Sabo – Dua puluh tahun lalu, tepat pada 14 Oktober 2005, Tim Cook resmi ditunjuk sebagai Chief Operating Officer (COO) Apple Inc., sebuah langkah yang menjadi titik balik bagi arah perusahaan dan industri teknologi dunia.
Di tangan Cook, fungsi operasional Apple bertransformasi menjadi mesin strategis yang menopang pertumbuhan global dan menuntun perusahaan menuju puncak inovasi abad ke-21.
Melansir Apple Insider, Rabu (22/10), dalam pengumuman resminya kala itu, Steve Jobs menyoroti peran penting Cook dalam operasional Apple.
Jobs menyatakan, “Tim Cook telah menjalankan tugas ini selama lebih dari dua tahun, dan sudah saatnya kami mengakuinya secara resmi dengan jabatan ini. Kami telah bekerja sama selama tujuh tahun, dan saya menantikan kolaborasi yang lebih erat untuk membantu Apple mencapai berbagai tujuan besar pada tahun-tahun mendatang.”
Dia juga menegaskan bahwa Cook akan tetap bertanggung jawab atas seluruh penjualan dan operasi Apple di tingkat global.
Langkah Jobs terbukti visioner. Di bawah kepemimpinan operasional Cook, Apple memperkuat rantai pasok secara menyeluruh, mengefisienkan produksi, dan mempercepat distribusi global. Strategi yang tampak teknis itu menjadi fondasi bagi kemampuan Apple berinovasi tanpa jeda dan bereaksi cepat terhadap dinamika pasar internasional.
Sebelum bergabung dengan Apple pada 1998, Cook meniti karier di IBM dan Compaq, dua perusahaan besar yang membentuk keahliannya dalam manajemen logistik dan produksi.
Latar belakangnya sebagai lulusan Teknik Industri Auburn University dan Magister Administrasi Bisnis dari Duke University menjadi dasar kuat dalam membangun sistem “tepat waktu” (just in time) dan “sesuai pesanan” (build to order) yang kelak menjadi standar operasional Apple.
Transformasi yang dipimpin Cook tak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga efisiensi global. Dia dikenal berani mengambil keputusan berisiko tinggi, termasuk mengalokasikan dana 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,65 triliun dengan kurs Rp16.550 per dolar AS) demi memastikan peluncuran iMac pertama tepat waktu pada musim liburan, keputusan yang menandai awal kebangkitan Apple di pasar dunia.
Ketika menggantikan Jobs sebagai CEO pada 2011, Cook melanjutkan fondasi itu menjadi strategi global yang berkelanjutan. Dia memimpin Apple hingga menembus valuasi 1 triliun dolar AS pada 2018 dan menjadi perusahaan pertama yang mencapai 3 triliun dolar AS.
“Keberhasilan finansial hanyalah hasil dari inovasi Apple, dengan menempatkan produk dan pelanggan sebagai prioritas utama, serta selalu setia pada nilai-nilai kami,” ujar Cook kepada karyawan Apple, dikutip Reuters.
Meski kerap dibandingkan dengan Jobs, Cook menegaskan dirinya bukan penerus gaya, melainkan pelanjut visi. Dalam wawancara dengan Business Insider, dia mengatakan, “Saya tidak melihatnya sebagai perbandingan. Kami semua berbagi tanggung jawab atas kesuksesan perusahaan ini.” Kepemimpinannya yang tenang dan kolaboratif membuat Apple mampu menyeimbangkan idealisme inovasi dengan ketepatan strategi bisnis.
Dua dekade setelah menguasai ruang operasional Apple, pengaruh Cook kini melampaui batas korporasi. Struktur rantai pasokan yang efisien, etos kerja global, serta kemampuan membaca arah geopolitik membuat Apple bertahan di tengah krisis pasokan, perang dagang, dan dinamika regulasi lintas negara.
Cook menunjukkan bahwa kekuatan terbesar Apple bukan hanya pada produk ikoniknya, tetapi pada fondasi sistem yang menopang keberlanjutan inovasi itu sendiri.
Kini, menjelang usia 65 tahun, Cook telah memimpin Apple lebih lama dibandingkan pendahulunya. Meski spekulasi tentang suksesi mulai muncul, arah strategis yang ia bentuk akan tetap menjadi warisan jangka panjang bagi Apple.
Dari divisi operasional yang dulu jarang mendapat sorotan, Cook telah mengubah manajemen operasi menjadi poros transformasi global yang membawa Apple dari pembuat perangkat keras menjadi simbol inovasi dunia. (*)






