PR JATENG – Suasana Hetero Space Purwokerto di Banyumas, Jawa Tengah, hari Rabu 22 Oktober 2025, dipenuhi aura seni dan budaya.
Menurut Nasirun, pameran ini bukan sekadar peristiwa seni, melainkan upaya menghidupkan kembali nilai-nilai luhur para leluhur Banyumas.
“Para leluhur dengan segala keluhurannya harus menjadi role model pembentukan manusia Banyumas yang khas. Melalui pameran ini, kita diingatkan agar tidak kehilangan jati diri,”tutur Nasirun.
Dari Sastra ke Rupa: Inspirasi dari Babad Diponegoro
Inspirasi pameran ini muncul dari gelaran Pameran Sastra Rupa Gambar Babad Diponegoro di Yogyakarta pada 2019 dan 2024.
Dari situ, Nasirun tergerak untuk menghadirkan hal serupa di Banyumas.
“Saya berpikir, mengapa Babad Banyumas tidak dibuat seperti itu? Saya lalu mengajak teman-teman pelukis Banyumas untuk mengangkat warisan leluhur ke dalam seni rupa,”jelas Nasirun.
Ajakan tersebut disambut hangat oleh Zein Muhammad, Ketua IPB, beserta puluhan seniman muda Banyumas.
Setelah melalui proses panjang, karya-karya yang lahir dari naskah Babad Banyumas kini dihadirkan dalam bentuk pameran visual yang sarat makna historis dan spiritual.
Refleksi Jati Diri Lewat Karya
Nasirun menegaskan, Babad Banyumas bukan hanya teks sejarah, tetapi juga cermin moral dan spiritual masyarakat Banyumas.
“Akan menarik kalau Babad Banyumas bukan hanya dibaca, tapi juga dilihat dan dirasakan melalui seni rupa. Nilainya akan lebih mudah dicerna,” ujarnya.
Salah satu karya yang dipajang adalah lukisan Amran Rustilo berjudul Pelarian Raden Baribin ke Pasirluhur.
Dengan media akrilik di atas kanvas berukuran 90×70 cm, lukisan itu menggambarkan kisah Raden Baribin; anggota keluarga kerajaan Majapahit yang melarikan diri ke wilayah Pasirluhur, Banyumas, demi menyelamatkan diri dari perebutan kekuasaan.
“Selamat berpameran untuk para seniman lukis Banyumas. Semoga dari Babad Banyumas, kita menemukan kembali siapa diri kita,”pungkas Nasirun penuh harap.***






