Free Gift

Sebab Allah Pun Tahu Betapa Beratnya Menjadi Baik

AA1OQAlt

Terkadang, kita pernah merasa bahwa menjadi baik bukanlah jalan yang selalu benar untuk diambil. Seolah kebaikan tidak menjanjikan apa-apa, selain letih dan sepi yang panjang. Dalam diam, kita mulai membandingkan antara menjadi orang baik atau menjadi orang buruk, semua terasa sama saja di hadapan kehidupan yang terus berjalan ini. Hingga akhirnya, muncul bisikan halus dalam hati: “hidup gini-gini aja…” “hari-hari selalu dapet sial…” “gagal terus…” “cari kerja makin susah…” “jodoh juga makin menjauh…” “teman-teman mulai menghilang satu per satu…”

Dan di titik itu, kita merasa perjalanan hijrah kita sia-sia. Kita mulai menatap langit dengan getir, seolah-olah keadilan Allah sedang tidak berpihak pada kita. Padahal, andai kita memilih untuk menjadi jahat sekalipun, hidup ini tetap tak akan selalu mudah. Kesulitan adalah takdir semua manusia baik atau buruk, keduanya tetap diuji dengan cara yang berbeda. Karena hidup ini bukan tentang siapa yang paling disayang, tapi siapa yang paling bertahan dalam kebaikan.

Bukan Allah yang tidak menolong, mungkin justru kita yang belum sungguh-sungguh menginginkan pertolongan-Nya. Kita terlalu sibuk menagih keajaiban, tanpa benar-benar memperjuangkannya. Kita lupa bahwa kemudahan dalam hidup tidak selalu berarti kebaikan. Sebab terkadang, di balik jalan yang terasa lancar, tersimpan kelalaian yang perlahan mengikis iman. Bila segalanya terlalu mudah, bagaimana mungkin kita belajar tentang makna perjuangan?

Dan ketika diri ini dihadapkan pada ujian yang terasa begitu berat, seharusnya di sanalah kita tersadar: bahwa kita hanyalah manusia yang rapuh, yang tak punya kuasa atas apapun. Ujian itu bukan tanda Allah menjauh, tapi tanda bahwa Dia sedang ingin kita mendekat. Sedangkan Allah akan lebih dahulu mendekat kepada kita jika kita mendekat kepada-Nya. Sebagaimana dalam hadis qudsi:

Karena dalam segala keterpurukan, hanya ada satu tempat untuk pulang kepada Allah, satu-satunya Dzat yang mampu membolak-balikkan keadaan. Karena sejatinya, solusi bukan ada pada kata menyerah dan pasrah. Allah berfirman:

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. QS At talaq ayat 2-3

tetapi pada hati yang terus percaya, bahwa selama Allah masih ada, harapan tak akan pernah benar-benar hilang.

Bukankah para nabi dan orang-orang shalih terdahulu juga menapaki jalan ujian yang sangat berat? Nabi Ayyub AS diuji dengan penyakit kulit kusta hingga dijauhi masyarakat, kehilangan nyawa anak-anaknya beserta hewan gembalanya, dan diusir dari kampung halamannya. Rasulullah Muhammad SAW dikucilkan, dihina, bahkan

hendak dibunuh, dakwahnya dibalas lemparan batu hingga darah bercucuran oleh penduduk Thaif. Nabi Ibrahim AS pun diuji dengan perintah untuk menyembelih putra kesayanganya sendiri, Nabi Ismail. Semua itu adalah potret perjuangan, dinamika hidup yang diiringi ketaatan dan keikhlasan mendekat kepada Allah.

Bukankan tidak ada ujian yang sia-sia bila dijalani dengan sabar?. Karena setiap tetes air mata yang jatuh dalam doa, setiap kesakitan yang dipendam dalam diam, adalah pahala yang mahal nilainya di sisi Allah. Tidak semua insan diberi kemampuan untuk bersabar.

Karena sabar itu bukan ketidakberdayaan, ia adalah kekuatan yang tenang, yang Allah titipkan hanya kepada hati yang Ia cintai.

Allah pun berfirman dalam Al Qur’an:

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ‏

Arinya: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,”

QS Al baqarah ayat 155.

Maka jangan pernah merasa rugi karena menjadi baik. Sebab kebaikan yang tulus tidak akan pernah berakhir sia-sia. Ia mungkin tak dibalas dengan kemudahan di dunia, tapi pasti disambut dengan kemuliaan di sisi Allah. Teruslah berbuat baik, walau dunia seakan tidak melihat karena Allah selalu mencatat, dan setiap sabar akan berbuah manis pada waktunya.

Kesabaran Yang Berbuah Manis

Setiap ujian yang Allah turunkan kepada hamba-hamba pilihan-Nya, tidak pernah hadir tanpa maksud.

Ia bukan bentuk kebencian, melainkan tanda cinta yang halus dari langit. Melalui ujian, Allah memurnikan hati, menghapus kesombongan, dan mengangkat derajat. Setiap luka yang dititipkan, sejatinya adalah jalan menuju rahmat yang lebih besar. Dan setiap kesabaran yang dijaga, selalu disambut oleh hadiah yang indah dari sisi-Nya.

Lihatlah kisah Nabi Ayyub AS. Beliau kehilangan segalanya, harta, keluarga, dan kesehatannya. Namun di tengah derita, beliau tidak pernah berhenti berzikir, tidak pernah menuduh Allah tidak adil. Doanya begitu lembut, sebagaimana firman Allah:

واَيُّوۡبَ اِذۡ نَادٰى رَبَّهٗۤ اَنِّىۡ مَسَّنِىَ الضُّرُّ وَاَنۡتَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِيۡنَ ۖۚ

Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” QS Al anbiya ayat 83

Dan ketika kesabarannya sempurna, Allah sembuhkan tubuhnya, kembalikan hartanya, dan gandakan keturunannya. Allah berfirman di ayat selanjutnya:

فَاسۡتَجَبۡنَا لَهٗ فَكَشَفۡنَا مَا بِهٖ مِنۡ ضُرٍّ وَّاٰتَيۡنٰهُ اَهۡلَهٗ و مِثۡلَهُمۡ مَّعَهُمۡ رَحۡمَةً مِّنۡ عِنۡدِنَا وَذِكۡرٰى لِلۡعٰبِدِيۡنَ‏

Artinya: Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka), sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami. QS. Al-Anbiya ayat 84

Itulah hadiah bagi hamba yang bersabar tanpa syarat. Allah tidak pernah lupa pada mereka yang tetap bersujud meski dunia runtuh di sekitarnya.

Kemudian lihatlah Rasulullah Muhammad SAW. Memperjuangkan dakwahnya, menyampaikan kebenaran dan kedamaian. Namun beliau juatru dihina, dicaci, dikucilkan, dikhianati, diusir, bahkan hendak dibunuh oleh orang-orang terdekat beliau. Namun beliau tidak membalas dengan kebencian, justru dengan doa yang baik.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”

(HR. Bukhari no. 3477, HR. Muslim no. 1792)

Dan Allah gantikan luka itu dengan kemuliaan Isra’ Mi’raj, perjalanan agung ke langit tertinggi. Dari sana, beliau menerima perintah shalat, anugerah terbesar bagi umatnya. Ujian yang dulu disangka kehancuran, ternyata adalah jalan menuju kemuliaan. Dari kesedihan yang dalam, lahir kekuatan dakwah yang menyinari dunia. Dan dari kesabaran yang panjang, lahir umat yang mencintai beliau dengan seluruh hati. Sungguh, Allah tidak akan pernah membiarkan air mata hamba-Nya jatuh tanpa makna.

Kemudian lihatlah Nabi Ibrahim AS. lewat mimpi beliau, Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail, yang amat ia cintai. Tanpa ragu, keduanya tunduk penuh kepada perintah Ilahi. Namun sebelum pisau menyentuh leher anaknya, Allah menggantinya dengan sembelihan besar.

وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ‏

Artinya:” Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”(QS. As-Saffat: 107)

Dari ujian itu, Allah abadikan nama mereka sepanjang masa. Dari kepatuhan itu, lahir tradisi ibadah kurban yang menandai cinta sejati. Allah menjadikan keturunannya sebagai pembawa risalah tauhid di muka bumi. Begitulah cara Allah membalas kesetiaan hamba-hamba pilihan-Nya. Ujian mereka menjadi kisah abadi, hadiah mereka menjadi cahaya untuk dunia.

Maka sungguh, setiap ujian yang Allah berikan selalu berujung pada kemuliaan. Mungkin bukan dalam bentuk harta atau kedudukan, tetapi dalam ketenangan dan kedekatan dengan-Nya. Karena hadiah terindah bukanlah dunia yang mudah, melainkan hati yang kuat dan ikhlas. Allah berfirman:

Itulah rahasia cinta Allah kepada hamba-hamba yang Ia uji. Ia tidak ingin menjauh, justru ingin mereka datang lebih dekat. Setiap kesulitan adalah panggilan lembut untuk kembali bersandar kepada-Nya. Karena sabar bukan tanda lemah, tapi bukti kuatnya iman di dada. Dan di balik sabar yang tulus, selalu ada hadiah yang indah dari sisi-Nya.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar