Sabo Setelah mencatat kesuksesan besar dengan menarik lebih dari 1,8 juta penonton di seluruh jaringan bioskop Tanah Air, film “Pengepungan di Bukit Duri” kini dapat dinikmati secara eksklusif di Prime Video mulai 15 Agustus 2025.
Karya sinematik garapan Joko Anwar ini, diproduksi oleh Come and See Pictures untuk Amazon MGM Studios, mahir memadukan ketegangan khas genre drama-thriller dengan pengangkatan isu-isu sosial yang sangat relevan dan mendalam.
Berlatar tahun 2027, “Pengepungan di Bukit Duri” mengisahkan perjalanan hidup Edwin (Morgan Oey) yang masih dihantui oleh trauma masa lalu yang kelam.
Delapan belas tahun setelah menyaksikan kakaknya menjadi korban penyerangan dalam kerusuhan, Edwin bertekad kuat untuk menunaikan permintaan terakhir sang kakak: menemukan anak yang lahir dari tragedi memilukan tersebut.
Usahanya yang gigih membawa Edwin menjadi seorang guru di SMA Duri, sebuah sekolah yang terkenal menampung para siswa dengan catatan perilaku bermasalah.
Di tengah upayanya menemukan keponakan, ia harus berhadapan dengan murid-murid yang dikenal beringas dan sulit diatur.
Namun, ketika pencarian itu akhirnya membuahkan hasil, kerusuhan baru justru meletus, membuat mereka terperangkap di dalam lingkungan sekolah.
Situasi genting ini memaksa Edwin dan keponakannya berjuang mati-matian untuk bertahan hidup dari ancaman sekelompok siswa brutal yang secara terang-terangan mengincar nyawa mereka.
Mengapa “Pengepungan di Bukit Duri” Wajib Anda Tonton Sekarang?
Kembalinya Sang Sutradara Legendaris Joko Anwar
“Pengepungan di Bukit Duri” menjadi penanda kembalinya Joko Anwar ke genre thriller-aksi non-horor, setelah jeda enam tahun pasca karya terakhirnya di genre ini, “Gundala” (2019).
Sebagai film ke-11 dalam portofolionya, Joko Anwar sekali lagi menunjukkan kepiawaiannya dalam meramu kekuatan narasi, penyutradaraan yang matang, dan ketelitian penyuntingan gambar dalam satu kesatuan visi yang sangat solid.
Tonggak Sejarah Baru Kolaborasi Sinema Internasional
Film ini merupakan tonggak penting dalam sejarah perfilman Indonesia sebagai film layar lebar pertama dari rumah produksi Asia Tenggara, Come and See Pictures, yang diproduksi secara eksklusif untuk Amazon MGM Studios.
Kolaborasi prestisius ini berhasil menyatukan kekuatan narasi lokal yang otentik dengan visi artistik serta standar produksi berkelas internasional, menciptakan sebuah karya yang tidak hanya kuat dan relevan secara tematis, tetapi juga mampu bersaing di kancah perfilman global.
Menjadi Film Aksi Terlaris Sepanjang Masa
Pencapaian “Pengepungan di Bukit Duri” berhasil melampaui rekor yang sebelumnya dipegang oleh film “The Raid” (2012), yang selama 13 tahun menjadi film aksi Indonesia terlaris dengan raihan 1.892.369 penonton.
Film ini juga menandai proyek kolaborasi perdana antara Joko Anwar dan aktor berbakat Morgan Oey. Selain Morgan, film ini dibintangi oleh jajaran aktor muda berbakat Indonesia lainnya seperti Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim, dan Bima Azriel.
Narasinya Sangat Relevan dengan Kondisi Sosial Saat Ini
“Pengepungan di Bukit Duri” secara cerdas memadukan kisah yang penuh ketegangan dengan refleksi kritis terhadap berbagai isu sosial, khususnya kekerasan remaja dan perpecahan keluarga yang dipicu oleh diskriminasi serta kebencian yang mendalam.
Melalui serangkaian adegan intens, film ini menyajikan tema-tema universal yang tetap sangat relevan hingga kini, mengajak penonton untuk meninjau ulang pandangan mereka tentang keadilan dan empati, sekaligus menekankan pentingnya membangun kesetaraan bagi semua individu.
Sebuah Refleksi Sejarah yang Memicu Diskusi Publik
Karya ini menempatkan “Pengepungan di Bukit Duri” sebagai salah satu film terpenting dalam perjalanan dua dekade karier Joko Anwar yang gemilang.
Film ini tidak hanya sukses memicu percakapan dan diskusi luas di ruang digital, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan realitas sosial yang tengah terjadi; bahkan sebelum resmi tayang, karya ini sudah ramai diperbincangkan dan memunculkan berbagai forum diskusi di tengah masyarakat, berkat isu-isu signifikan yang diangkat dalam alur ceritanya. ***