Sabo, JAKARTA — Para pemimpin negara-negara Uni Eropa tengah berdebat upaya menyelaraskan tujuan iklim yang ambisius dengan peningkatan daya saing perusahaan dan berupaya mencapai kesepakatan mengenai target emisi baru 2040 meskipun ada penolakan yang semakin besar terhadap langkah-langkah ramah lingkungan dari beberapa negara anggota.
KTT para pemimpin Uni Eropa berlangsung di tengah melemahnya momentum politik untuk upaya ambisius melawan perubahan iklim dengan Presiden AS Donald Trump yang mencabut langkah-langkah pengurangan emisi AS dan meskipun cuaca ekstrem di seluruh dunia semakin memburuk.
Uni Eropa sedang berupaya meloloskan target baru untuk mengurangi emisi gas rumah kaca bersih sebesar 90% pada 2040. Target ini telah memicu penolakan dari beberapa negara mengenai cara mendanai transisi rendah karbon di samping prioritas seperti pertahanan dan revitalisasi bisnis lokal.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kesempatan Eropa untuk menghidupkan kembali industri-industri yang lesu dan mengurangi ketergantungan pada impor China.
“Setiap megawatt-jam dan ton bahan baku yang kita hemat dalam memproduksi barang dan jasa untuk diri kita sendiri, dan untuk seluruh dunia, membuat kita lebih kompetitif dan lebih mandiri dari pemasok eksternal. Ini adalah peluang bisnis besar bagi Eropa. Memanfaatkannya membutuhkan keteguhan dan dorongan yang tak kenal lelah untuk menghadapi para pesaing kita, dimulai dengan China,” ujarnya dilansir Reuters, Kamis (23/10/2025).
Negara-negara Uni Eropa sangat terpecah belah terkait ambisi iklim mereka. Brussels telah mengurangi berbagai kebijakan keberlanjutan tahun ini dalam upaya untuk meredam tekanan politik, baik dari pemerintah Uni Eropa maupun mitra dagang termasuk AS dan Qatar.
Menjelang KTT tersebut, Komisi Eropa berjanji untuk membebaskan petani kecil dari undang-undang anti-deforestasi dan mengubah skema harga karbon yang akan datang untuk bahan bakar transportasi, yang terakhir atas permintaan negara-negara termasuk Republik Ceko dan Prancis. Brussels juga mempertimbangkan untuk melonggarkan larangan mesin pembakaran pada tahun 2035 setelah mendapat tekanan dari Jerman dan Italia.
Sejauh ini, Uni Eropa belum mengurangi target inti pengurangan emisinya. Draf kesimpulan untuk KTT Uni Eropa menyebutkan bahwa para pemimpin akan sepakat untuk melanjutkan tujuan iklim 2040 yang kemudian akan disetujui oleh para menteri mereka pada pertemuan 4 November, tepat sebelum KTT iklim COP30 PBB.
Namun, draf tersebut juga menetapkan syarat-syarat untuk melakukan hal ini termasuk menambahkan klausul revisi yang berpotensi melemahkan target iklim di masa mendatang.
Negara-negara termasuk Polandia berpendapat bahwa klausul revisi diperlukan jika teknologi hijau tidak berkembang sesuai rencana, atau kondisi ekonomi menghambat investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target iklim. Para pemimpin juga akan mencari jaminan bahwa industri lain tidak akan dipaksa untuk mengurangi emisi lebih cepat, jika hutan dan lahan pertanian kesulitan menyerap emisi CO2 yang cukup untuk memenuhi tujuan tersebut.
Para diplomat Uni Eropa menyatakan perubahan tersebut tidak cukup jauh bagi beberapa pemerintah yang ingin melemahkan target 2040 termasuk dengan mengizinkan mereka membeli kredit karbon asing untuk menutupi lebih dari 3% porsi target yang diusulkan.






