Free Gift

Think Policy Dorong Indonesia Utamakan Kelola AI yang Etis dan Inklusif

CHIEF Growth Officer Think Policy Florida Andriana mendorong agar Indonesia tidak hanya memikirkan soal masalah teknis penggunaan kecerdasan buatan alias AI. Ia menambahkan bahwa penting sekali agar Indonesia bisa tetep mengutamakan nilai kemanusiaan dalam pembahasan AI. “Banyak perbincangan soal AI masih terlalu teknis, padahal ini menyentuh hidup sehari-hari: dari rekomendasi belanja, proteksi dari penipuan, sampai bagaimana anak-anak belajar di sekolah,” kata Florida Andriana dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 18 Oktober 2025.

Sebelumnya, Think Policy bersama Kedutaan Besar Inggris di Jakarta dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Digital merilis laporan “Co-Creating Indonesia’s AI Future Through Meaningful Policy Dialogues” sebuah dokumen yang menyusun berbagai pelajaran dari praktik, tantangan, dan peluang pengembangan AI di Indonesia hari ini. Laporan ini dirancang sebagai panduan praktis yang bisa dibaca siapa saja: dari pembuat kebijakan, pelaku industri, hingga masyarakat umum yang ingin memahami arah AI ke depan. “Kami menyusun laporan ini untuk mempertemukan suara publik, inovator, dan pembuat kebijakan, agar arah AI Indonesia benar-benar kontekstual, adaptif, dan tidak lepas dari nilai-nilai kemanusiaan,” kata Florida menambahkan.

Florida menilai selama ini Indonesia berada di persimpangan penting: antara mengejar pertumbuhan teknologi dan memastikan tata kelola AI yang aman, adil, dan relevan bagi publik. Dalam menyusun laporan “Co-Creating Indonesia’s AI Future Through Meaningful Policy Dialogues”, yaitu pada 2024–2025, timnya berdialog dengan berbagai aktor dari enam sektor strategis. Keenam sektor tersebut adalah e-commerce, keuangan, kesehatan, pendidikan, ekonomi kreatif, dan keberlanjutan. Forum lintas sektor yang membahas talenta digital, interoperabilitas kebijakan, dan etika juga menjadi bagian penting dalam merumuskan temuan-temuan laporan ini. Hasilnya adalah peta yang jujur dan menyeluruh tentang bagaimana AI bekerja di lapangan, siapa saja aktor utamanya, serta celah-celah yang masih perlu dijembatani lewat kebijakan.

AI sudah digunakan luas, tapi tantangannya pun tak sedikit. Beberapa hal yang masih belum pasti adalah siapa yang bertanggung jawab jika hasil AI keliru? Apakah semua orang punya akses yang setara? Bagaimana mencegah bias dalam algoritma? Laporan ini mengajak pembaca untuk tidak sekadar kagum pada teknologi, tapi juga waspada dan reflektif.

Untuk menjawab kompleksitas ini, laporan dari Think Policy ini mengusulkan enam fondasi ekosistem AI nasional yaitu,

1.Infrastruktur digital yang merata dan siap untuk skala

2.Talenta digital yang andal secara teknis dan tanggap secara etik

3.Tata kelola data dan layanan digital yang aman dan interoperabel

4.Ekosistem inovasi yang memungkinkan eksperimen dan kolaborasi

5.Etika dan inklusivitas sebagai prinsip dasar pengembangan AI

Alih-alih mendorong adopsi masif tanpa arah, laporan ini menekankan pentingnya eksperimen yang relevan dan siap diterapkan secara lebih luas, dan tidak meninggalkan kelompok rentan. Kebijakan AI yang baik bukan hanya soal aturan, tapi juga keberanian untuk mendengar suara pengguna dan keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan.

Sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki posisi strategis, bukan hanya sebagai pengguna teknologi, tapi sebagai penentu arah tata kelola AI kawasan. Dalam konteks ini, laporan ini hadir untuk memperluas literasi publik, memantik partisipasi bermakna, dan mendorong regulasi yang lebih siap menghadapi masa depan. Laporan lengkap tersebut bisa diakses di https://s.id/AICountryReport

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar