Free Gift

Women Go To Campus: LSPR Institute of Communication and Business Hadirkan Seminar Kesetaraan Gender

Sabodonesia –Perempuan hari ini tidak lagi diam di belakang layar. Mereka berani bersuara, mengambil peran, dan menunjukkan kemampuan di bidang yang dulu sering dianggap hanya milik laki-laki.

Meski begitu, perjuangan menuju kesetaraan masih panjang. Masih banyak stereotip yang menempel, mulai dari perbedaan perlakuan di tempat kerja hingga anggapan bahwa perempuan harus selalu bersikap “lembut”.

Topik inilah yang diangkat dalam seminar “Break the Bias, Gender Equality, Gen Z Leading the Change”, hasil kolaborasi Indonesia Women Fest Go To Campus dengan LSPR Institute of Communication and Business, Jumat (17/10/2025).

Bagi Senior Candidate Marketing Manager Jobstreet by SEEK Anissa Thabiina, perjalanan kariernya menjadi bukti bahwa bias terhadap perempuan masih ada, terutama di dunia kerja yang didominasi laki-laki.

“Banyak yang meragukan kemampuan saya di awal, tapi saya terus buktikan lewat hasil kerja,” ujarnya.

Menurutnya, cara terbaik untuk melawan pandangan itu adalah dengan menunjukkan kinerja yang nyata dan konsisten.

“Kompetensi (adalah hal) yang seharusnya dinilai, bukan gender,” katanya.

Dari dunia kreatif, Content Creator dan Co-Founder Tertata Journaling Community, Dianty Anissa, juga mengalami hal serupa. Ia melihat bagaimana komentar negatif terhadap perempuan sering muncul di media sosial, bahkan saat mereka hanya menyuarakan pendapat.

“Perempuan yang tegas kadang disebut emosional, sementara laki-laki dengan sikap sama disebut visioner,” ujarnya.

Melalui komunitas journaling yang ia bangun, Dianty mendorong anak muda untuk lebih mengenali diri sendiri dan menyikapi bias dengan empati.

“Ketika kita tahu nilai diri, komentar negatif tidak akan menggoyahkan,” tambahnya.

Sementara di lingkungan kampus, 1st Runner Up Miss LSPR 2025, Delisya Setiawan, menilai bahwa kesempatan untuk memimpin seharusnya terbuka bagi siapa pun, tanpa memandang gender.

“Perempuan sering dianggap terlalu perasa saat mengambil keputusan, padahal empati juga bagian penting dari kepemimpinan,” ujarnya.

Menariknya, semangat kesetaraan tidak hanya datang dari perempuan.  Muhammad Dirar Adha Yusuf.,BA, Assistant Lecturer LSPR, menilai bahwa kesetaraan juga memberi kebebasan bagi laki-laki untuk menjadi diri sendiri.

“Kesetaraan gender juga membebaskan laki-laki dari ekspektasi sosial bahwa mereka harus kuat, rasional, dan tidak boleh menunjukkan emosi,” ujarnya.

Ia mengaku mulai memahami hal itu ketika menyadari adanya male privilege dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya bisa pulang malam tanpa rasa takut, sementara banyak perempuan tidak punya kebebasan itu. Dari situ saya belajar, kesetaraan bukan tentang siapa yang diuntungkan, tapi tentang rasa aman untuk semua,” katanya.

Menurut Executive Director SWA Institute, Ghina Kemal Gani, kesetaraan tidak hanya tentang memberi ruang yang sama bagi perempuan dan laki-laki, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana semua orang merasa aman dan dihargai.

“Lingkungan yang inklusif akan mendorong produktivitas. Setiap orang perlu tahu bahwa suaranya penting,” ujarnya.

Sementara Melvin Bonardo Simanjuntak, dosen sekaligus moderator acara, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas generasi.

“Gen Z adalah masa depan, tapi perubahan hanya bisa terjadi bila mereka mau berkolaborasi dengan generasi sebelumnya,” katanya.

Sebagai informasi, Indonesia Women Fest Go To Campus  merupakan salah satu rangkaian roadshow menuju Indonesia Women Fest 2026, yang bertujuan mengajak generasi muda untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesetaraan gender di berbagai bidang.

Melalui program Women Go To Campus, Indonesia Women Fest ingin membuka ruang dialog antara dunia akademik dan profesional agar isu kesetaraan tidak hanya dibicarakan, tetapi juga dipraktikkan sejak bangku kuliah.

Acara ini didukung oleh berbagai partner brand Indonesia Women Fest, diantaranya JobStreet, Young Hearts, Geut by Dr. T, Wiselie, Deorex, Herbadrink, Konicare Indonesia, Wondermis, Majika, dan FFAR, serta didukung oleh Guardian sebagai brand partner dari LSPR.

Kegiatan juga bekerja sama dengan media kampus dari LSPR, yaitu FTVC (Film, Television & Videography Club) dan LSPR News Club.

Want a free donation?

Click Here

Related Post

Tinggalkan komentar