Sabo, JAKARTA – Adopsi digital menunjukkan tingkat inklusivitas yang tinggi dan menegaskan peran strategis layanan keuangan digital sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Bank Indonesia mencatat transaksi QRIS hingga kuartal II 2025 mencapai Rp317 triliun, tumbuh 121 persen secara tahunan.
Adapun lebih dari 57 juta pengguna dan 93 persen merchant berasal dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Deputi Komisioner Pengawas Bank Swasta Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indarto Budiwitono, menegaskan di tengah masifnya perkembangan teknologi informasi membuat perbankan harus melakukan transformasi dan digitalisasi.
Penguatan tata kelola keamanan informasi dan perlindungan konsumen bagi sektor perbankan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik di era digital.
Hal tersebut dikatakan saat Indonesia Digital Bank Summit (IDBS) 2025 di Raffles Hotel, Jakarta, Selasa (19/08/2025).
“Bank perlu mengembangkan strategi digital yang agile dan terukur, tidak hanya dalam aspek efisiensi saja, namun hal tersebut sebagai jawaban atas ekspektasi nasabah yang semakin kompleks,” ungkap Indarto lewat keterangan.
Transformasi digital juga harus diimbangi dengan investasi berkelanjutan dalam keamanan siber, ketahanan siber yang tidak hanya soal pertahanan sistem, melainkan juga menyangkut reputasi dan keberlangsungan bisnis bank.
”Diharapkan para pelaku industri dapat mencermati tantangan dan peluang di sektor perbankan untuk menyiapkan strategi dan arah pengembangan bisnis termasuk dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Pandu Sjahrir menegaskan pihaknya tidak hanya menghadirkan dialog, tapi turut membentuk arah dan solusi nyata untuk kemajuan ekosistem digital Indonesia yang terpercaya.
“AFTECH menginisiasi IDBS untuk mendorong kemitraan strategis yang bisa direplikasi lintas sektor antara bank digital, fintech, regulator, dan sektor riil,” ujar Pandu.
Mengusung tema “Securing Economic Growth: Trusted Digital Finance as an Enabler of an Inclusive Economy”, forum ini menjadi wujud nyata kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat keamanan, integritas, dan kepercayaan dalam ekosistem keuangan digital.
“Tahun ini kami fokus pada tiga keluaran utama: penguatan ketahanan siber dan pencegahan scam berbasis intelijen bersama, desain produk keuangan yang benar-benar inklusif bagi UMKM dan masyarakat underserved, serta arsitektur kolaborasi yang berkelanjutan,” tegasnya.
Wakil Ketua Umum II AFTECH, Budi Gandasoebrata, menggarisbawahi tiga pilar utama yang perlu dijalankan secara simultan agar keuangan digital benar-benar menjadi pengungkit pertumbuhan.
“Pertama, kita perlu regulasi dan pengawasan yang adaptif dan berbasis risiko agar inovasi tidak mengorbankan keamanan,” jelas Budi.
“Kedua, inovasi digital seperti AI dan open finance harus dijalankan secara akuntabel dengan tata kelola yang kuat.”
“Ketiga, edukasi publik dan kampanye anti-scam harus dilakukan secara terintegrasi lintas platform dan regulator. Semua ini menjadi syarat mutlak agar kepercayaan publik terhadap sektor keuangan digital tetap terjaga,” katanya.
Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata, BSSN, Edit Prima, menegaskan bahwa serangan berbasis AI, seperti phishing yang dipersonalisasi dan polymorphic malware, hanya dapat efektif dilawan dengan pertahanan yang juga ditenagai oleh AI.
“Bicara keamanan siber, bicara AI tentu kita harus siap dengan serangan-serangan yang sudah berbasis AI, nah terus bagaimana caranya menghadapinya? Ya tentunya dengan AI juga,” ungkap Edit.
Dalam diskusi panel di IDBS, juga ditegaskan bahwa peran Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE), seperti Privy, sangat krusial dalam ekosistem ini.
Mereka bertugas menyediakan otentikasi identitas dan keaslian dokumen digital yang terjamin, memastikan setiap transaksi berjalan aman, tepercaya, dan mendukung percepatan transformasi perbankan.
“Membangun digital trust bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kolaborasi dan kepatuhan. Dengan identitas digital yang sah dan diakui negara, masyarakat maupun industri dapat bertransaksi dengan lebih aman dan percaya diri,” tutup CEO Privy sekaligus Wakil Ketua Umum I AFTECH, Marshall Pribadi.
Baca berita Sabolainnya diWhatsApp.
Baca berita Sabolainnya diGoogle News.