Free Gift

Vaksin Covid-19 yang Berbasis mRNA Beri Manfaat Tak Terduga bagi Pasien Kanker

VAKSIN Covid-19 yang berbasis teknologi mRNA, teknologi terobosan karena berbeda dari vaksin umumnya yang menggunakan virus yang sudah dilemahkan, disebut memiliki manfaat tak terduga bagi pasien kanker. Sebuah analisis terhadap hampir 1.000 pasien kanker kulit dan paru-paru stadium lanjut menunjukkan bahwa vaksin tersebut dapat memperkuat respons imun terhadap tumor dan memperpanjang usia pasien yang menjalani imunoterapi.

Penelitian yang dilakukan tim dari University of Florida, AS, ini menemukan bahwa pasien yang menerima vaksin mRNA dalam 100 hari sejak memulai pengobatan dengan immune checkpoint inhibitors memiliki peluang hidup hampir dua kali lebih lama dibanding pasien yang tidak divaksin dalam periode tersebut.

“Hasilnya sungguh luar biasa,” kata Elias Sayour, yang memimpin penelitian itu, dikutip dari laporan New Scientist, 19 Oktober 2025. Ia menilai temuan tersebut membuka peluang pengembangan vaksin mRNA untuk pengobatan kanker di masa depan.

Namun, Sayour menambahkan, masih terlalu dini untuk merekomendasikan vaksinasi Covid-19 sebagai bagian dari terapi kanker. Alasannya, selalu ada risiko setiap mencoba menggunakan sistem imun untuk melawan kanker. Dia menekankan bahwa pasien sebaiknya tetap mengikuti pedoman vaksinasi yang berlaku.

Temuan berangkat dari pemahaman bahwa sistem kekebalan tubuh manusia mampu membunuh banyak sel kanker sebelum berkembang menjadi masalah serius. Namun, beberapa tumor mampu ‘mematikan’ respons ini dengan memanfaatkan protein PD-1 dan PD-L1 yang berperan sebagai ‘tombol mati’ pada sel imun. Obat checkpoint inhibitors bekerja dengan mencegah mekanisme ini, dan telah meningkatkan angka kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru dan melanoma secara signifikan.

Meski demikian, efektivitas checkpoint inhibitors berbeda pada tiap pasien. Jika sistem imun belum mengenali tumor, obat ini kurang efektif. Karena itu, mengombinasikan terapi ini dengan vaksin yang menstimulasi sistem imun dianggap dapat memberikan hasil lebih baik.

Sayour dan timnya menemukan bahwa vaksin mRNA nonspesifik yang digunakan dalam uji coba kanker ternyata juga mampu memperkuat respons antitumor tersebut, meskipun tidak menargetkan protein kanker secara langsung. Dalam laporan yang dipublikasikan Juli lalu, tim Sayour menemukan bahwa vaksin mRNA dapat memicu respons imun bawaan yang bekerja seperti sirene, membangunkan sistem kekebalan tubuh dan membuat sel T berpindah dari tumor ke kelenjar getah bening untuk memicu serangan yang lebih terarah.

Penelitian lanjutan terhadap 210 pasien dengan melanoma yang telah menyebar ke bagian tubuh lain menunjukkan hasil serupa. Sebanyak 43 pasien yang menerima vaksin dalam waktu 100 hari sejak memulai pengobatan memiliki rata-rata harapan hidup sekitar 30 hingga 40 bulan, dibandingkan 27 bulan pada pasien yang tidak divaksin. Hasil ini dipresentasikan dalam pertemuan European Society for Medical Oncology Congress di Berlin, Jerman.

Kasus-kasus sebelumnya juga menunjukkan bahwa tumor dapat mengecil setelah seseorang menerima vaksin mRNA Covid-19, bahkan tanpa terapi checkpoint inhibitors. “Hal itu sangat mungkin terjadi, tapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan,” ujar Sayour.

Analisis tambahan terhadap data pasien di University of Texas MD Anderson Cancer Center juga memperkuat temuan tersebut. Dari 884 pasien kanker paru-paru stadium lanjut yang menerima checkpoint inhibitors, sebanyak 180 orang yang mendapat vaksin mRNA Covid-19 dalam 100 hari pertama pengobatan memiliki rata-rata harapan hidup sekitar 37 bulan, dibandingkan 20 bulan pada pasien yang tidak divaksin.

Temuan ini mendorong rencana uji klinis lanjutan yang dijadwalkan dimulai sebelum akhir tahun untuk memastikan hubungan antara vaksin mRNA Covid-19 dan peningkatan efektivitas imunoterapi pada pasien kanker.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar