Sabo – Ada kalanya kita merasa dicuekkan oleh orang yang kita sayangi seperti telepon tak dijawab, pesan tak dibalas, dan kehadiran kita seolah tak lagi penting. Fenomena yang dikenal sebagai silent treatment ini lebih dari sekadar diam, menurut artikel di Klik Dokter, ini bisa menjadi bentuk manipulasi emosional yang membuat hubungan terasa jauh dan dingin.
Sementara itu, portal Alodokter mengingatkan bahwa dampak jangka panjang dari pola diam ini dapat memicu rasa rendah diri, isolasi, bahkan stres kronis jika tidak ditangani. Melalui artikel ini, akan dibagikan 6 langkah praktis untuk menghadapi situasi ketika diam menjadi alat pengabaian dalam hubungan, dan membaliknya menjadi ruang komunikasi yang sehat.
Berikut 6 cara hadapi silent treatment dalam hubungan:
1. Kenali Tanda-Tanda Silent Treatment
Saat seseorang diam bukan karena memilih waktu untuk tenang, tetapi secara sengaja mengabaikan komunikasi, itu bisa menjadi silent treatment.
Ciri-umumnya termasuk menolak berbicara tanpa alasan yang jelas, menghindar saat Anda ingin berdiskusi, atau memberi respons minimal seperti “oke” atau “yah” tanpa penjelasan. Dengan menyadari bahwa ini sedang terjadi, Anda membuka langkah berikutnya untuk mengambil sikap, bukan hanya terseret dalam kebingungan.
2. Kendalikan Emosi dan Hindari Balasan Diam
Merespons diam dengan diam mungkin terasa adil, namun sering kali hanya memperpanjang jarak dan menciptakan konflik yang tak kunjung selesai. Silent treatment bisa menjadi alat kontrol di mana satu pihak merasa berkuasa karena pihak lain merasa tak bisa berbuat apa-apa.
Sebaliknya, cobalah menjaga ketenangan, tarik napas, dan siapkan diri untuk berdialog, bukan untuk berdebat. Ketika Anda tetap tenang, Anda memberi sinyal bahwa Anda menghargai perasaan diri sendiri, bukan terjebak permainan pengabaian.
3. Ajak Bicara dengan Bahasa “Saya Merasa”
Melakukan komunikasi secara terbuka menjadi kunci. Anda bisa mulai dengan ungkapan ringan seperti, “Saya merasa agak terluka ketika pesan saya tak dibalas, bisakah kita ngobrol soal ini?”. Pilih kalimat yang memfokuskan pada perasaan Anda, bukan tuduhan kepada pihak lain.
Cara ini membuka kemungkinan dialog tanpa memancing pertahanan instan. Dengan menetapkan titik pembicaraan (“kenapa kita malah diam berhari-hari?”) lebih produktif daripada terus menunggu perubahan tanpa berbicara. Tujuannya agar komunikasi bukan menjadi “siapa yang benar/siapa yang salah”, melainkan “apa yang terjadi dan bagaimana kita bisa selesaikan bersama”.
4. Tentukan Batas Waktu dan Ruang Bila Dibutuhkan
Ada kalanya diam muncul karena seseorang butuh waktu untuk berpikir atau menenangkan diri. Namun jika diam berlangsung terus tanpa kejelasan kapan akan berbicara, maka ini dapat membuat pihak lain merasa terkucil.
Salah satu strategi yang disarankan adalah menyampaikan, “Saya menghargai kalau kamu butuh waktu, tapi bisa kita janjian berbicara dalam 24 jam ke depan?” Dengan begitu, pihak yang diam tahu bahwa Anda tetap memprioritaskan penyelesaian.
Jika batas waktu tersebut lewat dan diam masih berlanjut tanpa penjelasan, maka ini bisa jadi tanda bahwa pola ini bukan hanya temporary, tetapi sudah menjadi lingkaran yang merusak.
5. Jaga Kesejahteraan Diri Sendiri
Dipuji, dicintai, dan dihargai adalah kebutuhan dasar manusia, ketika Anda terus-menerus diabaikan, maka harga diri bisa terganggu. Pola silent treatment yang berulang bisa memicu kecemasan, harga diri rendah, dan rasa tak layak.
Penting untuk menjaga diri dengan aktivitas yang memberi energi positif seperti bertemu teman yang memberi suasana baik, melakukan hobi, atau sekadar berjalan di alam.
6. Pertimbangkan Konseling atau Mediasi Bila Pola Terus Bermunculan
Jika silent treatment muncul berulang kali dan sudah menjadi bagian dari dinamika hubungan dan bukan hanya karena stres atau emosi sesaat, maka mungkin saatnya meminta bantuan profesional.
Seorang terapis pasangan atau mediator bisa membantu membuka jalur komunikasi, mengenalkan mekanisme konflik yang sehat, dan membantu kedua pihak memahami pola yang terjadi. Penting untuk diingat, meminta bantuan bukan berarti anda lemah, melainkan anda menghargai hubungan dan memilih untuk tidak terus terjebak dalam keheningan yang menyakitkan.
Silent treatment bukan hanya soal tidak berbicara, ia adalah bentuk komunikasi yang menyiratkan ketidakpedulian, penolakan, atau kontrol. Jika tidak ditangani, jarak yang diciptakan bisa membuat hubungan yang awalnya hangat berubah menjadi sunyi dan dingin. Mengabaikan pola diam ini tak hanya berdampak terhadap perasaan saat ini, tetapi juga terhadap kesehatan mental jangka panjang.
Jadi, jika Anda merasakan gelombang diam itu, jangan diam dalam kebingungan. Ajak bicara dengan hati, tunjukkan batas waktu yang jelas, pertahankan nilai diri Anda, dan jika perlu, buka jalan untuk bantuan profesional. Karena hubungan yang sehat bukan hanya tampil harmonis, tetapi juga saling mendengar, meskipun suara tak selalu harus terdengar. (*)






