Sabo – Kasus kematian mendadak aktor terkenal Yu Menglong masih meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Tubuhnya yang tak pernah diperlihatkan ke publik dan proses kremasi yang dinilai terlalu cepat membuat publik curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Dari berbagai teori yang muncul, salah satu yang paling menyeramkan adalah dugaan, bahwa jasad atau bagian tubuh Yu Menglong dijadikan karya seni di Museum 798, Beijing, sebuah tempat yang selama ini dikenal dengan pameran seni ekstrem bertema human art installation.
Museum 798 kini menjadi sorotan bukan hanya karena keindahan seninya, tetapi juga karena sisi gelap yang mulai terkuak.
Beberapa warganet mengaitkan potongan instalasi di sana dengan barang-barang pribadi milik Yu Menglong.
Jaket berwarna lembut dengan corak khas dan potongan kain yang mirip pakaian sang aktor dianggap menjadi bukti bahwa ada “pesan tersembunyi” di balik karya seni tersebut.
Namun, sebelum melangkah lebih jauh ke teori ini, perlu diketahui siapa sebenarnya sosok yang berdiri di balik megahnya Museum 798.
Sosok Pemilik dan Pengendali Museum 798
Museum 798 merupakan bagian dari 798 Art District, kawasan seni kontemporer terbesar di Beijing yang dulunya adalah kompleks pabrik elektronik milik pemerintah pada era 1950-an.
Kawasan ini kemudian diubah menjadi ruang kreatif setelah reformasi ekonomi Tiongkok, dan dikelola oleh sejumlah entitas swasta di bawah pengawasan pemerintah daerah.
Dalam praktiknya, pengelolaan utama 798 Art District berada di bawah perusahaan bernama Seven Star Group (Beijing Seven Star Science and Technology Co., Ltd.), yang juga bertanggung jawab atas pengembangan properti dan komersialisasi ruang-ruang di kawasan tersebut.
Seven Star Group sendiri merupakan anak perusahaan dari China Electronics Corporation (CEC), sebuah konglomerat milik negara yang bergerak di bidang teknologi dan industri.
Dalam dua dekade terakhir, perusahaan ini memperluas pengaruhnya ke sektor properti dan seni dengan menjadikan area 798 sebagai proyek andalan mereka.
Meskipun di permukaan tampak seperti ruang bebas seniman, di baliknya terdapat kontrol ketat dari pihak pengembang dan sponsor besar.
Hal ini menjelaskan mengapa sebagian kalangan menilai, bahwa 798 kini lebih menonjolkan citra bisnis dibanding semangat idealisme seni.
Selain Seven Star Group, di dalam kawasan tersebut juga berdiri beberapa museum swasta ternama seperti Ullens Center for Contemporary Art (UCCA), dan 798 Art Museum.
UCCA awalnya dimiliki oleh pasangan kolektor seni asal Belgia, Guy dan Myriam Ullens, sebelum akhirnya dijual ke konsorsium investor Tiongkok.
Sejak saat itu, pengelolaan museum menjadi semakin lokal dan banyak melibatkan figur pengusaha muda Beijing yang memiliki hubungan kuat dengan pemerintah.
Meskipun identitas individu pemilik 798 Art Museum sendiri tidak secara terbuka dipublikasikan, berbagai laporan menyebutkan, bahwa operasionalnya berada di bawah pengawasan langsung pihak manajemen kawasan serta investor swasta yang dekat dengan jaringan industri budaya dan media.
Keterlibatan para pengusaha berpengaruh inilah yang kemudian membuat Museum 798 menjadi sorotan.
Di balik karya-karya seni avant-garde yang dipamerkan, banyak pihak menduga adanya kepentingan politik, ideologis, bahkan simbolik yang tersirat.
Pameran bertema tubuh manusia, simbol penderitaan, dan warna merah darah dianggap memiliki makna lebih dalam dari sekadar ekspresi artistik.
Kontroversi Kaitan dengan Kasus Yu Menglong
Isu keterkaitan Museum 798 dengan Yu Menglong mulai mencuat setelah muncul unggahan viral di media sosial Tiongkok.
Dalam unggahan tersebut, terlihat potongan instalasi yang menampilkan jaket berwarna pastel dan pakaian robek, yang disebut sangat mirip dengan pakaian terakhir yang dikenakan Yu sebelum ia meninggal.
Warganet pun berspekulasi, bahwa benda-benda itu bukan hanya replika, melainkan benar-benar milik sang aktor yang dijadikan bagian dari karya seni bertema human installation.
Kecurigaan publik semakin kuat karena keluarga Yu dikabarkan tidak pernah melihat jasadnya secara langsung.
Proses kremasi yang dilakukan mendadak tanpa izin keluarga menambah dugaan, bahwa ada sesuatu yang ditutupi.
Beberapa teori menyebut tubuh sang aktor sudah tidak utuh saat diserahkan ke pihak berwenang, sementara yang lain menuduh, bahwa jasadnya tidak pernah benar-benar dikremasi.
Semua teori itu bermuara pada satu tempat, Museum 798 yang disebut-sebut menjadi lokasi “penghilangan jejak” paling misterius.
Publik juga menemukan kesamaan tema antara kematian sang aktor dan pameran terakhir di museum tersebut, yang menampilkan instalasi dengan dominasi warna merah, potongan tubuh sintetis, serta benda-benda pribadi seperti sepatu dan koper tua.
Meskipun belum ada bukti konkret, kesamaan visual ini memperkuat dugaan adanya “pesan tersembunyi” dari para seniman atau bahkan pihak tertentu yang ingin menyampaikan sesuatu melalui karya tersebut.
Di sisi lain, pihak museum hingga kini memilih bungkam. Tidak ada klarifikasi resmi terkait tuduhan penggunaan benda pribadi korban sebagai bahan pameran.
Pemerintah setempat pun belum mengeluarkan pernyataan terbuka terkait spekulasi ini.
Akibatnya, rumor terus berkembang dan menimbulkan ketegangan antara dunia seni, media, dan publik yang menuntut kebenaran.***






