Kabar baik datang bagi para pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) penuh waktu di seluruh Indonesia. Pemerintah akhirnya menetapkan secara resmi besaran gaji terbaru yang akan diterima para pegawai, termasuk bagi mereka yang hanya berpendidikan SMA dan sederajat.
Penetapan ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 11 Tahun 2024, yang menjadi dasar hukum bagi instansi pemerintah untuk menyesuaikan gaji sesuai dengan golongan dan masa kerja. Kenaikan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan para aparatur sipil negara non-PNS yang selama ini berjuang di berbagai sektor pelayanan publik.
Lebih menarik lagi, bagi PPPK lulusan SMA atau SLTA, pemerintah memberikan penghargaan yang cukup signifikan. Dengan penyesuaian baru, gaji mereka kini bisa mencapai lebih dari Rp4 juta per bulan, tergantung masa kerja dan golongan. Ini menjadi bukti bahwa dedikasi dan pengabdian tidak lagi diukur semata dari tingkat pendidikan, tetapi juga dari kontribusi nyata terhadap negara.
Rincian Gaji PPPK Berdasarkan Golongan dan Pendidikan
Dalam sistem baru yang diatur melalui Perpres Nomor 11 Tahun 2024 dan Permenpan RB Nomor 72 Tahun 2020, gaji PPPK disusun berdasarkan jenjang pendidikan terakhir dan masa kerja.
Mulai dari lulusan SMA hingga bergelar doktor (S3), setiap golongan mendapatkan penyesuaian signifikan yang lebih adil dan proporsional.
Bagi lulusan SMA atau sederajat, mereka termasuk dalam Golongan V dengan rentang gaji pokok mulai dari Rp2.511.500 hingga Rp4.189.900 per bulan.
Sementara lulusan D3 (Golongan VII) bisa memperoleh gaji hingga Rp4,5 juta, dan lulusan S1 (Golongan IX) bisa menikmati penghasilan mencapai Rp5,2 juta per bulan.
Puncaknya, bagi pegawai bergelar doktor (Golongan XVII), pemerintah menetapkan gaji tertinggi hingga Rp7,3 juta per bulan. Angka ini menandakan keseriusan pemerintah dalam menata sistem remunerasi yang lebih transparan, profesional, dan sesuai beban kerja masing-masing golongan.
Perubahan Besar dalam Sistem Penggajian PPPK
Kebijakan ini tidak hanya sekadar menaikkan angka nominal gaji, tetapi juga menandai perubahan paradigma besar dalam sistem kepegawaian pemerintah.
Selama ini, banyak PPPK mengeluhkan ketimpangan antara status dan penghasilan mereka dibanding ASN berstatus PNS. Kini, dengan sistem yang lebih terbuka, PPPK memiliki hak yang semakin setara.
Selain gaji pokok, pemerintah juga tengah mengkaji skema tunjangan tambahan, seperti tunjangan keluarga, jabatan, dan kinerja.
Langkah ini diambil agar PPPK bisa bekerja lebih produktif dan merasa dihargai atas pengabdiannya, terutama di sektor pendidikan, kesehatan, dan administrasi pemerintahan daerah.
Dampak Positif bagi Lulusan SMA dan Pekerja Daerah
Salah satu dampak paling nyata dari kebijakan ini adalah peluang karier lebih luas bagi lulusan SMA sederajat.
Mereka kini memiliki kesempatan untuk bergabung sebagai aparatur pemerintah dengan penghasilan layak, bahkan tanpa harus menempuh pendidikan tinggi terlebih dahulu.
Selain itu, bagi daerah-daerah dengan keterbatasan sumber daya manusia, kebijakan ini akan menjadi angin segar.
Instansi daerah dapat merekrut tenaga PPPK dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan publik tanpa harus bergantung sepenuhnya pada ASN PNS.
Hal ini tentu akan mempercepat pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas layanan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Wujud Nyata Pemerataan dan Keadilan bagi PPPK
Dengan penetapan gaji PPPK penuh waktu melalui Perpres Nomor 11 Tahun 2024, pemerintah menunjukkan komitmen kuat untuk menciptakan sistem kepegawaian yang lebih adil, transparan, dan sejahtera.
Kenaikan gaji hingga Rp7,3 juta bukan sekadar angka, melainkan penghargaan atas kerja keras dan loyalitas para pegawai pemerintah non-PNS.
Langkah ini juga menjadi sinyal bahwa negara mulai menghapus sekat antara PPPK dan PNS dalam hal kesejahteraan. Ke depan, diharapkan kebijakan ini dapat memacu semangat kerja para aparatur, memperkuat pelayanan publik, dan menciptakan birokrasi yang profesional menuju Indonesia Emas 2045.***(Lisyah)






