Sabo – Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025 di Kabupaten Indramayu berlangsung khidmat dan penuh makna. Dalam momentum ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu memberikan penghargaan khusus kepada lima pondok pesantren (ponpes) tertua sebagai bentuk pengakuan atas dedikasi mereka dalam menjaga nilai-nilai keislaman serta mencerdaskan kehidupan umat di wilayah pantura Jawa Barat.
Acara penganugerahan tersebut digelar di Alun-Alun Indramayu, Rabu 22 Oktober 2025. dan dihadiri ribuan santri, ulama, serta tokoh masyarakat.
Kegiatan itu menjadi puncak peringatan HSN yang setiap tahunnya dirayakan dengan semangat kebersamaan antara santri, kiai, dan pemerintah daerah.
Bupati Indramayu dalam sambutannya menegaskan bahwa santri merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa. Melalui pesantren, para ulama telah menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan semangat keilmuan yang terus relevan hingga kini.
“Pesantren adalah benteng moral bangsa. Kami memberikan penghargaan ini sebagai wujud terima kasih atas peran pesantren dalam membina generasi muda yang beriman, berilmu, dan berakhlak,” ujarnya di sela-sela acara.
Lima pesantren yang menerima penghargaan tersebut antara lain Ponpes Al Ishlahiyah di Kecamatan Krangkeng (berdiri tahun 1958), Ponpes Al Quraniyah di Kecamatan Krangkeng (1965), Ponpes Mambaul Ulum di Kecamatan Kertasemaya (1961), Ponpes Miftahul Ulum di Kecamatan Terisi (1961), dan Ponpes Al Karimiyah di Kecamatan Gabuswetan (1971).
Pemkab menilai, kelima pesantren tersebut telah berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan Islam berbasis pesantren, sekaligus menjaga tradisi keilmuan Islam klasik yang berpadu dengan sistem pendidikan modern.
Para pengasuh pesantren hadir langsung menerima penghargaan, termasuk KH Azun Mauzun, pengasuh Ponpes Al Quraniyah yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Pondok Pesantren (FPP) Kabupaten Indramayu.
KH Azun menyampaikan rasa syukur atas apresiasi pemerintah daerah terhadap eksistensi pesantren. Menurutnya, penghargaan ini menjadi semangat baru bagi para kiai dan santri untuk terus menjaga warisan pendidikan Islam.
“Dulu pesantren kami hanya berupa saung kecil dan musala sederhana. Kini, Alhamdulillah, berkembang menjadi lembaga pendidikan yang menampung ratusan santri dari berbagai daerah,” ungkapnya.
Ia menambahkan, keberlangsungan pesantren sangat bergantung pada adanya penerus yang mampu melanjutkan perjuangan pendiri. Banyak pesantren tua di Indramayu yang kini vakum karena tidak memiliki generasi penerus.
“Yang lima ini masih bertahan karena ada penerusnya. Itulah kunci pesantren tetap hidup, karena semangat dakwah tidak pernah padam,” ujar KH Azun.
Selain penganugerahan, peringatan Hari Santri Nasional di Indramayu juga diisi dengan kirab santri, pembacaan shalawat kebangsaan, serta doa bersama untuk kemajuan bangsa dan daerah.
Kegiatan tersebut berlangsung meriah namun tetap khidmat, mencerminkan semangat santri dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Indramayu menuturkan, penghargaan untuk pesantren bersejarah akan dijadikan program rutin setiap tahun agar pemerintah memiliki basis data lengkap tentang lembaga pesantren tua di daerah tersebut.
Lebih lanjut, Pemkab Indramayu berencana mengusulkan pesantren-pesantren tertua sebagai Warisan Budaya Takbenda Daerah (WBTbD) karena dinilai memiliki nilai historis dan sosial yang kuat dalam membentuk karakter masyarakat Indramayu.
Dengan semangat Hari Santri Nasional 2025, Pemkab Indramayu berharap sinergi antara pesantren, ulama, dan pemerintah daerah semakin kokoh dalam memperkuat pendidikan Islam, moralitas generasi muda, dan ketahanan sosial masyarakat.***






