Free Gift

Pemkot Cimahi Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Potensi Gempa Sesar Lembang

Priangan Insider – Pemerintah Kota Cimahi terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa bumi akibat aktivitas Sesar Lembang yang sewaktu-waktu bisa memicu guncangan signifikan.

Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, menegaskan bahwa meskipun kota ini belum memiliki sistem peringatan dini (early warning system/EWS), langkah antisipatif tetap dilakukan melalui program mitigasi bencana dan edukasi masyarakat.

“Iya, memang beberapa kali terjadi gempa kecil. Masyarakat tidak perlu panik, namun kewaspadaan harus ditingkatkan. Mitigasi menjadi prioritas, termasuk bagaimana cara menyelamatkan diri dan keluar dari ruangan dengan aman,” ujar Ngatiyana, Sabtu (23/8/2025).

Fokus pada Simulasi dan Edukasi

Ngatiyana menambahkan, Pemkot Cimahi lebih menekankan sosialisasi langsung dan simulasi kebencanaan agar masyarakat memahami langkah yang harus dilakukan ketika gempa terjadi.

Selain itu, Pemkot juga menyiapkan anggaran tak terduga (BTT) untuk penanggulangan bencana jika sewaktu-waktu terjadi gempa besar akibat Sesar Lembang. “Secara fiskal, semuanya sudah disiapkan. Kita tetap berdoa agar gempa besar tidak terjadi,” tambahnya.

Zona Merah Sesar Lembang

Cimahi termasuk wilayah Bandung Raya yang berada di bawah ancaman langsung Sesar Lembang, patahan aktif sepanjang 29 kilometer yang membentang dari Cilengkrang hingga Padalarang. Dalam beberapa bulan terakhir, aktivitas seismik meningkat, terutama di segmen barat atau Segmen Cimeta. Sejak akhir Juni hingga Agustus 2025, enam gempa kecil telah terjadi, namun tanpa menimbulkan kerusakan.

Sebanyak 15 kecamatan di Bandung Raya masuk zona merah, yang berarti memiliki risiko tinggi jika Sesar Lembang memicu gempa besar. BMKG mencatat, sesar ini berpotensi menimbulkan gempa hingga magnitudo 6,8–7,0, dengan pergerakan patahan 3–6 milimeter per tahun yang dapat berubah sewaktu-waktu.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono, mengingatkan bahwa jika segmen sepanjang 30 kilometer kembali aktif, guncangannya bisa lebih besar daripada gempa Yogyakarta 2006, yang menelan ribuan korban jiwa.

Daerah Rawan dan Evakuasi

Menurut peta Peak Ground Acceleration (PGA), 42 desa di lima kecamatan berada dalam zona risiko tinggi hingga sedang. Berikut 15 kecamatan yang masuk zona merah dikutip dari ANTARA:

1. Cibiru, Kota Bandung

2. Ujungberung, Kota Bandung

3. Gedebage, Kota Bandung

4. Arcamanik, Kota Bandung

5. Regol, Kota Bandung

6. Buahbatu, Kota Bandung

7. Kiaracondong, Kota Bandung

8. Lengkong, Kota Bandung

9. Cilengkrang, Kabupaten Bandung

10. Cimenyan, Kabupaten Bandung

11. Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

12. Lembang, Kabupaten Bandung Barat

13. Cisarua, Kabupaten Bandung Barat

14. Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat

15. Padalarang, Kabupaten Bandung Barat

Kepadatan penduduk di wilayah ini menambah risiko tinggi bila terjadi gempa besar.

Pemkot Bandung juga mengimbau warga untuk lebih waspada dan menekankan pentingnya mitigasi bencana. Sejumlah titik evakuasi darurat telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2022, seperti Taman Tegalega, Stadion GBLA, Lapangan Gasibu, Alun-alun Kota Bandung, Sabuga, dan Lapangan Olahraga Arcamanik.

Pemantauan Seismik Modern

BMKG terus memantau Sesar Lembang sejak 1963 melalui seismograf WWSSN, dan kini memperkuat deteksi dini menggunakan teknologi modern. Pemantauan ini penting untuk memberikan informasi yang akurat terkait potensi gempa dan meminimalisir risiko terhadap masyarakat.

Dengan langkah mitigasi yang sistematis, sosialisasi, serta kesiapan anggaran darurat, Pemkot Cimahi dan Kota Bandung berupaya memastikan keamanan warganya jika sewaktu-waktu terjadi gempa akibat Sesar Lembang.(***)

Want a free donation?

Click Here