PR JATENG – Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, kembali menghadirkan inovasi unggulan di bidang pangan lokal melalui pengembangan MOCAF (Modified Cassava Flour) atau tepung singkong termodifikasi.
Inovasi ini dikembangkan oleh Dr. Santi Dwi Astuti, STP., M.Si., dosen Fakultas Pertanian Unsoed, sebagai bentuk hilirisasi riset yang berdampak nyata bagi masyarakat.
Menurut Dr. Santi, MOCAF merupakan salah satu wujud komitmen Unsoed untuk menjawab tantangan ketahanan pangan nasional.
“Umbi-umbian seperti singkong memiliki potensi besar sebagai sumber karbohidrat dan alternatif pangan masa depan. Melalui teknologi MOCAF, kami ingin mengubah singkong yang dulu dianggap bahan pangan kelas dua menjadi produk berkualitas tinggi yang bernilai ekonomi besar,” ungkapnya, dikutip dari video unggahan @unsoedofficial_1963 di Instagram, hari Selasa 21 Oktober 2025.
MOCAF dikembangkan menggunakan teknologi fermentasi terkendali dengan inokulum BIMO-CF.
Proses ini menghasilkan tepung singkong yang memiliki sejumlah keunggulan: bebas gluten, tinggi serat pangan, rendah gula, dan dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu dalam berbagai produk olahan makanan.
Program pengembangan MOCAF Unsoed tidak berhenti di laboratorium.
Dr. Santi bersama timnya telah melibatkan lebih dari 1.000 masyarakat, termasuk kelompok UMKM, petani, dan kader PKK di tiga wilayah binaan.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku utama dalam proses inovasi. Karena itu, kami mendampingi mereka dari tahap produksi hingga pemasaran,” tuturnya.
Dari pendampingan tersebut, masyarakat mampu menciptakan berbagai produk olahan berbasis MOCAF, seperti cookies, biskuit, egg roll, brownies, dan pie.
Produk-produk tersebut tidak hanya dipasarkan di tingkat lokal, tetapi juga mulai dilirik oleh pasar luar negeri.
“Kami bersyukur, hasil inovasi bersama masyarakat kini sudah bisa menembus pasar ekspor, salah satunya ke Dubai. Ini bukti bahwa produk lokal, jika dikelola dengan teknologi dan standar yang baik, mampu bersaing di kancah global,” ujar Dr. Santi.
Selain memberikan manfaat ekonomi, penerapan teknologi MOCAF juga membawa perubahan pola pikir masyarakat desa.
Mereka kini lebih percaya diri mengembangkan produk lokal yang memiliki nilai jual tinggi.
“Kami ingin hilirisasi riset tidak berhenti pada publikasi ilmiah saja, tetapi benar-benar memberi dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat,” tambahnya.
Teknologi MOCAF yang dikembangkan peneliti Unsoed ini juga terbukti meningkatkan efisiensi dan konsistensi kualitas produksi, menjadikan proses pengolahan singkong lebih higienis, cepat, dan berdaya saing.
Penelitian dan program pendampingan ini telah diimplementasikan di berbagai daerah di Jawa Tengah seperti Banyumas, Banjarnegara, Wonosobo, dan wilayah lainnya.
Melalui inisiatif itu, Unsoed membuktikan perannya sebagai “kampus berdampak” yang mendorong kemajuan desa dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Unsoed berdampak, desa bergerak. Kami ingin riset kampus hadir di tengah masyarakat dan menjadi energi perubahan,” tutup Dr. Santi.***






