Sabo– Anemia menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup banyak dialami perempuan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setidaknya ada 30,7 persen perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang mengalami anemia.
Angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah anemia, terutama pada kelompok remaja putri yang sedang berada di fase pertumbuhan, dimana mereka mengalami menstruasi dan membutuhkan asupan gizi yang cukup.
Anemia merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh rendahnya kadar hemoglobin dalam darah. Hemoglobin itu sendiri berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, maka ketika kadarnya menurun, pasokan oksigen ke organ-organ vital menjadi tidak optimal.
Kondisi ini dapat mengakibatkan pusing, tubuh menjadi lemas, dan sulit berkonsentrasi. Itulah mengapa anemia dapat membuat produktivitas seseorang menurun.
Meskipun anemia bisa dialami oleh siapa saja, tetapi remaja putri termasuk dalam kelompok yang rentan, melihat dari gaya hidup, kebutuhan gizi dan kondisi biologis.
WHO menjelaskan bahwa kekurangan zat besi, folat, vitamin B12, vitamin A, dan riboflavin dapat menjadi penyebab utama anemia, karena itu semua berperan penting untuk pembentukan hemoglobin dan sel darah merah.
Tidak hanya itu, pola makan yang tidak seimbang serta kurangnya asupan sayur dan buah turut memperbesar risiko terkena anemia. Selain itu, remaja putri yang mengalami menstruasi dengan volume darah yang cukup banyak secara rutin juga lebih rentan mengalami penurunan cadangan zat besi, sehingga berisiko terkena anemia.
Sayangnya, banyak remaja yang tidak menyadari kalau tubuhnya terkena anemia. Walaupun pada umumnya anemia tidak memperlihatkan tanda-tanda, Kemenkes tetap menyoroti beberapa gejala anemia yang mungkin dialami sebagian remaja.
- Terlihat mudah lelah meski tidak melakukan aktivitas berat.
- Mengalami perubahan suasana hati yang tidak menentu.
- Kulit tampak lebih pucat dari biasanya.
- Sering merasakan pusing atau sakit kepala.
- Mengalami jaundice, yaitu kondisi dimana kulit atau mata menjadi lebih kuning.
- Detak jantung terasa lebih cepat.
- Sesak napas.
- Sindrom kaki gelisah hingga kaki dan tangan bengkak.
Jika dirasa beberapa gejala telah muncul dan konsisten berulang, penting bagi remaja dan orang tua untuk segera memeriksakan diri ke tenaga medis.
Sebagai upaya untuk menurunkan risiko dan pengelolaan anemia dalam kehidupan sehari-hari, WHO menyarankan beberapa cara yang dapat diterapkan oleh remaja sebagai berikut.
1. Mengonsumsi makanan kaya akan zat besi
Zat besi berperan penting untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah. Kita dapat mengonsumsi daging merah tanpa lemak, hati ayam, hati sapi, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, sereal yang sudah difortifikasi, serta sayuran hijau untuk mendapatkan asupan zat besi.
2. Meningkatkan asupan vitamin C
Tubuh juga membutuhkan vitamin C agar penyerapan zat besi berjalan optimal. Vitamin C sangat mudah diperoleh, yaitu dari buah-buahan seperti jeruk, stroberi, pepaya, pir, anggur, delima, dan masih banyak lagi.
3. Menyeleksi makanan dan minuman
Perlu diketahui ada beberapa jenis makanan dan minuman yang justru menghambat penyerapan zat besi, seperti teh, kopi, cokelat, dan susu tinggi kalsium. Bukan tidak boleh mengomsumsinya, tetapi kita perlu membatasinya, lebih baik lagi jika tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi.
4. Memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral lainnya
Selain vitamin C, beberapa vitamin seperti B12, folat, vitamin A, dan riboflavin juga dapat mendukung pembentukan sel darah merah. Nutrisi ini bisa kita dapatkan dari makanan sehari-hari, seperti susu, telur, dan kacang-kacangan.
5. Menjaga pola makan seimbang
WHO menegaskan bahwa remaja dianjurkan untuk tidak melewatkan waktu makan, ini bertujuan untuk memperbanyak konsumsi makanan bergizi dan mengurangi kebiasaan jajan sembarangan yang kurang sehat. Jika kebiasaan ini konsisten dilakukan, kebutuhan zat gizi harian akan terpenuhi dan dapat menekan risiko anemia.
Dari sini kita tahu bahwa anemia dapat dicegah melalui pola makan yang sehat dan seimbang, serta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi. Namun, tidak ada salahnya jika kita melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin agar dapat mendeteksi keluhan sejak awal dan bisa mendapatkan penanganan yang tepat, seperti mengomsumsi suplemen zat besi jika diperlukan.