Jurnal Sumbawa – Standar tinggi dan penuh pengawasan ketat dalam proses pemilahan serta pengolahan menjadi kunci sukses Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Garuda Muda Dharmagati yang mempertahankan zero accident atau nol angka kecelakaan dalam menyiapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
SPPG Yayasan Garuda Muda Dharmagati yang berlokasi di Desa Tolowata, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima ini telah beroperasi sejak tanggal 17 September 2025.
Saat ini 3.207 siswa dari 50 Sekolah telah mendapatkan pelayanan dari SPPG ini dan tak pernah sekalipun terjadi insiden keracunan atau sakit akibat mengonsumsi makanan MBG yang disajikan.
Kepala SPPG Yayasan Garuda Muda Dharmagati, Ariflin, S.IP mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerapkan standar operasional yang ketat dalam memilih bahan makanan.
“Dalam pemilihan bahan baku seperti sayur, buah, dan daging tentu kami memilih bahan yang segar dan berkualitas. Untuk pemilihan daging ayam sendiri, kami menggunakan daging ayam segar, bukan ayam beku, ” ucap Ariflin atau disapa Topan ini saat ditemui Jurnal Sumbawa Pikiran Rakyat, pada Minggu, 5 Oktober 2025.
Selain memperhatikan bahan makanan yang akan diolah, SPPG Desa Tolowata Ambalawi juga sangat memperhatikan bahwa porsi makanan yang akan dibagikan kepada siswa dalam keadaan segar.
“Untuk porsi makanan yang akan dibagikan kepada anak PAUD, TK dan SD Kelas 1 sampai 3 kami mulai memasaknya jam 2 hingga selesai jam 4 pagi, lalu dibagikan jam 8 di setiap sekolah dengan estimasi pembagian selama 2 jam,” tuturnya.
Sementara untuk porsi makanan yang akan dibagikan kepada anak Sekolah Dasar Kelas 4-6, SMP dan SMA diproduksi mulai pukul 3.30 hingga jam 5.30 pagi.
“Setelah diproduksi, kami langsung packing atau pengemasan, dan selanjutnya dibagikan pada siswa SD Kelas 4 sampai 6, SMP dan SMA pukul 9 hingga jam 11 pagi,” tambahnya.
Pada proses pengemasan pun, menurut Ariflin tidak boleh sembarangan. Jadi setelah dimasak, makanan harus didinginkan terlebih dahulu baru bisa dikemas.
Hal ini tentunya bertujuan agar makanan tidak mudah basi karena terperangkap uap panas dari makanan.
“Kami mendinginkan makanan menggunakan kipas pendingin untuk menjaga makanan yang masih panas tidak langsung dikemas,” ujarnya.
Menjaga Kebersihan Dapur
Selain soal makanan, yang tak kalah penting dijaga adalah terkait kebersihan dapur. Menurut Ariflin, setiap dua hari sekali, lantai dapur disiram menggunakan air panas.
“Tujuan disiram air panas adalah untuk membunuh bakteri. Selain itu, kami juga membersihkan kipas pendingin selama satu kali seminggu untuk memastikan tidak ada debu yang menempel dan jatuh ke makanan saat produksi,” ucapnya.
Para pekerja dapur yang mengolah makanan juga wajib menggunakan penutup kepala, celemek, dan sarung tangan.
“Diwajibkannya menggunakan penutup kepala agar rambut tidak jatuh ke makanan dan penyebab lahirnya virus ke makanan. Begitupun dengan penggunaan sarung tangan, baik saat memasak dan proses pengemasan,” ungkapnya.
Di dapur, para pekerja juga wajib menggunakan alas kaki steril anti licin dan tidak boleh memakai perhiasan serta mengoperasikan handphone.
Semua pekerja berjumlah 47 orang dan mulai bekerja sejak pukul 3 sore setiap harinya, yakni mulai hari senin hingga hari jumat.
Menu Bervariasi Tanpa Hilangkan Gizi
Bagi dapur SPPG Tolowata, porsi makanan yang disajikan tentunya bervariasi setiap harinya dengan tetap mempertimbangkan gizi seimbang.
“Sebelum dikemas, ahli gizi telah menetapkan menu yang bervariasi yang sesuai dengan gizi seimbang, seperti unsur karbohidrat, protein hewani, protein nabati, serat, dan buah sebagai vitamin alami,” tutur Ariflin.
Pada unsur karbohidrat yang dipilih, pihaknya melakukan variasi, misalnya seperti nasi, roti, mie spaghetti, dan kentang.
“Kami sengaja melakukan variasi makanan seperti unsur karbohidrat agar anak-anak sekolah tidak bosan. Begitupun dengan unsur protein dan seratnya,” tambahnya.
Dalam pemilihan bahan, pihak SPPG tentunya melakukan pengecekan pada barang yang telh diorder sebelum dimasukan ke gudang.
Misalnya seperti mengecek masa expired produk yang dikemas, seperti susu, minyak goreng, tepung, dan lainnya.
Ariflin juga mengatakan bahwa pekerja dapur di cek kesehatannya setiap dua minggu sekali, agar memastikan bahwa para pekerja dalam keadaan sehat dan optimal saat melakukan pekerjaan di dapur.
Membuka Layanan Pengaduan
Di SPPG Desa Tolowata juga, saat ini telah membuka layanan pengaduan masyarakat, untuk menyampaikan masukan jika ada keluh kesah masyarakat terhadap makanan yang disajikan dan masalah lain seperti operasional SPPG.
Meskipun menurut Ariflin, hanya di SPPG yang dikelola olehnya yang memiliki layanan pengaduan dan lahir atas dasar inisiatifnya sendiri.
“Alhamdulillah sampai saat ini belum ada masyarakat yang datang memberikan pengaduan atau protes terhadap pelaksanaan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Ambalawi,” pungkasnya.
Hal ini juga yang menjadi komitmen Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) memperluas jangkauan program Makan Bergizi Gratis (MBG), khususnya untuk siswa sekolah dasar hingga menengah.
Selain itu, Meutya Hafid juga menekankan untuk distribusi MBG harus juga dapat menyasar ke daerah yang membutuhkan.
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, mengatakan upaya tersebut dilakukan dengan mendorong sinergi antara platform digital dengan ekosistem Kemkomdigi.
“Kementerian Komdigi siap menjadi penghubung untuk mendorong sinergi antara platform digital dan ekosistem kami, sehingga program ini dapat menyasar daerah-daerah yang membutuhkan,” tegas Meutya Hafid dalam keterangannya.
Menurut Meutya, program MBG bertujuan meningkatkan akses makanan sehat kepada masyarakat, khususnya anak-anak sekolah di berbagai daerah, sebagai bagian dari upaya menciptakan ekosistem digital yang berdampak sosial.***






