Free Gift

“The Convenience Store by The Sea”, Tentang Cerita Hangat di Sudut Minimarket

They say the finishing touch in cooking is always love, and I believe the same thing is true for serving customers. I always try to remember to smile with love at the person standing before me.

Hanya sepenggal kalimat itulah yang jadi sinopsis di balik novel berjudul The Conveience by The Sea yang saya temukan di toko buku. Sampulnya sangat menarik. Memperlihatkan sebuah minimarket serba ada dengan lokasi pinggir laut. Nuansa putih biru yang menenangkan pada sampul tersebut membuat saya membelinya saat itu juga.

Buku ini ditulis tahun 2020 oleh Sonoko Machida di mana asalnya dari Jepang, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa inggris oleh Bruno Navasky di tahun 2025 ini.

Perlu waktu dan usaha ekstra untuk membaca, memahami, serta menyelesaikan novel ini. Jelas saja ini karena isinya yang full bahasa inggris. Untungnya, bahasanya masih mudah dimengerti serta cerita yang disajikan pun termasuk ringan.

Karena telah membacanya sampai habis (kurang lebih 280 halaman), maka di tulisan kali inilah saya akan mencoba mengulasnya kepada Kompasianer, apalagi sudah lama juga saya tidak menulis tentang buku. Dan seperti biasa juga bahwa apa yang akan saya ulas berupa sinopsis, sedikit bocoran cerita, hingga kekurangan dan kelebihannya.

Yuk, check this out!

SINOPSIS

Tenderness, ialah toko retail serba ada yang menjual segala kebutuhan. Letaknya di lantai bawah sebuah apartemen. Tak jarang bahwa para penghuninya sering datang ke sana untuk mencari sesuatu. Mulai dari makanan, obat, hingga kebutuhan lainnya.

Tenderness sendiri berada di distrik Mojiko, kota Kitakyushu, Jepang yang memang jadi latar utama dalam cerita ini. Diceritakan juga bahwa Mojiko merupakan kota pelabuhan tepi laut. Masyarakat sana tentu tak asing lagi melihat keindahan lautnya.

Sebenarnya banyak sekali tokoh utama dalam cerita ini karena di dalamnya ada beberapa chapter dengan cerita berbeda. Namun yang paling tersorot ialah Mr. Shiba, pria muda tampan yang jadi manajer Tenderness. Ia digambarkan sebagai sosok perfeksionis karena memiliki tampang rupawan, baik hati, serta disukai banyak orang.

Mr. Shiba bersama para pegawainya selalu memberikan pelayanan terbaik di Tenderness. Kadang ada konsumen yang menyebalkan, namun selalu diberikan pelayanan hingga penjelasan dengan baik-baik, sehingga konsumen pun tetap merasa dihargai.

Nah di minimarket serba ada inilah tersimpan kisah yang tidak banyak orang tahu. Entah itu kisah dari para konsumen yang biasa datang, atau justru dari pegawai di dalamnya sendiri.

Kisahnya berbagai macam, namun selalu hangat dan ada pesan tersembunyi yang bisa kita ambil.

TERDIRI DARI 6 CHAPTER

Setiap chapter memiliki kisah masing-masing, namun kadang juga berhubungan antara chapter dan chapter lainnya. Ada 6 bagian yang jadi fokus cerita di mana sub-judulnya adalah sebagai berikut:

Chapter One: My Convenience is Your Convenience

Menceritakan Shohei, karyawan Tenderness, yang merasa bersalah karena mengabaikan salah satu penghuni apartemen yang usianya sudah lanjut.Chapter Two: The Convenience Store Coffee of Hope

Yoshiro, seorang guru di sekolah menengah berhenti dari pekerjaannya karena satu hal. Ia mencari jati diri dan menjauh dari keluarga.Chapter Three: A Melancholy Srawberry Parfait

Tentang persahabatan dua gadis muda yang masih bersekolah melawan pembullyan Chapter Four: A Soft Egg Porridge for Hard Old Man

Seorang pensiunan yang tinggal di apartemen merasa hubungan dengan istri dan anaknya terlalu hambar, sampai ia bertemu anak kecil laki-laki yang biasa sendirian di TendernessChapter Five: Advent Calendar Cookies of Love and Longing

Mitsuri, karyawan Tenderness, memiliki anak remaja laki-laki. Anaknya justru mencurigai bahwa Mitsuri selingkuhChapter Six: A Christmas Caprice

Menjelang perayaan natal, seorang perempuan muda yang sangat cantik tiba-tiba datang ke Tenderness mencari Mr. Shiba. Semua heboh menyangka bahwa Mr. Shiba telah memiliki kekasih. CERITA HANGAT DARI SETIAP CHAPTER

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa setiap chapter-nya memiliki kisah yang hangat. Memang bukan masalah rumit, tapi begitu dekat dengan kehidupan orang-orang, di mana kita sebagai pembaca sedikit banyak akan merasa relate. Baik itu cerita soal pekerjaan yang berat, persahabatan, masa depan, hingga konflik bersama pasangan.

Jalan cerita yang ringan meski dalam format bahasa inggris, membuat saya yang baca kala itu begitu enjoy karena tidak perlu banyak berpikir. Meski pada awalnya sedikit kesulitan mengingat nama-nama tokohnya (apalagi menggunakan nama Jepang), lambat laun jadi paham tentang mereka dan keterkaitan satu sama lain.

Setelah perkenalan tokoh hingga beberapa konflik yang terjadi, cerita ditutup dengan begitu hangat. Akan ada air mata, pelukan, juga kasih sayang yang tergambarkan sebagai penyelesaian masalah yang ada. Sederhana, tapi tetap menyentuh hati.

Jujur saja di beberapa chapter saya pun sampai meneteskan air mata karena terlalu terharu dengan cerita yang ada. Begitu indah dan masih berbekas hingga saat ini.

KEINDAHAN MOJIKO HINGGA MAKANAN LEZAT TENDERNESS

Dalam cerita fiksi Jepang, tempat yang biasa jadi sorotan tidak akan jauh dari Tokyo sebagai ibu kota. Namun di novel The Convenience Store by The Sea ini, latar tempat difokuskan di Mojiko, sebuah distrik kecil yang berada di Kota Kitakyushu yang jaraknya masih sangat jauh dari ibu kota, Tokyo.

Kota Kitakyushu, terutama Mojiko digambarkan sebagai tempat yang dekat dari laut karena di sana memang jadi salah satu pelabuhan di Jepang yang masih punya desain klasik khas zaman dulu. Meski hanya sebatas teks, saya membayangkan bahwa Mojiko jadi tempat yang begitu indah, bukan tipe yang padat penduduk (dan diisi oleh lansia yang ingin menghabiskan masa tua), dan jadi destinasi bagi warga Jepang itu sendiri maupun mancanegara.

Saya juga jadi berandai-andai bahwa suatu saat bisa juga menginjakkan kaki ke sana.

Tak hanya soal latar tempat Mojiko, yang jadi sorotan lain di sini adalah menu-menu yang dijual di Tenderness sebagai minimarket yang serba ada.

Mulai dari menu khas Jepang hingga sajian yang tak asing bagi kita, secara tak langsung membuat saya ngiler ingin mencobanya padahal hanya sebatas membaca saja. Bahkan di beberapa judul chapter-nya pun sengaja menggunakan nama menu makanan/minuman yang diceritakan dihidangkan di sana.

Salah satu yang saya ingat adalah di bab A Soft Egg Porridge for Hard Old Man, di mana Takiji, seorang pria pensiuan, justru mendapat sebuah resep bubur untuk orang sakit dari anak kecil yang baru dikenalnya. Dia yang sebelumnya tidak tahu apa-apa soal masak memasak justru jadi terlatih karena istrinya sakit.

Pertemanan dua generasi ini justru semakin kental karena sebuah resep makanan. Yang kemudian anak kecil tersebut dianggap sebagai cucu sendiri oleh Takiji, mengingat pensiunan tersebut tak memiliki cucu karena anaknya yang memilih childfree.

MR. SHIBA YANG TERLALU SEMPURNA

Mr. Shiba sebagai manajer Tenderness sebenarnya tidak begitu memiliki kisah mendalam sebagaimana tokoh-tokoh lain di dalamnya. Namun, ia hampir selalu ada di setiap chapter  meski hanya sebagai cameo.

Sayangnya, sosoknya ini menurut saya too good to be true karena digambarkan sebagai sosok sempurna yang baik hati, tampan, muda, badan bagus, hingga punya banyak penggemar. Fans Shiba inilah yang menurut saya terlalu berlebihan sampai berpikir, masa iya sih sampai segininya?

Nyaris tak ada cacat, dan semua orang begitu mendambakannya. Bahkan ketika seorang perempuan muda datang ke Tenderness, semua pengunjung Tenderness langsung heboh dan patah hati karena menyangka bahwa pria itu telah memiliki kekasih. Padahal yang datang itu adalah adiknya.

Dan saat tahu bahwa yang datang adalah adiknya, para fans itu berlomba-lomba memberi sesuatu ke adiknya itu ketika sakit sebagai bentuk perhatian.

Nah Kompasianer, itu tadi sedikit ulasan dari novel The Convenience Store by The Sea yang baru saya selesaikan. Novel ini cocok sekali untuk kalian yang suka cerita ringan tentang kehidupan serta ingin melatih kemampuan bahasa inggris.

Harga novelnya sendiri saat itu saya beli sebesar Rp 215.000,- di toko buku Periplus. Harga yang lumayan untuk sebuah buku, tapi tetap worth it kok.

Nilai untuk buku ini sendiri menurut saya pribadi ialah 8.0/10 dengan beberapa pertimbangan di atas.

Akhir kata, terima kasih sudah singgah ke tulisan ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2025-

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar