Sabo, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu pada Kamis (30/10/2025) pekan depan di sela-sela KTT Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Korea Selatan, dalam upaya meredakan ketegangan dagang antara kedua negara.
Melansir Bloomberg pada Jumat (24/10/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengumumkan jadwal pertemuan tersebut dalam konferensi pers pada Kamis waktu setempat.
“Saya yakin pertemuan ini akan berjalan sangat baik dan semua pihak akan merasa puas,” ujar Trump kepada wartawan di hari yang sama.
Pertemuan Trump-Xi akan menjadi puncak dari rangkaian kunjungan Presiden AS ke Asia. Gedung Putih menyebut Trump akan berangkat dari Washington pada Jumat malam dan tiba di Malaysia pada Minggu pagi waktu setempat untuk menghadiri KTT Asean.
Di Malaysia, Trump dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Anwar Ibrahim serta menghadiri jamuan makan malam para pemimpin Asean pada Minggu (26/10/2025) malam. Setelah itu, dia akan bertolak ke Tokyo untuk bertemu Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi pada Selasa (28/10/2025).
Trump kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Korea Selatan pada Rabu (29/10/2025) untuk bertemu Presiden Lee Jae Myung, menyampaikan pidato utama dalam jamuan makan siang CEO APEC, dan menghadiri makan malam kerja bersama para pemimpin ekonomi kawasan sebelum bertemu Xi keesokan harinya.
Pertemuan di Korea Selatan itu akan menjadi tatap muka pertama antara Trump dan Xi sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden pada Januari lalu. Keduanya telah melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon sedikitnya tiga kali tahun ini, terakhir pada September.
Sebelumnya, Trump dan Xi terakhir bertemu langsung pada 2019 saat masa jabatan pertama Trump di Gedung Putih.
Trump kerap menegaskan bahwa dialog langsung dengan Xi merupakan cara terbaik untuk menyelesaikan berbagai isu yang membayangi hubungan kedua negara, mulai dari tarif impor, pembatasan ekspor, hingga isu perdagangan pertanian, peredaran fentanyl, serta ketegangan geopolitik di sekitar Taiwan.
Meski Trump mengklaim memiliki hubungan baik dengan Xi, pertemuan kali ini menjadi ujian atas kedekatan tersebut.
Ketegangan antara Washington dan Beijing kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah China memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang. Bahkan, Trump sempat mengancam akan membatalkan pertemuan tersebut.
Pertemuan ini juga berlangsung di tengah berakhirnya masa gencatan dagang antara AS dan China yang akan jatuh pada 10 November 2025, kecuali diperpanjang. Penangguhan tarif impor yang berlaku saat ini telah beberapa kali diperbarui sepanjang tahun ini untuk menahan lonjakan tarif yang sempat memicu ketegangan.
Namun, jeda tersebut kembali terancam akibat langkah saling berbalas yang dilakukan kedua pihak.
AS baru-baru ini memperluas pembatasan teknologi terhadap China, termasuk wacana pengenaan tarif untuk kapal China yang berlabuh di pelabuhan AS serta kemungkinan pengetatan ekspor perangkat lunak penting.
Merespons hal tersebut, China memberlakukan kontrol ekspor baru terhadap logam tanah jarang dan sejumlah mineral penting lain yang digunakan di sektor teknologi, energi, dan transportasi.
Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif tambahan hingga 100% atas produk China mulai 1 November jika Beijing tidak melonggarkan kebijakan ekspor tersebut, meskipun dia sendiri mengakui bahwa tarif tinggi tidak berkelanjutan. Kebijakan China itu juga telah memicu reaksi global dan mendorong negara lain mencari sumber pasokan alternatif.
Dalam beberapa hari terakhir, Trump menyatakan optimistis bahwa pembicaraan dengan Xi akan menghasilkan kesepakatan yang baik terkait seluruh isu perdagangan, sambil menegaskan kembali hubungan yang sangat baik antara keduanya.






