Sabo.CO.ID,U, BRUSSELS — Uni Eropa mengatakan masih membuka opsi untuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel. Sanksi tersebut bertujuan memastikan gencatan senjata di Jalur Gaza sepenuhnya dilaksanakan.
“Gencatan senjata telah mengubah konteks – hal itu sangat jelas bagi semua orang,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, seusai pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (20/10/2025), dikutip laman Al Arabiya.
“Namun, kecuali kita melihat perubahan nyata dan berkelanjutan di lapangan, termasuk lebih banyak bantuan yang mencapai Gaza, ancaman sanksi tetap ada di atas meja,” tambah Kallas.
Sebelum kesepakatan gencatan senjata tercapai, opsi sanksi yang dipertimbangkan Uni Eropa untuk dijatuhkan kepada Israel antara lain mengekang hubungan perdagangan dan mencantumkan menteri negara tersebut ke daftar hitam. “Kami tidak bergerak dengan langkah-langkah tersebut sekarang, tetapi kami juga tidak menariknya dari meja perundingan, karena situasinya rapuh,” kata Kallas.
Dia mengungkapkan, Uni Eropa ingin melihat Israel mengambil serangkaian langkah, seperti meningkatkan pasokan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza, mengizinkan jurnalis melakukan peliputan ke Gaza, dan menyerahkan pendapatan Palestina yang masih dikunci olehnya.
Meski gencatan senjata telah tercapai, Israel masih tetapkan melancarkan serangan ke Gaza. Pada Ahad (19/10/2025), misalnya, Israel menyerang puluhan titik di Gaza yang diklaimnya sebagai basis Hamas. “Gencatan senjata di Gaza baru saja menghadapi ujian berat pertamanya,” kata Kallas.
Dia pun menyoroti kelompok Hamas yang enggan melucuti persenjataannya. Menurut Kallas, hal itu membuat kesepakatan gencatan senjata semakin rapuh.
Uni Eropa, donor internasional terbesar bagi Palestina, sedang mempertimbangkan bagaimana mereka dapat meningkatkan keterlibatannya di Gaza pascaperang. Mereka telah mengaktifkan kembali misi untuk membantu mengawasi penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir. Namun misi tersebut masih ditunda. Saat ini Israel pun masih menutup gerbang penyeberangan Rafah.
Serukan Semua Penyeberangan Dibuka
PBB dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyerukan agar semua titik penyeberangan ke Jalur Gaza dibuka. Hal itu agar bantuan kemanusiaan dapat dikirimkan secara maksimal ke wilayah tersebut.
PBB dan ICRC mengingatkan bahwa bencana kelaparan di Gaza masih membutuhkan penanganan maksimal. Kedua lembaga tersebut berpendapat, saat ini merupakan momen tepat untuk membuka semua titik penyeberangan ke Gaza karena gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai diterapkan.
“Itulah yang telah diserukan oleh para pekerja kemanusiaan, termasuk ICRC, dalam beberapa jam terakhir: memastikan bahwa, karena kebutuhan yang sangat besar, semua titik masuk dapat dibuka,” kata Juru Bicara (Jubir) ICRC, Christian Cardon, kepada wartawan di Jenewa, Swiss, Selasa (14/10/2025) lalu.
Jubir Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jens Laerke, turut menyampaikan hal serupa. “Kita perlu membuka semuanya (pintu penyeberangan ke Gaza),” ujarnya.
Terdapat setidaknya tujuh gerbang penyeberangan menuju Gaza. Sejak 2007, hanya tiga gerbang yang dioperasikan, yakni Rafah, Beit Hanoun, dan Karem Abu Salem. Dua gerbang terakhir dikontrol Israel, sementara Rafah dikendalikan Mesir.
Jens Laerke mengakui bahwa saat ini tidak semua penyeberangan berfungsi karena beberapa di antaranya mengalami kerusakan sebagian. Sementara pembersihan puing-puing di dalam Gaza dibutuhkan untuk memungkinkan truk-truk dapat melintas. “Kami menyerukan agar itu diperbaiki agar dapat beroperasi. Kami mendorong semua orang,” katanya.
Laerke mengungkapkan, PBB memiliki 190 ribu metrik ton bantuan yang siap dikirim ke Gaza. Badan pemantau yang didukung PBB, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), secara resmi menyatakan bahwa Gaza dibekap bencana kelaparan pada 22 Agustus 2025 lalu. Menurut lembaga yang berbasis di Roma, Italia, tersebut, diblokadenya pasokan bantuan kemanusiaan oleh Israel menjadi pemicu terjadinya krisis tersebut.
Selama dua tahun perang yang dimulai pada Oktober 2023, agresi Israel ke Gaza telah membunuh lebih dari 67 ribu warga Palestina.






