP.M.H. Upacara peringatan HSN di Kabupaten Maros digelar, selain diikuti Parade Santri dari 29 Pondok Pesantren di Maros, Bupati Maros Chaidir Syam menerima Penghargaan dari Kementerian Agama Kabupaten Maros yang diserahkan Kepala Kantor Kemenag Maros, Dr. Muhammad, S.Ag.M.Ag.

Chaidir Syam juga menyerahkan Penghargaan kepada penulis sebagai Mentor Gerakan Literasi Santri di Kab. Maros. Terima kasih Bapak Bupati Maros Chaidir Syam dan terima kasih Kemenag Kabupaten Maros yang memberi penghargaan kepada penulis sebagai salah seorang yang menggerakkan Gerakan Santri Literasi di Kabupaten Maros.

Apa yang menarik dari Sang Bupati Maros, A.S.Chaidir Syam? Ia seorang politisi ulung, birokrat yang luwes, humble dan santri yang menulis. Chaidir Syam tercatat beberapa tahun yang lalu sebagai salah seorang santri putra Ponpes Moderen IMMIM. Selain Bupati Maros, Chaidir Syam adalah tokoh penggerak Literasi di Kabupaten Maros yang telah menulis sejumlah buku, hemat penulis, ia Birokrat Indonesia yang Lengkap. Sebagai santri yang bupati plus menulis buku.

Pada akhirnya, sebagai wujud syukur di Hari Santri Nasional, penulis menyampaikan terima kasih atas keteladanan dan figur ketiga tokoh, guru kami yang telah menggariskan keteladanan menulis buku di tengah darurat akses buku-buku bermutu di Indonesia. Terima kasih Sang Guru Menulis kami, K.H. Masrur, Anregurutta Prof. K.H. Faried Wadjedy, A.S. Chaidir Syam yang telah menginvestasikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk Literasi Santri di Indonesia. Salam Literasi….(*)

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar